Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) asal Probolinggo ini ditemukan tak bernyawa dalam kondisi mengenaskan di pinggir sungai kawasan Wonorejo, Pasuruan, pada Selasa (16/12/2025).
Namun, di balik penemuan jasad tersebut, tersimpan sebuah tabir gelap yang mengarah pada sosok "orang dalam" di keluarga korban.
Dugaan kuat mengarah pada Bripka AS, seorang oknum polisi yang bertugas di Unit Propam Polsek Krucil.
Ironisnya, AS bukan orang asing bagi korban, ia adalah kakak ipar FAN.
Kecurigaan keluarga bukan tanpa alasan.
Baca juga: Dibunuh Anak Sendiri, Harapan Ibu di Medan untuk Anaknya 5 Tahun Lalu Jadi Viral, Berharap Jadi Ini
Ramlan, ayah kandung korban, membeberkan bahwa hubungan putrinya dengan menantunya itu memang sudah lama retak dan penuh konflik.
“AS dan anak saya ini memang bermusuhan sejak lama."
"Bukan hanya dengan FAN, tapi juga dengan kakak sulungnya. FAN sering melawan AS,” ungkap Ramlan dengan nada getir saat ditemui pada Rabu (17/12/2025).
Kematian FAN pun menyimpan banyak kejanggalan yang sulit dinalar secara awam.
Saat ditemukan, korban masih mengenakan helm berwarna merah muda (pink) yang tampak mencolok.
Hal ini justru memancing kecurigaan sang ayah yang mengenal betul barang-barang milik anaknya.
Menurut Ramlan, helm tersebut sama sekali bukan milik FAN.
Baca juga: Heboh Kasus Inses di Boyolali, Masih di Bawah Umur, Terbongkar saat Korban Merasa Tak Enak Badan
"Helm ini bukan punya anak saya. Helm tersebut diduga dibelikan baru di lokasi kejadian," ucapnya, menduga bahwa penggunaan helm itu adalah skenario untuk mengaburkan fakta.
Titik terang mulai muncul saat rekaman CCTV dari tempat kos korban dan sekitar lokasi kejadian diperiksa.
Pada Selasa malam, sekitar pukul 20.14 WIB, FAN terlihat meninggalkan kos dijemput oleh ojek online.
Namun, di saat yang hampir bersamaan, sebuah mobil Strada Triton double cabin terekam mondar-mandir di sekitar tempat jasad korban ditemukan.
Yang membuat hati Ramlan semakin hancur adalah fakta bahwa mobil yang diduga digunakan pelaku untuk memburu anaknya merupakan pemberian darinya sendiri.
“Bahkan mobil double cabin itu saya sendiri yang membelikannya,” kata Ramlan penuh penyesalan.
Kini, kasus yang melibatkan oknum aparat penegak hukum ini telah diambil alih oleh Polda Jawa Timur.
Keluarga besar FAN kini hanya bisa berharap pada keadilan, agar tabir gelap di balik helm pink dan mobil pemberian sang ayah segera terungkap, serta pelaku mendapatkan hukuman yang setimpal atas perbuatannya.
(Tribunnewsmaker.com/Candra)