TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kemampuan bahasa Inggris semakin dipandang sebagai keterampilan dasar yang harus dimiliki masyarakat di era digital.
Perkembangan teknologi dan hadirnya kecerdasan buatan (AI) membuat akses informasi global menjadi jauh lebih cepat, sehingga bahasa Inggris berperan sebagai jembatan untuk memahami berbagai sumber pengetahuan modern.
Namun, di saat kebutuhan akan bahasa Inggris meningkat, sejumlah laporan internasional justru menunjukkan bahwa kemampuan bahasa Inggris global mengalami stagnasi dalam beberapa tahun terakhir.
Baca juga: Kasus Penghasutan, Laras Faizati Ungkap Alasan Tulis Unggahan Pakai Bahasa Inggris
Tren tersebut terlihat dalam laporan EF English Proficiency Index (EF EPI) 2024 yang menunjukkan penurunan skor di lebih dari 60 persen negara yang disurvei.
Beberapa negara bahkan mengalaminya selama empat tahun berturut-turut.
Kondisi ini memperlihatkan bahwa meskipun teknologi berkembang pesat, tidak semua masyarakat mampu mengikuti peningkatan tuntutan bahasa di era digital.
Indonesia pun menghadapi tantangan serupa.
Sejumlah kajian pendidikan menegaskan bahwa kemampuan bahasa Inggris masyarakat Indonesia masih jauh dari merata.
Kualitas pengajaran, akses pembelajaran, serta kesenjangan antardaerah menjadi faktor yang sering disebut sebagai penyebab utama.
Di beberapa wilayah non-kota besar, kesempatan untuk belajar bahasa Inggris secara konsisten masih terbatas, sehingga peningkatan kompetensi tidak berjalan seimbang. Kondisi ini turut memengaruhi posisi Indonesia dalam pemeringkatan global.
Dalam laporan EF EPI terbaru, Indonesia kembali berada di peringkat 80 dari 116 negara, dengan kategori Low Proficiency.
Posisi ini mencerminkan bahwa peningkatan kemampuan bahasa Inggris belum menunjukkan lompatan signifikan.
Baca juga: Indonesia Lampaui Jepang dalam Penguasaan Bahasa Inggris Global
Padahal, kebutuhan untuk menguasai bahasa internasional tersebut semakin mendesak, terutama ketika AI mengubah cara bekerja, belajar, dan berkomunikasi secara global.
Kombinasi kemampuan bahasa dan literasi digital menjadi syarat untuk dapat bersaing di pasar tenaga kerja modern.
“AI saat ini sedang mengubah cara kita belajar dalam menggunakan bahasa Inggris,” ujar Fanno Hendriawan, Operations Director, ditulis Selasa (16/12/2025).
“Namun, justru karena hal itu, nilai kemampuan berbahasa Inggris menjadi semakin penting," katanya.
Fanno menekankan bahwa AI belum mampu menggantikan spontanitas, empati, dan koneksi manusia dalam komunikasi.
“AI memang bisa menerjemahkan kata, tapi belum bisa menggantikan spontanitas dan empati manusia,” ungkapnya.
Pentingnya kemampuan produktif atau berbicara dan menulis juga ditegaskan oleh Yunita Yanti, Academic Operations Manager EF EFEKTA English for Adults.
“AI membuka peluang baru dalam pembelajaran yang lebih personal, tetapi kemajuan teknologi ini menuntut fokus lebih besar pada kemampuan produktif,” kata Yunita.
Menurutnya, komunikasi efektif tetap membutuhkan elemen humanis, sementara AI seharusnya menjadi dukungan, bukan pengganti proses pembelajaran.