TRIBUNMATARAMAN.COM |BANYUWANGI – Program pengabdian masyarakat Nyubrick 2025 kembali menunjukkan dampak nyata melalui kolaborasi dengan Komunitas Osoji Banyuwangi.
Sinergi ini menghadirkan dua produk unggulan ramah lingkungan berupa kopi mangrove dan lilin aromaterapi dari minyak jelantah sebagai oleh-oleh khas Pulau Santen, Banyuwangi.
Nyubrick merupakan program pengabdian masyarakat (pengmas) yang telah berjalan sejak tahun 2022 dan secara konsisten berfokus pada peningkatan sumber daya masyarakat melalui pemberdayaan ekonomi kreatif berbasis lingkungan.
Program ini melibatkan mahasiswa FIKKIA Universitas Airlangga yang bekerja sama langsung dengan masyarakat lokal untuk mengoptimalkan potensi alam, khususnya ekosistem mangrove.
Baca juga: Perkara Penganiayaan Guru SMPN 1 Trenggalek Segera Dilimpahkan ke JPU
Selain itu, Nyubrick mengupayakan pengembangan eduwisata berkelanjutan melalui kolaborasi dengan Komunitas Osoji Banyuwangi. Program ini mendapat dukungan penuh dari Kelurahan setempat serta Kodim 0825/Banyuwangi.
Kelurahan berperan dalam koordinasi administratif dan penyediaan fasilitas, sementara Kodim memberikan dukungan perizinan lokasi guna menjamin keamanan dan kelancaran kegiatan.
Pada pelaksanaan Nyubrick 2025, program semakin matang dengan menghadirkan pelatihan pembuatan kopi mangrove dan lilin aromaterapi dari minyak jelantah. Pelatihan ini menyasar kelompok sadar wisata (Pokdarwis) yang mayoritas beranggotakan ibu-ibu masyarakat Pulau Santen.
Kopi mangrove dibuat dari buah mangrove (propagul) spesies Rhizophora apiculata yang melimpah di sekitar Pulau Santen. Proses pembuatannya meliputi pemetikan buah segar, pembersihan, pengeringan alami atau oven bersuhu terkontrol, fermentasi, penggilingan, hingga penyangraian. Hasilnya adalah kopi bercita rasa khas earthy, sedikit asam, dan kaya antioksidan.
“Pelatihan ini membuka wawasan baru bagaimana mengolah buah mangrove jadi kopi enak dan bernilai jual. Daripada tidak dimanfaatkan, lebih baik dijadikan kopi supaya bisa menghasilkan,” ujar Diana, Ketua Pokdarwis Pulau Santen.
Selain kopi mangrove, masyarakat juga dilatih mengolah minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi. Minyak goreng bekas yang sebelumnya menjadi limbah rumah tangga disaring, dicampur dengan lilin lebah atau parafin, diberi essential oil alami, lalu dicetak menjadi lilin yang aman dan bernilai jual.
“Upaya mengolah minyak jelantah menjadi lilin bukan hanya solusi lingkungan, tapi juga peluang ekonomi nyata. Limbah yang sebelumnya dibuang kini berubah menjadi produk bernilai tinggi,” ujar dr. Binthary Wuryaningsih, Founder Komunitas Osoji Banyuwangi.
Dorong UMKM dan Ekowisata Pulau Santen
Sebelum dipasarkan secara luas, produk kopi mangrove akan melalui proses pengurusan PIRT, uji organoleptik, serta uji keamanan pangan lainnya. Tim Nyubrick akan mendampingi proses ini bersama pihak Kelurahan dan Kodim agar produk memenuhi standar mutu dan aman dikonsumsi.
Ke depan, kopi mangrove dan lilin aromaterapi diharapkan dapat berkembang menjadi oleh-oleh ikonik Banyuwangi, sekaligus menarik minat wisatawan ekowisata dan memperkuat sektor UMKM lokal.
“Ini adalah cita-cita kami sejak awal. Saya bangga melihat masyarakat Pulau Santen aktif mengolah kopi mangrove dan minyak jelantah menjadi produk bernilai. Program ini memberdayakan ekonomi sekaligus melestarikan lingkungan,” ujar Jayanti, dosen pelaksana Nyubrick.
Didukung Universitas Airlangga
Program pengabdian masyarakat Nyubrick mendapat dukungan penuh dari Lembaga Pengabdian Masyarakat Berkelanjutan (LPMB) Universitas Airlangga melalui skema Program Pemberdayaan Desa Binaan (PPDB). Dukungan pendanaan ini memungkinkan pelaksanaan workshop, penyediaan bahan baku, hingga distribusi produk secara berkelanjutan.
Dengan kolaborasi lintas pihak, Nyubrick 2025 diharapkan mampu menjadikan Pulau Santen sebagai destinasi ekowisata berkelanjutan yang menginspirasi daerah lain di Indonesia.
(tribunmataraman.com)
