TRIBUNFLORES.COM, MAUMERE - Mari simak renungan harian Katolik Kamis 18 Desember 2025.
Tema renungan harian Katolik “dipeluk Allah dalam ketakutan kita”.
Renungan harian Katolik untuk hari Kamis biasa khusus Adven III, Santa Makrina Muda Perawan, dengan warna liturgi ungu.
Adapun bacaan liturgi Katolik hari Kamis 18 Desember 2025 adalah sebagai berikut:
Baca juga: Bacaan Injil Katolik Kamis 18 Desember 2025 Lengkap Renungan Harian Katolik
“Aku akan menumbuhkan Tunas Adil bagi Daud.”
Beginilah firman Tuhan, “Sesungguhnya, waktunya akan datang bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas Adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana, dan akan melakukan keadilan serta kebenaran di negeri.
Dalam zamannya, Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah nama yang diberikan orang kepadanya: “Tuhan Keadilan Kita. Sebab itu, beginilah firman Tuhan, waktunya akan datang bahwa orang tidak lagi mengatakan ‘Demi Tuhan yang hidup, yang menuntun orang Israel keluar dari tanah Mesir,” melainkan “Demi Tuhan yang hidup, yang menuntun dan membawa pulang keturunan kaum Israel keluar dari tanah utara dan dari segala negeri ke mana Allah telah mencerai-beraikan mereka’; maka mereka akan tinggal di tanahnya sendiri.”
Demikianlah Sabda Tuhan.
U. Syukur Kepada Allah.
Mazmur Tanggapan: Mzm 72:1-2,12-13,18-19
Refren: Kiranya keadilan berkembang dalam zamannya dan damai sejahtera berlimpah sampai selama-lamanya
Ya Allah, berikanlah hukum-Mu kepada raja dan keadilan-Mu kepada putera raja! Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan menghakimi orang-orang-Mu yang tertindas dengan hukum!
Sebab ia akan melepaskan orang miskin yang berteriak minta tolong, ia akan membebaskan orang tertindas, dan orang yang tidak punya penolong; ia akan sayang kepada orang lemah dan orang miskin, ia akan menyelamatkan nyawa orang papa.
Terpujilah Tuhan, Allah Israel, hanya Dia yang melakukan perbuatan ajaib! Terpujilah nama-Nya yang mulia selama-lamanya, dan kiranya kemuliaan-Nya memenuhi seluruh bumi.
Bait Pengantar Injil
Ref. Alleluya, alleluya
Oh Tuhan, pemimpin umat, yang memberikan hukum kepada Musa di Sinai, datanglah dan bebaskanlah kami dengan perkasa.
Bacaan Injil: Matius 1:18-24
“Yesus akan lahir dari Maria yang bertunangan dengan Yusuf anak Daud.”
Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.
Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam. Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.
Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” 22 Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Immanuel” –yang berarti: Allah menyertai kita.
Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya.
Demikianlah Injil Tuhan.
U. Terpujilah Kristus.
Renungan Harian Katolik
“Dipeluk Allah dalam Ketakutan Kita”
Pendahuluan
Menjelang Hari Raya Natal, Gereja mengajak kita merenungkan kisah yang sering luput dari perhatian: pergumulan batin Yosef. Kisah dalam Injil hari ini (Matius 1:18–24) bukan sekadar catatan sejarah, tetapi sebuah undangan untuk melihat bagaimana Allah bekerja dalam kegelisahan dan kebingungan manusia. Melalui kisah Yosef, kita melihat bahwa rencana Allah sering kali dimulai dalam situasi yang tampak kacau, tidak pasti, dan menakutkan.
1. Yosef dan Pergumulan Manusiawi
Matius menuliskan bahwa Maria “mengandung dari Roh Kudus,” tetapi bagi Yosef, kenyataan itu tidak mudah dipahami. Ia manusia biasa—punya rasa takut, bingung, dan mungkin terluka. Dalam kebingungan itu, ia mempertimbangkan untuk “menceraikan Maria dengan diam-diam.” Yosef ingin melakukan hal yang benar, tanpa menyakiti siapa pun.
Di sinilah banyak dari kita bisa merasa dekat dengan Yosef. Kita sering menghadapi situasi yang membingungkan: keluarga yang berubah, hubungan yang retak, kehamilan tak terduga, masalah pekerjaan, ketidakpastian masa depan. Terkadang kita merasa dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama sulit. Dalam kondisi seperti itu, kita pun ingin “melakukan yang benar,” tetapi hati kita penuh rasa takut.
Di titik inilah kisah Yosef menjadi cermin hidup kita. Ia tidak langsung mengerti rencana Allah. Ia tidak langsung menjadi sosok yang kuat dan gagah. Ia takut—tetapi Allah tidak membiarkannya tinggal dalam ketakutan.
2. Malaikat Tuhan Hadir dalam Tidur Yosef
Saat Yosef semakin tenggelam dalam pergumulan batin, Allah berbicara melalui mimpi:
“Yosef, anak Daud, janganlah engkau takut… sebab anak yang di dalam kandungan Maria adalah dari Roh Kudus.”
(Matius 1:20)
Kalimat “Janganlah engkau takut” adalah inti dari renungan Katolik Matius 1:18-24 hari ini. Allah tidak menyalahkan ketakutan Yosef, tidak juga menuntut dia menjadi pahlawan. Allah memulai dengan menenangkan hatinya.
Begitulah Allah bekerja dalam hidup kita:
– Tidak mengabaikan perasaan kita
– Tidak menuntut kesempurnaan
– Tetapi memeluk ketakutan kita dengan kepastian kasih-Nya
Kadang kita berharap Allah berbicara secara spektakuler, tetapi penyertaan Tuhan sering hadir secara halus—melalui firman, dalam doa yang tenang, melalui seseorang yang meneguhkan kita, atau melalui kedamaian yang tiba-tiba muncul di hati kita.
3. Iman Bukan Mengerti Segalanya, tetapi Taat pada Sabda
Hal yang paling indah dari kisah ini adalah respons Yosef:
“Sesudah bangun dari tidurnya, Yosef berbuat seperti yang diperintahkan malaikat itu kepadanya.”
Yosef tidak menunggu penjelasan lengkap. Ia tidak menuntut Tuhan menunjukkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia hanya melangkah sesuai yang ia pahami pada saat itu.
Inilah iman yang sejati:
bukan memahami seluruh rencana Allah,
tetapi melangkah setia pada bagian kecil yang Tuhan percayakan.
Ketika kita menuruti firman Tuhan dalam hal-hal kecil—mengampuni, bersabar, jujur, berdoa, setia—kita sedang ikut ambil bagian dalam karya besar Allah, meski kita belum melihat gambaran utuhnya.
4. Allah Hadir dalam Kekacauan Keluarga
Keluarga Kudus tidak dimulai dengan kesempurnaan, tetapi dengan ketegangan, kebingungan, dan ketakutan. Namun justru dalam suasana itu, Allah masuk dan berkarya.
Bagi banyak keluarga hari ini:
– yang sedang tidak harmonis,
– yang sedang berjuang dengan ekonomi,
– yang memiliki anak yang sulit,
– yang sedang menghadapi masa depan yang tak pasti,
kisah ini memberi harapan: Allah tidak masuk ke keluarga yang sempurna, tetapi ke keluarga yang mau membuka hati.
Di tengah kekacauan, Allah sedang mempersiapkan karya-Nya yang terbesar.
5. Natal Dimulai dari Hati yang Taat
Ketaatan Yosef membuat rencana keselamatan berjalan. Tanpa ia sadari, keputusan kecilnya merupakan bagian penting dari sejarah keselamatan manusia.
Kita pun dipanggil seperti Yosef:
membuka hati untuk mendengarkan Allah,
berani mengambil langkah meski tidak semuanya jelas,
dan percaya bahwa Allah berjalan bersama kita.
Inilah makna Natal yang sejati:
Allah hadir bukan untuk orang yang sudah kuat, tetapi bagi mereka yang sedang takut, bingung, dan lemah.
PESAN UTAMA RENUNGAN
- Allah masuk dalam hidup kita melalui situasi yang tidak ideal.
-Ketakutan tidak membuat kita kurang beriman—iman berarti melangkah meski takut.
-Tuhan memanggil kita untuk patuh pada langkah kecil yang kita mengerti.
-Natal adalah perayaan kehadiran Allah dalam kerapuhan manusia. (Sumber the katolik.com/kgg).