TRIBUNJAKARTA.COM - Perkara MAHM (9) tewas mengenaskan di rumah mewah Perumahan Bukit Baja Sejahtera (BBS), Kota Cilegon, Banten, Selasa (16/12/2025) masih belum terungkap.
Pakar Psikologi Forensik Reza Indragiri Amriel menduga korban bukanlah target pelaku sebenarnya.
MAHM merupakan putra Dewan Pakar PKS Kota Cilegon, Banten, Haji Maman Suherman.
Kasi Humas Polres Cilegon AKP Sigit Darmawan mengungkapkan korban tewas akibat luka senjata tajam dan benda tumpul.
Sigit mengatakan ada total 22 luka di tubuh MAHM. Puluhan luka itu terdiri dari 19 luka tusuk dan tiga luka memar.
Berdasarkan hasil penyelidikan dan olah tempat kejadian perkara (TKP), polisi menduga putra bungsu dari Maman Suherman diduga dibunuh bukan perampokan.
Reza Indragiri Amriel menanggapi respons polisi yang menduga putra Maman Suherman merupakan korban pembunuhan.
Ia pun merujuk pada pasal 338 KUHP. Namun, Reza Indragiri juga mempertimbangkan kasus tersebut yakni meninggalnya seseorang akibat perbautan orang lain.
Sehingga, kata Reza, insiden tragis itu tidak semata-mata akibat pembunuhan atau pasal 338 KUHP.
"Tapi ada orang yang meninggal akibat perbuatan orang lain misalnya dalam bentuk penganiayaan, pengeroyokan, pembunuhan berencana dan kemungkinan lainnya sehingga kemungkinan pasalnya sangat beragam," kata Reza dikutip dari tayangan Youtube Kompas TV, Kamis (18/12/2025).
Oleh karena itu, Reza mengatakan dirinya patut berspekulasi lebih tepat korban meninggal akibat perbuatan orang lain.
Reza juga menyoroti kondisi korban yang tewas dengan luka parah. Ia menduga pelaku tidak sungguh-sungguh menjadikan korban sebagai target aksi kejahatan.
"Boleh jadi pelaku mengincar pihak lain yang punya keterkaitan dengan korban misalnya orangtua korban," katanya.
Namun, lanjut Reza, pelaku tidak dapat melakukan serangan frontal terhadap orangtua korban sehingga bocah berusia 9 tahun itu menjadi objek pengganti.
Karena hitung-hitungan di atas kertas anak-anak termasuk kelompok rentan jadi korban kejahatan," imbuhnya.
Mengenai dugaan orang dekat, Reza membayangkan pelaku memiliki akses ke rumah mewah tersebut.
Pelaku juga dapat memperkirakan kondisi dalam rumah tersebut.
"Saya memilih menggunakan orang yang mengenal situasi rumah dan keluarga tersebut," katanya.
Maman Suherman, ayah korban adalah anggota Dewan Pakar Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Cilegon, sekaligus pengusaha.
Maman bahkan sempat digadang-gadang untuk menjadi calon Wakil Wali Kota mendampingi calon Wali Kota Cilegon Ratu Ati Marliati pada tahun 2020.
Meski banyak mendapatkan dukungan, namun saat itu Ratu Ati Marliati maju didampingi Sokhidin.
Dalam kasus ini, Polres Cilegon telah memeriksa delapan orang saksi dan mengamankan barang bukti berupa rekaman CCTV dari sekitar lokasi.
"Dugaan sementara untuk kasus ini itu dugaan pembunuhan, dapat dilihat dari bagaimana keadaan korban di rumah sakit."
"Dari Polres Cilegon sudah membuat LP yang mencantumkan dugaan pembunuhan jadi bukan perampokan," kata Kasat Reskrim Polres Cilegon, AKP Yoga dikutip Tribunnews dari tayangan YouTube Kompas TV, Kamis (18/12/2025).
Polisi memastikan, tidak ada barang-barang berharga yang hilang dari rumah Maman.
Kepastian itu didapat setelah petugas melakukan pemeriksaan dan mendengar keterangan dari pemilik rumah.
"Untuk barang-barang berharga, sampai saat ini belum ditemukan adanya barang yang hilang," ungkap Kepala Seksi Humas Polres Cilegon, AKP Sigit Dermawan, melalui pesan WhatsApp kepada Kompas.com, Rabu (17/12/2025).
Kasi Humas Polres Cilegon AKP Sigit Darmawan mengatakan ada total 22 luka di tubuh MAHM.
"Total ada 22 luka, terdiri dari 19 luka tusukan atau kekerasan benda tajam dan tiga luka memar dari kekerasan benda tumpul," jelas Sigit dikutip dari Tribunnews.com, Kamis (18/12/2025)
Akibat banyaknya luka tersebut, MAHM mengalami pendarahan hebat yang menyebabkan tewas.
Dua hari sejak terjadinya pembunuhan, polisi sampai saat ini belum menemukan alat yang digunakan untuk menghabisi nyawa korban.
"Untuk benda-benda tersebut belum ada, itu masih dicari, belum ditemukan," katanya.
Sebelumnya, Sigit mengatakan tidak ada barang berharga yang hilang dari kediaman Haji Maman di kawasan Ciwaduk, Kota Cilegon.
Padahal, narasi yang beredar mengatakan kasus tersebut merupakan perampokan disertai pembunuhan.
"Untuk barang-barang berharga, sampai saat ini belum ditemukan adanya barang yang hilang," ujar Sigit, Rabu (17/12/2025), masih dilansir Kompas.com.
Saat tragedi berdarah itu terjadi, hanya ada korban dan kakaknya di dalam rumah mewah itu.
Sementara Maman dan istrinya sedang tak berada di rumah karena tengah bekerja.
"(Saat kejadian) berdua sama kakaknya, cuma ini kan kamarnya ada delapan ini, jadi masing-masing gitu. Tinggal sama orang tuanya, karena ibunya bekerja juga, bapaknya juga pengusaha kan gitu," ungkap Sigit.
Di sisi lain, kamera CCTV yang berada di rumah mewah tersebut tidak bisa merekam apapun lantaran rusak.
Disebutkan, CCTV di rumah yang berada di Perumahan BBS 3, Ciwaduk, Kota Cilegon itu telah rusak selama dua minggu.
Peristiwa itu diketahui sekira pukul 14.20 WIB, saat ayah korban, Maman menerima telepon darurat dari anak keduanya berinisial D.
Di telepon itu, D berteriak meminta pertolongan kepada ayahnya, melansir TribunBanten.com.
Mendapat kabar itu, Maman langsung bergegas meninggalkan tempat kerjanya di wilayah Ciwandan menuju rumah.
Setibanya di rumah, ia mendapati kondisi anaknya sudah tergeletak tengkurap di dalam kamar dengan tubuh bersimbah darah.
Korban kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Bethsaida Kota Cilegon, namun korban dinyatakan telah meninggal dunia.
Dari pemeriksaan awal, korban mengalami 14 luka tusukan senjata tajam di sejumlah bagian tubuhnya.