Laporan Wartawan Tribun-Papua.com, Yulianus Magai
TRIBUN-PAPUA.COM, JAYAPURA - Harga daging babi (B2) di Kota Jayapura, Provinsi Papua mengalami lonjakan tajam menjelang perayaan Natal 25 Desember 2025 dan Tahun Baru 2026.
Meski harga per kilogram telah menembus angka Rp200 ribu per kilogram, minat beli masyarakat di sejumlah pasar tradisional masih terpantau tinggi.
Pantauan Tribun-Papua.com di Pasar Youtefa pada Selasa, (16/12/2025), menunjukkan harga daging babi kini berada di kisaran Rp190.000 hingga Rp200.000 per kilogram. Padahal, pada Oktober 2025 lalu harga daging babi masih berada di rentang Rp120.000 hingga Rp150.000 per kilogram.
Baca juga: Harga Cabai di Jayapura Naik Jadi Rp100 Ribu dan Diprediksi Menuju Harga Rp150 Ribu
Kenaikan harga tersebut dipicu oleh menurunnya ketersediaan stok babi hidup yang masuk ke Kota Jayapura, sementara permintaan masyarakat terus meningkat menjelang hari besar umat nasrani.
Salah satu pedagang daging babi di Pasar Youtefa, Lambert Paragaye, warga asli Jayawijaya, Papua Pegunungan, mengatakan kenaikan harga sudah terjadi secara bertahap sejak awal November 2025 dan mencapai puncaknya pada pertengahan Desember.
“Memang saat ini harga daging babi sedang mahal. Kami sebagai pedagang juga tidak bisa berbuat banyak karena harga dari pemasok sudah naik,” ujar Lambert kepada Tribun-Papua.com.
Baca juga: Dorong Jaminan Sosial, BPJS Harap Kepala Daerah se-Papua Alokasikan Dana untuk Pekerja Rentan
Terbatasnya stok babi membuat pedagang harus membeli babi hidup dengan harga yang cukup tinggi, yakni berkisar antara Rp15 juta hingga Rp17 juta per ekor, tergantung ukuran dan kualitas.
“Kalau harga beli sudah mahal, otomatis harga jual ke pembeli juga ikut naik. Kalau kami turunkan harga, kami yang rugi,” katanya.
Meski harga daging babi melonjak tajam, Lambert mengungkapkan minat beli masyarakat Kota Jayapura masih cukup tinggi. Dalam sehari, pihaknya bahkan masih mampu menjual satu hingga dua ekor babi.
Baca juga: Jadwal Kapal Pelni Jayapura-Biak Januari 2026, Ada KM Sinabung
“Menjelang Natal, pembeli tetap ramai. Daging babi sudah menjadi kebutuhan utama saat perayaan Natal bagi banyak keluarga di Papua,” ujarnya.
Pantauan di Pasar Youtefa pada Selasa sore menunjukkan aktivitas jual beli berlangsung ramai. Para pedagang tampak sibuk melayani pembeli yang datang silih berganti, sementara warga terlihat berkerumun di sekitar lapak meski harga yang ditawarkan relatif tinggi.
Lambert, yang berasal dari Wamena, Papua Pegunungan, juga menilai berdagang daging babi menjadi salah satu peluang usaha bagi masyarakat Papua. Menurutnya, hasil dari berdagang dapat langsung dirasakan.
“Kalau di pasar, begitu daging habis terjual, kami langsung dapat penghasilan hari itu juga. Berbeda dengan kerja di pemerintahan yang gajinya menunggu per bulan,” tuturnya.
Baca juga: Bantu Perangi Stunting di Papua Selatan, TSE Group Diganjar Genting Award dari Kemendukbangga
Ia pun mendorong generasi muda Papua untuk tidak hanya terpaku pada cita-cita menjadi pegawai negeri sipil (PNS), tetapi berani membuka dan mengembangkan usaha sendiri.
“Anak-anak Papua jangan hanya fokus mau jadi PNS. Kita harus berani ciptakan lapangan kerja sendiri,” ucapnya.
Sementara itu, salah seorang pembeli yang ditemui Tribun-Papua.com mengaku tetap membeli daging babi meski harganya tinggi karena kebutuhan perayaan Natal.
Baca juga: Ada 456 Peserta Lomba Hias Pondok Natal di Kabupaten Jayapura, Juara Diumumkan Malam Tahun Baru
“Mau tidak mau tetap beli karena ini kebutuhan Natal. Tapi kami berharap pemerintah bisa turun tangan supaya harga kebutuhan pokok lain tidak ikut naik,” pungkasnya.(*)