TRIBUNNEWS.COM - Kasus pembunuhan Faizah Soraya (42) oleh siswi kelas 6 SD berinisial SAS alias AI (12) sedang menjadi sorotan.
Pada Rabu (10/12/2025), AI membunuh ibu kandungnya di Jalan Dwikora, Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan, Sumatra Utara.
Al tega menikam tubuh sang ibu sebanyak 20 kali hingga Faizah meregang nyawa.
Namun, keluarga dan tetangga meragukan AI adalah pelaku pembunuhan.
Salah seorang anggota keluarga korban Faizah yakni Dimas menyebut kasus pembunuhan Faizah tak wajar.
Dimas ragu kalah Al lah yang menghabisi nyawa ibunya sendiri.
Karenanya Dimas pun menjabarkan temuannya perihal kejanggalan kematian Faizah tersebut.
"Adek Al mengaku dia yang membunuh mamanya tapi semua kejanggalan mulai tampak dan kita hanya bisa nunggu laporan resmi dari kepolisian dan saya harap penyidik bisa mengungkap kebenarannya karena ini terlalu banyak kejanggalan," tulis Dimas dalam postingannya di Instagram, Selasa (16/12/2025).
Terkait dengan pengakuan Al tersebut, keluarga besar korban mencium kejanggalan.
Salah satu kejanggalan yang diurai Dimas adalah perihal jumlah luka tikaman di tubuh korban.
Dimas ragu keponakannya itu, Al bisa tega menusuk ibu kandungnya sebanyak puluhan kali.
"Logika, ini adek masih kelas 6 SD bukan SMP ya kawan2 dan luka tusuk ada 20 tusukan logika aja gak teriak mamaknya klo gak dibekap," pungkas Dimas.
"Penikaman lebih dari 20 tusukan di punggung, perut, tangan, kaki dan kepala korban," sambungnya.
Lantaran hal tersebut, Dimas meminta agar polisi mengusut tuntas kasus kematian Faizah.
Baca juga: 4 Fakta Anak Bunuh Ibu Hingga Buang Jasad ke Sumur di Muna Sulawesi Tenggara, Terungkap Sosok Pelaku
Warga masih tak menyangka seorang anak SD begitu sadis diduga menghujamkan pisau ke ibunya.
Tetangga sebelah rumah korban, Rossa, mengungkap detik-detik sebelum Faiza Soraya ditemukan tewas bersimbah darah.
Sekitar pukul 04:30 WIB, ketika bangun tidur hendak ke kamar mandi untuk persiapan salat subuh, Rossa mengaku sempat mendengar suara orang naik turun tangga dari rumah korban.
Ia pun sempat menanyakan suara tersebut ke suaminya, namun dijawab suara kucing mengejar tikus.
"Di rumahnya itu kan ada loteng. Sesudah itu, aku mendengar suara seperti orang kejar-kejaran di atas loteng naik turun, duk, duk. Saya tanya ke suami, itu apaan sih di atas. Kata suami, ah kucing sama tikus. Biasa,"kata Rossa menceritakan ulang, Rabu (17/12/2025).
Tak lama kemudian, Rossa kembali mendengar suara seperti meminta pertolongan dari sebelah kanan rumah tetangganya tersebut.
Suara itu didengar begitu lirih, namun hanya sekali saja terdengar.
Lagi-lagi, ketika ia menanyakan suara itu ke suaminya, disebut orang sedang bermain di luar rumah karena dekat dengan jalan raya Setia Budi Medan.
"Nah, aku mendengar suara 'Tolong' seperti orang habis disiksa seperti itu. Suaranya itu seperti sedih sekali,"ungkapnya.
Karena tak mengira akan terjadi sesuatu, Rossa pun melanjutkan aktivitasnya.
Sampai akhirnya, sekitar pukul 06:00 WIB, Rossa menerima telepon dari tetangga sebelah kiri rumahnya bernama Tatik.
Tatik menelepon, memberi kabar kalau tetangga sebelah kanan Rossa, bernama Faiza Soraya telah tewas bersimbah darah.
Wanita yang mengenakan hijab berwarna hitam ini pun syok, karena tak menyangka Soraya tewas.
"Meskipun saya di sebelah rumah gak mendengar suara keributan. Justru saya ditelepon dia (tetangga) kok gak tahu kejadian disini,"katanya.
"Tetangganya dibunuh kok gak tahu. Saya ditelpon ibu Tatik pas sudah ramai,"sambungnya.
Sebelumnya, Faizah Soraya ditemukan tewas bersimbah darah dalam kamar rumahnya di Kecamatan Medan Sunggal, Sumatera Utara pada Rabu (10/11/2025) pukul 05.00 wib.
Baca juga: Sosok 2 Pelaku Pembunuhan Pasutri di Lampung, Teman Anak Korban, Suara Mengorok & Jejak Kaki
Polrestabes Medan sebelumnya telah menggelar pra rekonstruksi kasus pembunuhan yang menimpa F.
Rekonstruksi kedua berlangsung selama enam jam dengan 43 adegan, melibatkan saksi.
Polisi juga melakukan penggeledahan untuk mencari barang bukti tambahan.
Usai rekonstruksi, Komisioner KPAI Diyah Puspitarini, membocorkan curhatan Al soal motif terbesarnya melakukan perbuatan sadis terhadap sang ibu.
Bahwa aksi pembunuhan yagn dilakukan Al tergolong dalam fenomena bernama parisida.
"Kejadian ini adalah parisida, di mana pembunuhan terjadi orangtua sebagai korban dan pelakunya adalah anak," ungkap Diyah dalam tayangan youtube tv one news, Rabu (17/12/2025).
Fenomena anak bunuh orangtua seperti yang dilakukan Al itu kata Diyah memiliki banyak faktor pemicu.
"Di dalam kasus parisida memang banyak faktor, di antaranya adalah faktor emosional anak, kedua faktor ekonomi, ketiga faktor kurangnya dukungan sosial anak, keempat faktor pengasuhan bermasalah," pungkas Diyah.
Bukan baru pertama terjadi, sebelum Al ada juga kasus anak bunuh orangtuanya yang terjadi di Jakarta Selatan beberapa bulan lalu.
"KPAI bersama KPAD Labuhan Batu Utara, anak ini (pelaku) ceria, biasa saja. Jadi kami pernah menangani kasus MAS di Jaksel, kasusnya parisida membunuh bapak dan nenek ya hampir sama, anaknya ceria seperti anak lain," kata Diyah.
Lebih lanjut, Diyah mengungkap temuan baru dari kasus pembunuhan sadis di Medan tersebut.
Usai kejadian dan sebelum rekonstruksi, Al sebagai terduga pelaku mengurai curhatan.
Al mengungkap alasannya tega membunuh sang ibu kandung.
Awalnya isu yang berkembang adalah alasan Al menusuk Faizah karena kesal kakaknya dimarahi pada Selasa malam.
Guna membela kakaknya, Al pun membunuh sang ibu.
Belakangan diungkap KPAI, ternyata Al bukan cuma ingin membela sang kakak saja.
Al mengaku ia juga ingin membela sang ayah yang sering dimarahi korban.
"Anak ini sebenarnya membela kakaknya, yang mungkin sering diiniin ibunya. Kemudian juga membela ayahnya. Jadi yang kami dapatkan informasi, anak ini merasa tidak nyaman dengan perilaku ibunya yang kadang sering marah-marah kepada kakaknya dan ayahnya, terutama kakaknya," ungkap Diyah.
Kepada KPAD Medan, Al mengaku sakit hati kepada sang ibu.
"Jadi lebih ke motif utama (pelaku membunuh) mungkin dendam atau sakit hati (kepada ibu)," ujar Diyah.
Rasa sakit hati itu menggelayuti perasaan Al karena melihat perangai sang ibu yang temperamen.
"Iya, informasi yang kami dapatkan juga demikian (si ibu sering temperamen)," imbuh Diyah.
Adapun penyebab tindakan parisida yang dilakukan Al, KPAI menganalisa pemicunya adalah karena faktor emosi.
"Emosional ini karena si anak belum bisa meregulasi kondisi emosinya. Mungkin dia semacam protes melihat perilaku ibunya. Dia bingung 'saya ingin membela tapi saya juga tidak terima dengan kondisi ini'," kata Diyah.
Baca juga: Update Kasus Anak SD Bunuh Ibu Kandung di Medan, Pakar Viktimologi: Sangat Jarang Terjadi
Kapolrestabes Medan Kombes Calvijn Simanjuntak mengungkapkan kondisi anak berinisial AL (12), yang diduga membunuh ibunya F (42), dalam keadaan sehat. Hal ini disampaikan Calvijn saat diwawancarai di Jalan Suwondo, Kota Medan.
“Sampai saat ini, puji Tuhan, kondisinya sehat,” ujar Calvijn.
Ia menjelaskan, kepolisian bersama instansi terkait seperti Dinas Perlindungan Anak dan Dinas Kesehatan memberikan pendampingan kesehatan serta pendidikan bagi AL. Meski sekolah sedang libur, AL tetap mendapat edukasi melalui kegiatan menggambar, menulis, dan permainan anak.
Calvijn menekankan bahwa pihaknya sangat hati-hati dalam menangani kasus ini karena AL masih duduk di bangku kelas 6 SD. Polisi berkomitmen mengungkap fakta secara terang benderang dan segera memberikan hasil penyelidikan.
Terduga pelaku yang didampingi psikolog serta petugas dari Dinas Perlindungan Anak.