Tak Bisa Diwakili, Nenek 85 Tahun di Makassar Digendong Tetangga Ambil Beras Bantuan
December 17, 2025 07:45 AM

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR – Viral di media sosial, seorang nenek di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, harus digendong tetangganya demi mengambil beras bantuan di kantor kelurahan.

Peristiwa itu diunggah akun Instagram @teropongmakassar.

Kejadian berlangsung di Jl Monginsidi Baru, Kelurahan Maricaya Baru, Kecamatan Makassar, Selasa (16/12/2025).

Dalam video unggahan tersebut, seorang lansia tampak digendong dari dalam rumah menuju becak motor (bentor) yang menunggu di ujung lorong Jl Inspeksi Kanal Monginsidi Baru.

Lansia itu kemudian dibawa ke Kantor Kelurahan Maricaya Baru mengambil beras bantuan karena disebut tidak bisa diwakili.

Tribun Timur menemui lansia tersebut di rumahnya.

Nenek Wahbah (85) tampak terbaring di kasur yang diletakkan di lantai rumahnya.

Rumah itu berada di dalam gang sempit, sekitar 100 meter dari ruas Jalan Inspeksi Kanal.

Di samping Wahbah, tampak putranya Ahmad (56) dan menantunya, Emmi (65).

Emmi yang sesekali memijat dan mengusap rambut mertuanya menceritakan kronologi kejadian tersebut.

Sehari sebelumnya, Emmi mengaku mendapat informasi adanya pembagian sembako di Kantor Lurah Maricaya Baru.

Siang harinya, ia mempercayakan adiknya, Ati, yang merupakan mantan RT sekaligus tetangga, untuk mengambil bantuan tersebut.

“Dia bilang saya ambil beras tapi tidak bisa. Saya tanya kenapa, katanya ditolak, harus yang bersangkutan,” ujar Emmi menirukan perkataan adiknya.

Emmi kemudian meminta Ati kembali ke kantor lurah dengan membawa KTP Wahbah.

Namun, menurut Emmi, KTP tersebut belum dianggap cukup oleh petugas kelurahan.

“Balik lagi adikku bilang tidak bisa. Saya ke sana, mama ini sudah mau dibawa, tapi saya larang karena hujan,” kata Emmi.

Saat tiba di kantor lurah, Emmi mengaku mendapat sambutan yang kurang baik.

Ia kembali mempertanyakan apakah pengambilan bantuan bisa diwakili.

“Saya tanya kenapa tidak bisa diwakili. Tetangganya sudah datang, bawa KTP, tapi tidak dikasih,” ujarnya dengan nada kesal.

Emmi menjelaskan kepada petugas bahwa Wahbah baru keluar dari rumah sakit dan sudah tidak mampu berjalan.

Selain KTP, ia juga menunjukkan kartu keluarga (KK) Wahbah.

Di tengah perdebatan tersebut, Wahbah ternyata sudah tiba di kantor lurah menumpang bentor.

Kondisi Wahbah terlihat lemah/

 Ia digendong warga setempat.

“Sementara ngotot begitu, saya balik, ternyata mama sudah turun dari bentor. Warga di sini gotong mama ke kantor lurah,” kata Emmi.

Emmi menyebut lurah setempat melihat langsung kondisi Wahbah yang masih lemas.

Menurutnya, lurah menyampaikan rencana kunjungan ke rumah Wahbah.

“Pak lurah bilang mau kunjungan. Saya bilang sudah heboh begini baru mau kunjungan. Orang sakit datang karena tidak dipercaya,” ucapnya.

Setelah kejadian tersebut, Wahbah akhirnya menerima bantuan berupa dua karung beras dan tiga bungkus minyak goreng.

Pantauan Tribun Timur, masing-masing karung bertuliskan “Bantuan Pangan” dengan berat 10 kilogram.

Sementara minyak goreng yang diterima bermerk Minyak Kita.

Usai wawancara, Wahbah sempat mengucapkan terima kasih kepada jurnalis tribun timur.com. 

“Terima kasih semua. De ku ulle nak, de ku ulle,” ucapnya dalam bahasa Bugis, yang berarti “Saya sudah tidak mampu lagi, Nak.”

Sementara itu, Jumriani (26), tetangga yang membawa Wahbah ke kantor lurah, mengatakan peristiwa itu terjadi sekitar pukul 13.30 Wita.

Ia terpaksa membawa Wahbah karena bantuan tersebut tidak bisa diwakili.

“Dibilang petugas tidak bisa diwakili kalau bukan orangnya, jadi kami bawa naik bentor meski hujan,” ujarnya.

Tribun Timur masih berupaya mengonfirmasi lurah setempat. (*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.