Laporan Wartawan Tribun Jabar, Putri Puspita
TRIBUNJABAR.ID,BANDUNG - Libur sekolah di tengah semester kerap membuat orang tua khawatir anak akan kehilangan ritme belajar.
Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang dan Pediatri Sosial Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Hesti Lestari, Sp.A, Subsp. TKPS(K), menegaskan bahwa proses pendidikan anak tidak hanya berlangsung secara formal di bangku sekolah, tetapi juga melalui pendidikan informal di lingkungan keluarga.
Menurutnya, masa libur justru menjadi momen penting bagi anak untuk mempelajari berbagai keterampilan hidup (life skill) yang kerap tidak didapatkan secara optimal di sekolah.
Pendidikan semacam ini berlangsung secara alami ketika anak berada dekat dengan orang tua dan keluarga.
Baca juga: Bukan Tes Sidik Jari, Dokter Anak Ungkap Cara Tepat Menilai Kesiapan Anak Masuk Sekolah
“Selama libur, anak bisa belajar banyak hal, misalnya membantu membereskan tempat tidur, menyapu, atau membersihkan rumah. Itu semua adalah bagian dari pendidikan informal yang sangat penting,” ujar dokter Hesti secara virtual, Selasa (16/12/2025).
Ia menambahkan, orang tua tidak perlu khawatir anak akan kehilangan kesempatan belajar selama libur, asalkan orang tua tetap memberikan contoh dan melibatkan anak dalam aktivitas sehari-hari.
“Anak belajar dengan meniru, jadi ketika orang tua memberi contoh, anak akan mendapatkan pembelajaran yang justru melengkapi apa yang sudah ia peroleh di sekolah,” jelasnya.
Dalam webinar bertajuk “Kapan dan Usia Berapa Sebaiknya Anak Mulai Sekolah”, dokter Hesti juga menjelaskan bahwa usia bukan satu-satunya faktor penentu kesiapan anak mengikuti pendidikan usia dini (PAUD).
“Secara umum, PAUD dimulai sekitar usia 4 tahun. Namun, anak usia 3,5 tahun bisa saja mengikuti playgroup, selama kita melihat kesiapan anaknya,” katanya.
Menurutnya, alasan utama anak mengikuti playgroup adalah untuk mendapatkan pengalaman bersosialisasi, bukan untuk mengejar kemampuan akademik seperti membaca atau menulis.
Oleh karena itu, konsep bermain harus tetap menjadi fokus utama.
“Namanya playgroup, artinya kelompok bermain. Kalau di playgroup anak dituntut belajar membaca, itu tidak tepat, yang utama adalah bermain dan bersosialisasi sesuai usia,” tegasnya.
Dokter Hesti menambahkan, stimulasi anak sebenarnya tidak harus selalu dilakukan di lembaga pendidikan.
Orang tua juga dapat memberikan stimulasi yang kaya dan sesuai usia di rumah. Namun, jika anak menunjukkan antusiasme untuk bersosialisasi dan lingkungan playgroup mampu memberikan stimulasi yang sesuai, maka tidak ada salahnya anak mengikuti playgroup lebih dini.
Selain playgroup, ia juga menyinggung soal penitipan anak bagi orang tua yang bekerja.
Baca juga: Anak Sakit Flu Susah Makan? Ini Rekomendasi Menu Makanan dari Dokter Anak
Menurutnya, orang tua perlu memastikan bahwa tempat penitipan anak memperhatikan aspek nutrisi, kebersihan, serta pencegahan penyakit, mengingat anak berada di lingkungan bersama banyak anak lainnya.
Dokter Hesti juga turut menjelaskan penanganan dan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, khususnya anak dengan spektrum autisme. Ia menekankan pentingnya deteksi dan intervensi dini.
“Autisme sebaiknya dideteksi sedini mungkin, bahkan sejak usia sekitar 2 tahun, karena semakin dini intervensi dilakukan, hasilnya akan semakin baik,” jelasnya.
Ketika anak dengan autisme telah memasuki usia sekolah, keputusan untuk memasukkan anak ke sekolah umum atau sekolah khusus bergantung pada kemampuan anak.
Anak dengan kemampuan fokus dan duduk yang cukup dapat mengikuti sekolah inklusif, terkadang dengan bantuan shadow teacher atau pendamping.
“Kalau kemampuannya belum mencukupi, misalnya pada anak dengan kondisi lebih berat atau terapi yang tidak rutin, maka anak bisa bersekolah di sekolah luar biasa (SLB),” ujarnya.
Namun demikian, Dokter Hesti menegaskan bahwa pada usia sekolah, anak berkebutuhan khusus tidak cukup hanya menjalani terapi saja.
“Baik di sekolah inklusif maupun eksklusif, anak tetap membutuhkan stimulasi dari lingkungan sekolah. Terapi dan pendidikan harus berjalan beriringan,” kata dia.