Jakarta (ANTARA) - Pembangunan dunia Pandora dalam film terbaru James Cameron, Avatar: Fire and Ash, mencapai skala yang sepenuhnya baru dan dibuat lebih masif dibandingkan dua film sebelumnya.

Desainer produksi Dylan Cole dan Ben Procter membagi tanggung jawab pembangunan semesta film itu menjadi dua fokus utama: desain teknologi manusia di bawah Procter, serta ekosistem Pandora dan Na’vi di bawah kendali Cole.

"Prinsip utama yang dipegang oleh tim adalah berani ambil risiko besar atau tidak sama sekali, karena di Pandora segala sesuatunya dirancang dengan ukuran yang lebih besar," ujar Cole, dilansir dari Variety, Kamis.

Pengenalan bioma baru memungkinkan para seniman untuk menunjukkan kreativitas mereka dalam memperluas dunia di luar wilayah yang sudah dikenal sebelumnya.

​Salah satu pengenalan bioma baru yang paling menonjol adalah klan Wind Traders yang hidup di atas kapal udara organik raksasa.

Dylan Cole merancang bukan hanya satu melainkan tiga kapal udara dengan salah satunya memiliki desain yang terinspirasi dari ubur-ubur api atau Portuguese man o’ war (Latin: Physalia physalis), kemudian gondola, dan penariknya oleh makhluk bernama Windray, yang bentuknya terinspirasi dari sotong.

Desainnya dianggap yang tersulit karena melibatkan koordinasi tiga elemen: kapal udara itu sendiri, makhluk penariknya, dan gondola yakni desa hidup bergaya kapal bajak laut di bawahnya.

Cole bahkan harus menguji coba transparansi kapal menggunakan Photoshop dan 3D modelling untuk memastikan siluetnya tetap indah saat terpapar cahaya latar di atas langit Pandora.

Dalam proses perancangan, Cole teringat percakapan dengan mendiang Jon Landau pada 2013, di mana produser tersebut mendorong konsep di mana para Wind Traders dalam film mengendarai "pesawat udara hidup organik yang diterangi matahari seperti lentera kertas."

​Di sisi lain, Ben Procter memperkenalkan armada baru dari Resources Development Administration (RDA) berupa factory ship sepanjang 900 kaki yang berfungsi sebagai kapal induk bagi 72 kendaraan lainnya.

Kapal itu awalnya dirancang menyerupai anjungan minyak, namun sutradara James Cameron meminta desain yang lebih tajam, lincah, dan hampir menyerupai pesawat tempur siluman dengan warna abu-abu gelap (charcoal).

Peningkatan skala juga terlihat pada kembalinya Tulkun, makhluk menyerupai paus yang kini tampil lebih besar, dengan pemimpin induk (matriark) yang panjangnya 300 kaki dan beratnya mungkin dua kali lipat kapal lain RDA, Sea Dragon.