Sleman Dikepung 11 Potensi Bencana, dari Banjir Bandang hingga Likuifaksi
December 17, 2025 01:14 PM

 

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Wilayah Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, dikepung setidaknya oleh 11 potensi bencana terutama saat musim hujan.

Tidak hanya risiko erupsi Gunung Merapi dan angin kencang, potensi bencana di Bumi Sembada diperkirakan akan meluas.
 
Prediksi itu terungkap berdasarkan dokumen Kajian Risiko Bencana (KRB) tahun 2026-2030 yang sedang disusun oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman. 

Dokumen tersebut akan memperbarui dokumen KRB lama tahun 2020-2025, yang mencatat potensi bencana di Sleman semula hanya ada tujuh. 

"Tambah 4. Jadi ada 11 potensi bencana yang mungkin bisa terjadi di Sleman," Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, BPBD Kabupaten Sleman, Uun Mardiyanto, Selasa (16/12/2025). 

Pada dokumen yang lama, potensi bencana di Kabupaten Sleman meliputi:

  1. Letusan Gunung Merapi
  2. Banjir lahar hujan
  3. Tanah longsor
  4. Cuaca ekstrem
  5. Gempa bumi
  6. Kebakaran hutan dan lahan
  7. Kekeringan hidrologis. 

Sedangkan di dokumen yang baru, potensi bencana di Sleman bertambah:

  1. Banjir bandang
  2. Likuifaksi
  3. Kegagalan teknologi
  4. Penyakit yang berpotensi menjadi wabah. 

Penyusunan dokumen KRB ini mengacu pada dokumen yang sama yang sedang disusun Pemda DIY. 

Uun mengungkapkan, penyusunan dokumen kajian risiko bencana ini sudah berlangsung sejak pertengahan tahun lalu. 

Tahapannya dimulai dari menyelenggarakan forum grup discussion (FGD) dengan mengundang para tenaga ahli dan tokoh lainnya. 

Pekan ini diagendakan pemaparan terakhir sebelum disahkan dengan terbitnya Surat Keputusan (SK) Bupati. 

"Targetnya Desember ini harus jadi, karena per Januari awal harus sudah berlaku," kata dia. 

Setelah dokumen disahkan, BPBD Kabupaten Sleman nantinya akan segera melaksanakan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat. 

Di samping itu, BPBD juga menyusun rencana kontinjensi (rekon) atau rencana yang dibuat untuk mengantisipasi suatu keadaan bencana atau semacam panduan yang bisa diimplementasikan langsung di masyarakat. 

Apel siaga

Menghadapi cuaca ekstrem di musim penghujan, BPBD Kabupaten Sleman pada Selasa (16/12/2025) telah menggelar apel siaga di Posko Utama Pakem.

Langkah itu sebagai bentuk kesiapsiagaan bersama dalam menghadapi potensi bencana hidrometeorologi akibat cuaca ekstrem saat musim hujan.

Sekda Sleman, Susmiarto yang memimpin apel dalam sambutannya mendorong seluruh unsur yang terkait untuk mengaktifkan posko terpadu, menyinkronkan data kawasan rawan bencana, serta memastikan ketersediaan logistik dan peralatan evakuasi. 

Baginya, apel siaga ini menjadi penegas bahwa keselamatan masyarakat sangat bergantung pada kesiapsiagaan dan koordinasi yang kuat. 

Kesiapsiagaan, kata Susmiarto adalah kunci utama dalam upaya penanggulangan bencana. 

Menurut dia, penanganan cuaca ekstrem tidak dapat dilakukan secara persial, melainkan membutuhkan kolaborasi lintas sektor yang solid dan terintegrasi. 

Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Sleman, Haris Martapa mengajak masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam menjaga lingkungan.

Di antaranya dengan membersihkan saluran air serta memangkas pohon yang beresiko guna mengurangi potensi terjadinya bencana akibat dampak cuaca ekstrem.

“Simulasi berkala terus kita adakan, dan pelatihan relawan juga selalu diperbarui. Yang paling penting adalah peran serta masyarakat, karena kita menghadapi cuaca ekstrem ya," jelas dia. 

Apa itu banjir bandang?

Banjir bandang adalah banjir yang datang secara tiba-tiba dengan debit air yang besar yang disebabkan terbendungnya aliran sungai pada alur sungai, dikutip dari website BNPB. 

Waktu konsentrasi atau waktu tiba banjir yang singkat mengakibatkan aliran permukaan cepat terkumpul di alur sungai. 

Hal inilah yang menyebabkan banjir bandang terjadi di daerah sekitar alur sungai. 

Banjir bandang tersebut mengakibatnya kerusakan infrastruktur seperti jembatan rusak, kerusakan rumah warga, bahkan korban jiwa.

Contoh terkini adalah banjir bandang yang menerjang wilayah utara dan tengah Pulau Sumatra pada akhir November 2025. 

Bencana ini utamanya berdampak pada tiga provinsi: Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

Apa itu likuifaksi?

Likuifaksi (atau likuefaksi) adalah fenomena geologi di mana tanah jenuh air yang longgar kehilangan kekuatan dan kekakuan sementaranya saat diguncang gempa bumi atau getaran kuat lainnya, sehingga berperilaku seperti cairan, menyebabkan bangunan amblas atau tanah bergeser, dikutip dari USGS. 

Proses Terjadi:

Tanah Jenuh Air: Tanah berpasir lepas dengan banyak rongga air (porositas tinggi) menjadi kondisi ideal.

Getaran: Gempa bumi memberikan tegangan atau guncangan pada tanah.

Tekanan Air Meningkat: Air dalam pori-pori tanah tidak bisa keluar dengan cepat, tekanannya meningkat tajam.

Dampak:

Bangunan di atasnya bisa amblas ke dalam tanah.

Tangki atau struktur bawah tanah bisa mengapung ke permukaan.

Tanah bisa bergeser ratusan meter (lateral spreading). 

Contoh Terkenal:

Bencana gempa Palu dan Sigi pada 2018 di Sulawesi Tengah menunjukkan dampak likuifaksi yang merusak ribuan rumah. 

Pencegahan:

Menggunakan pondasi dalam yang cocok.

Memperbaiki struktur tanah (densifikasi) di area berpotensi. 

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.