TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk resmi melakukan rebranding korporasi menjadi bank universal yang lebih modern bertepatan dengan peringatan usia ke-130 tahun, Selasa (16/12/2025).
Rebranding ini menandai langkah lanjutan transformasi BRI yang tidak hanya menyentuh identitas visual, tetapi juga perubahan fundamental dalam bisnis dan budaya perusahaan.
Direktur Utama BRI Hery Gunardi mengatakan, rebranding sejalan dengan penguatan pedoman dan nilai-nilai yang dipegang perseroan.
Baca juga: 26 UMKM Pamer Produk Unggulan di BRI x Sogo: Wastra Nusantara
"Untuk melanjutkan journey yang progresif, BRI melakukan transformasi baik di bidang bisnis dan juga budaya-budaya perusahaan. Di samping itu juga kita menguruskan rancangan fondasi kuat untuk transformasi baik di sisi bisnis maupun enabler bisnis," tutur Hery dalam acara Launching BRI Corporate Rebranding di Menara BRILiaN, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (16/12/2025).
Selain pembaruan identitas, BRI juga terus membenahi struktur pendanaan dan memperkuat funding franchise.
Di sisi bisnis, perseroan menegaskan komitmennya untuk tetap menjadikan kredit, khususnya di segmen mikro, sebagai bisnis inti.
Hery menjelaskan, perubahan identitas visual tercermin dari perubahan warna logo BRI yang kini mengusung konsep Nusantara blue, dengan penyesuaian ketebalan huruf agar tampil lebih modern dan relevan.
"Kalau kita lihat transformasinya berubah dari warna BRI blue yang lama, kita usung itu ke Nusantara blue. Berubah warna dan di tweaking sedikit ketebalan hurufnya dan sebagainya. Dan inilah logo BRI sekarang, Bank Rakyat Indonesia," ucap Hery.
Ke depan, untuk menjadi bank universal, BRI perlu membangun brand yang relevan dan konsisten di seluruh platform.
"Untuk menjadi bank yang universal, BRI harus membangun brand yang relevan, inisiasi xan konsisten di seluruh platform. Jadi kita pengen relevan, distinctive dan juga konsisten. Tiga hal yang harus dijaga," ungkap Hery.
COO Danantara Indonesia Dony Oskaria menyampaikan, rebranding tidak boleh dimaknai sebatas perubahan logo semata, tetapi esensi rebranding terletak pada perubahan cara BRI ingin dipersepsikan oleh publik dan harus tercermin dalam aktivitas seluruh insan BRI.
"Rebranding bukan sekedar logo, oni yang paling penting yang harus kita sadari. Bukan sekedar bahwa terjadi perubahan yang tadi biru tua menjadi biru muda warnanya. Tulisannya yang tadinya tebal menjadi tipis. Rebranding itu yang merubah how we want to be perceived yaitu akan menjadi aktiviti daripada setiap insan yang ada di BRI. Tetapi yang harus diingat juga adalah apa yang dimiliki BRI hari ini harus menjadi modal yang sangat kuat untuk menuju perubahan ke depan," jelas Dony.
Ia menambahkan, rebranding tidak selalu berarti menciptakan sesuatu yang sepenuhnya baru, melainkan memperkuat posisi perusahaan di tengah perubahan ekspektasi nasabah.
Dony menilai momentum rebranding di usia 130 tahun ini sebagai langkah strategis bagi BRI untuk melakukan perubahan menyeluruh dalam pengelolaan bisnis.
"Rebranding itu tidak harus sesuatu yang baru, tetapi bagaimana memperkuat posisi kita menjadi lebih baik lagi, karena adanya perubahan ekspektasi daripada customer kita," terang Dony.
Dony berharap transformasi yang dilakukan BRI dapat memberikan kebanggaan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
"Mudah-mudahan perubahan pada Bank Rakyat Indonesia menjadi perubahan yang membangga bagi seluruh rakyat Indonesia," ujar Dony.