TRIBUNBANYUMAS.COM, PATI — Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pati, sejak 1996 hingga Oktober 2025 ditemukan sebanyak 3.257 kasus HIV/AIDS di Bumi Mina Tani.
Dari jumlah tersebut, 553 penderita di antaranya meninggal dunia.
Sementara itu, pada periode Januari hingga Oktober 2025 tercatat 272 kasus baru dengan 33 penderita meninggal.
Kasus tersebut tersebar di 21 kecamatan dan lebih dari 300 desa, dengan dominasi usia produktif, namun juga ditemukan pada balita, remaja, hingga lanjut usia.
Data tersebut dipaparkan Wakil Bupati Pati, Risma Ardhi Chandra, ketika menghadiri Peringatan Hari AIDS Sedunia Tahun 2025 di Ruang Pragolo Sekretariat Daerah Kabupaten Pati, Selasa (16/12/2025).
Peringatan tahun ini mengusung tema "Tangguh dan Mandiri Bersama Cegah Penularan HIV dan Penanggulangan AIDS di Kabupaten Pati” sebagai penegasan komitmen bersama dalam menghadapi tantangan penanggulangan HIV dan AIDS menuju target Ending AIDS 2030.
Baca juga: Akses Penghubung Antarkabupaten di Totogan Kebumen Selesai Diperbaiki
Chandra menyampaikan bahwa tema tersebut menegaskan pentingnya kebangkitan dan perubahan menyeluruh untuk mengatasi berbagai hambatan yang selama ini menghambat pencapaian target nasional.
“Melalui tema ini kita ingin mengajak seluruh pihak yang terkait untuk memperkuat ketahanan sistem kesehatan dan mempercepat transformasi layanan HIV agar lebih adaptif, inklusif, dan berkelanjutan,” ujar dia.
Chandra menekankan bahwa penanggulangan HIV dan AIDS tidak dapat dilakukan secara parsial.
"Tentunya perkembangan kasus HIV dan AIDS di Kabupaten Pati menjadi sebuah pekerjaan rumah yang harus dapat kita selesaikan bersama. Kita tidak dapat bekerja sendiri. Dibutuhkan sinergitas, kolaborasi dari seluruh elemen, serta partisipasi aktif masyarakat,” ungkap dia.
Chandra mengingatkan pentingnya penghapusan stigma dan diskriminasi terhadap Orang dengan HIV (ODHIV) serta peningkatan akses pemeriksaan, pengobatan, dan dukungan sosial.
Chandra juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang selama ini berkontribusi dalam penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS, termasuk layanan kesehatan, komunitas, dan mitra seperti Yayasan Sokoguru, SSR Fatayat NU, dan Yayasan Mentari Sehat Indonesia.
“Besar harapan saya kerja sama lintassektoral yang telah terjalin dengan baik ini dapat terus ditingkatkan ke depan, dengan melibatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat sebagai mediator edukasi dan perubahan perilaku,” tandas dia. (mzk)