TRIBUNNEWSBOGOR.COM - Kabupaten Bogor rupanya merupakan salah satu daerah terbanyak kasus pernikahan dini di Jawa Barat.
Pernikahan dini ini menjadi masalah serius karena berpengaruh kepada kesehatan, pendidikan, psikologis, serta kesejahteraan anak, khususnya anak perempuan.
Maka dari Pemkab Bogor menggelar sekolah pra nikah bekerja sama dengan Pusat Kajian Gender dan Anak serta IPB University.
Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor Ajat Rochmat Jatnika mengatakan ini adalah salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia agar tidak terjadi permasalahan sosial seperti putus sekolah, pernikahan dini, dan sulitnya akses pekerjaan.
“Sekolah pra nikah ini diharapkan mampu menanamkan kesadaran bahwa pernikahan bukan hanya urusan hari ini, tetapi merupakan perjalanan panjang yang penuh tanggung jawab, baik di dunia maupun di akhirat,” ujar Ajat dalam keterangannya, Minggu (14/12/2025).
Kemudian, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Bogor adalah Sussy Rahayu Agustini, menyampaikan bahwa Kabupaten Bogor memiliki jumlah penduduk sekitar 5,8 juta jiwa, dengan 1,78 juta di antaranya merupakan anak-anak di bawah usia 18 tahun.
Ia menegaskan bahwa pernikahan anak masih menjadi persoalan serius, mengingat Jawa Barat merupakan provinsi dengan angka pernikahan anak tertinggi secara nasional, dan Kabupaten Bogor menjadi salah satu daerah dengan jumlah kasus terbanyak.
Menurutnya, pernikahan anak berdampak besar terhadap kesehatan, pendidikan, psikologis, serta kesejahteraan anak, khususnya anak perempuan.
Risiko kehamilan usia dini, kematian ibu dan anak, trauma psikologis, hingga kekerasan dalam rumah tangga menjadi konsekuensi yang harus dicegah bersama.
Sussy menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor utama penyebab pernikahan anak, di antaranya kemiskinan dan keterbatasan akses pendidikan, pengaruh tradisi sosial budaya, dampak media sosial, serta kehamilan di luar nikah.
"Oleh karena itu, kami mendorong penguatan program edukatif yang mempersiapkan remaja secara matang sebelum memasuki jenjang pernikahan melalui sekolah pra nikah ini," terangnya.
Ditempat yang sama, Dekan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB University, Prof. Dr. Sofyan Sjaf, mengapresiasi langkah Pemerintah Kabupaten Bogor yang dinilai visioner dalam menata dan mempersiapkan generasi masa depan melalui program Sekolah Pra Nikah.
Menurutnya, Kabupaten Bogor sudah berpikir jauh ke depan dengan menghadirkan program yang bertujuan memberikan pembelajaran kepada generasi muda agar tidak menikah di usia terlalu dini.
“Sekolah pra nikah ini menjadi ruang pembelajaran agar anak-anak usia dini tidak menikah terlalu cepat. Kalau menikah terlalu cepat, kualitas sumber daya manusianya akan merosot,” ujar Prof. Sofyan.
Ia menegaskan, upaya harus dikawal dan didampingi secara serius dan berkelanjutan.
Jika tidak, akan muncul kekosongan generasi berkualitas di masa depan.
Prof. Sofyan juga menyinggung hasil studi tentang lost generation, di mana usia produktif cenderung meninggalkan desa menuju kota, namun tidak terserap secara optimal di dunia kerja akibat rendahnya kualitas sumber daya manusia.
“Kerja sama DP3AP2KB dengan Pusat Kajian Gender dan Anak (PKGA) IPB University ini menjadi sangat penting untuk memastikan pendampingan yang tepat. Dengan begitu, anak-anak kita memiliki pengetahuan dan perspektif yang baik dalam mempersiapkan masa depan,” jelasnya.