TRIBUNNEWSMAKER.COM - Solo, Jawa Tengah tak hanya kaya budaya, tetapi juga menyimpan destinasi wisata religi yang sarat makna.
Beragam tempat ibadah bersejarah di Kota Bengawan ini kerap menjadi tujuan ziarah dan wisata rohani.
Mulai dari masjid megah hingga kompleks makam tokoh penting, semuanya menyuguhkan ketenangan.
Baca juga: 6 Tempat Wisata di Dekat Stasiun Solo Jebres yang Wajin Dikunjungi, Termasuk Kampung Batik Kauman
Wisata religi di Solo juga cocok bagi pelancong yang ingin menelusuri jejak sejarah spiritual.
Berikut 5 tempat wisata religi di Solo, termasuk Masjid Raya Sheikh Zayed, yang wajib dikunjungi.
Masjid Agung Surakarta mengandung makna sejarah yang kental di dalamnya dan memiliki ikatan historis yang erat dengan Keraton Surakarta Hadiningrat.
Masjid ini dibangun dalam waktu yang lama dan rampung pada masa pemerintahan Paku Buwana III (1749–1788).
Terletak di Jalan Masjid Agung No.1, Kauman, Pasar Kliwon, bangunan ini mengusung gaya arsitektur tradisional Jawa. Gapura masjid memadukan sentuhan Arab-Persia dengan interior bernuansa Jawa yang kuat.
Dulunya, masjid ini berfungsi sebagai tempat ibadah sekaligus pusat syiar Islam bagi warga kerajaan.
Hingga kini, Masjid Agung masih menjadi lokasi pelaksanaan grebeg dan festival sekaten yang menjadi daya tarik wisata religi tahunan.
Tak hanya untuk umat Islam, Solo juga menjadi rumah bagi umat Hindu yang ingin beribadah dengan damai.
Salah satu tempatnya adalah Pura Indra Prasta, yang terletak di Kampung Mutihan, Sondakan, Kecamatan Laweyan.
Didirikan pada tahun 1968, pura ini awalnya dibangun oleh warga sekitar yang juga menggunakan lahan tersebut untuk menggembala ternak sambil beribadah.
Pura ini mencakup area 785 meter persegi dan termasuk jenis pura dwi mandala, yang memiliki dua halaman utama.
Kini, selain menjadi tempat sembahyang, Pura Indra Prasta juga sering dikunjungi wisatawan untuk menikmati keindahan arsitektur dan suasana spiritual yang tenang.
Bangunan Masjid Al Wustho berdiri megah di Kampung Ketelan, Banjarsari, Surakarta.
Dibangun antara tahun 1916 hingga 1944, masjid ini merupakan peninggalan bersejarah dari masa pemerintahan Mangkunegaran VII.
Nama “Al Wustho” berarti tengah, melambangkan letaknya yang berada di pusat wilayah pemerintahan Mangkunegaran.
Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini juga berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial, seperti layanan kesehatan dan kegiatan sunatan massal.
Arsitekturnya menampilkan perpaduan modern dan Eropa, menjadikannya salah satu masjid paling elegan di Solo.
Bagi umat Katolik, Solo juga menawarkan destinasi spiritual yang menenangkan, yaitu Gua Maria Mojosongo.
Lokasinya berada di Jalan Debegan, Mojosongo, Jebres, di tengah area yang sejuk dan rindang.
Awalnya, lokasi ini hanyalah lapangan belukar dengan salib besi di tengahnya.
Namun, pada tahun 1975, masyarakat mulai membangun rumah sederhana untuk tempat istirahat dan mengembangkan gagasan tempat ziarah
Akhirnya, pada 25 Desember 1983, Gua Maria Mojosongo resmi dibuka sebagai tempat doa dan perenungan.
Suasananya yang damai menjadikannya tempat ideal untuk mencari ketenangan batin.
Salah satu ikon baru wisata religi di Solo adalah Masjid Raya Sheikh Zayed, yang diresmikan oleh Presiden ke-7 RI Joko Widodo bersama Presiden Uni Emirat Arab, Mohammed bin Zayed Nahyan, pada 14 November 2022.
Terletak di Jalan Ahmad Yani No.128, Gilingan, Banjarsari, masjid megah ini berdiri di atas lahan 8.000 meter persegi dengan empat menara dan satu kubah utama.
Arsitekturnya memadukan gaya Timur Tengah dan unsur budaya Indonesia, menjadi simbol persahabatan antara kedua negara.
Meskipun terbuka untuk umum, pengunjung diharuskan mengenakan pakaian sopan dan menutup aurat selama berada di dalam kawasan masjid.
(TribunNewsmaker.com/TribunSolo.com)