BANGKAPOS.COM--Salat disebut sebagai tiang agama karena menjadi pondasi utama tegaknya ajaran Islam.
Dalam sebuah ungkapan ulama disebutkan, siapa yang menegakkan salat berarti menegakkan agama, dan siapa yang meninggalkannya berarti merobohkan agama.
Ungkapan ini menegaskan bahwa salat bukan sekadar rutinitas ibadah, melainkan penopang utama keimanan seorang Muslim.
Salat adalah ibadah paling fundamental setelah syahadat.
Ia menjadi penentu kualitas amal-amal lainnya, sarana komunikasi langsung seorang hamba dengan Allah SWT, sekaligus benteng pencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
Karena itulah, salat disebut sebagai pilar yang menopang seluruh bangunan keislaman seseorang.
Lebih dari itu, salat juga diyakini sebagai amalan penyelamat di akhirat kelak. Rasulullah SAW menegaskan bahwa amalan pertama yang akan dihisab pada hari kiamat adalah salat. Jika salatnya baik, maka baik pula amal lainnya.
Dalam pelaksanaan salat, terdapat beberapa gerakan yang wajib dilakukan.
Salah satu gerakan paling penting dan sarat makna adalah sujud. Sujud merupakan simbol ketundukan total seorang hamba di hadapan Sang Pencipta.
Rasulullah SAW bersabda bahwa saat seorang hamba berada dalam posisi sujud, itulah posisi paling dekat antara hamba dengan Allah SWT.
Oleh sebab itu, sujud menjadi waktu yang sangat dianjurkan untuk memperbanyak doa.
Ketika sujud, Rasulullah SAW mengajarkan bacaan tasbih berikut:
Tulisan Arab:
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى
Latin:
Subḥāna rabbiyal a‘lā
Artinya:
“Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi.”
Dari Uqbah bin Amir RA, ia berkata, ketika turun ayat “Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi” (QS Al-A‘la), Rasulullah SAW bersabda:
“Jadikanlah kalimat tersebut dalam sujud kalian.”
(HR Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Hakim)
Rasulullah SAW membaca tasbih ini sebanyak tiga kali atau lebih dalam setiap sujudnya.
Selain membaca tasbih, sujud juga merupakan waktu mustajab untuk berdoa.
Karena itu, umat Islam dianjurkan untuk memanfaatkan momen sujud untuk memohon segala hajat, baik urusan dunia maupun akhirat.
Menurut Syekh Ali Jaber rahimahullah, doa dalam sujud boleh dilakukan di sujud pertama, kedua, maupun sujud terakhir.
“Kenapa kebanyakan orang memilih doa di sujud terakhir? Karena khawatir jika terlalu lama berdoa di setiap sujud, bisa lupa jumlah rakaat,” jelas Syekh Ali Jaber.
Meski demikian, berdoa di setiap sujud tetap diperbolehkan, selama tidak mengubah bacaan wajib salat.
Syekh Ali Jaber juga menekankan bahwa berdoa sebaiknya menggunakan bahasa Arab, namun jika tidak mampu, boleh menggunakan bahasa yang dipahami, termasuk bahasa Indonesia, selama doa tersebut dibaca dalam hati dan tidak mengganti bacaan salat.
Salah satu doa terbaik yang sering diamalkan Rasulullah SAW saat sujud adalah sebagai berikut:
Tulisan Arab:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ
Latin:
Yā muqallibal qulūb tsabbit qalbī ‘alā dīnik
Artinya:
“Wahai Dzat Yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”
Syekh Ali Jaber menyebut doa ini sebagai doa yang sangat agung karena menggambarkan kerendahan hati seorang hamba yang memohon keteguhan iman.
Mengutip kitab Fikih Sunnah karya Sayyid Sabiq, Rasulullah SAW juga mengamalkan beberapa doa khusus saat sujud terakhir.
1. Doa Sujud Terakhir (Versi Pertama)
Arab:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذَنْبِي كُلَّهُ دِقَّهُ وَجِلَّهُ وَأَوَّلَهُ وَآخِرَهُ وَعَلَانِيَتَهُ وَسِرَّهُ
Latin:
Allahummaghfir lī dzanbī kullahū diqqahū wa jillahū wa awwalahū wa ākhirahū wa ‘alāniyatahū wa sirrahū
Artinya:
“Ya Allah, ampunilah seluruh dosaku, yang kecil maupun yang besar, yang terdahulu maupun yang kemudian, yang tampak maupun yang tersembunyi.”
(HR Muslim, Abu Daud, dan Hakim)
2. Doa Sujud Terakhir (Versi Kedua)
Arab:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَأَعُوذُ بِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
Latin:
Allahumma innī a‘ūdzu biridhāka min sakhatik, wa a‘ūdzu bimu‘āfātika min ‘uqūbatik, wa a‘ūdzu bika minka, lā uḥṣī tsanā’an ‘alaik, anta kamā atsnaīta ‘alā nafsik
Artinya:
“Ya Allah, aku berlindung dengan ridha-Mu dari murka-Mu. Aku berlindung dengan ampunan-Mu dari siksa-Mu. Aku berlindung kepada-Mu dari (azab)-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian bagi-Mu, Engkau sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri.”
(HR Muslim, Abu Daud, Nasai, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
3. Doa Sujud Terakhir (Versi Ketiga)
Arab:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ
Latin:
Subḥānaka Allāhumma wa biḥamdika lā ilāha illā anta
Artinya:
“Maha Suci Engkau ya Allah dan segala puji bagi-Mu, tidak ada Tuhan selain Engkau.”
(HR Ahmad, Muslim, dan Nasai)
Allah SWT secara tegas memerintahkan sujud dalam Al-Qur’an sebagai bentuk ibadah dan kepatuhan.
1. Surah Al-Hijr Ayat 98
Arab:
فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُن مِّنَ ٱلسَّٰجِدِينَ
Latin:
Fa sabbiḥ biḥamdi rabbika wa kun minas-sājidīn
Artinya:
“Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah engkau termasuk orang-orang yang bersujud.”
2. Surah Al-Furqan Ayat 64
Arab:
وَٱلَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَٰمًا
Latin:
Wallażīna yabītūna lirabbihim sujjadan wa qiyāmā
Artinya:
“Dan orang-orang yang menghabiskan malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.”
3. Surah Al-Insan Ayat 26
Arab:
وَمِنَ ٱلَّيْلِ فَٱسْجُدْ لَهُ وَسَبِّحْهُ لَيْلًا طَوِيلًا
Latin:
Wa minal-laili fasjud lahū wa sabbiḥhu lailan ṭawīlā
Artinya:
“Dan pada sebagian malam, bersujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada malam yang panjang.”
(Bangkapos.com/Zulkodri)