TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, Kasri, bernostalgia mengenang masa mudanya saat berkunjung ke redaksi Tribun Timur di Jalan Cendrawasih, Makassar, Kamis (18/12/2025) pagi.
Kunjungan tersebut membangkitkan kenangan masa kuliah hingga pengalaman hidupnya saat menetap di Makassar.
Legislator Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu larut dalam nostalgia, mengenang masa kuliah, kehidupan kos.
Bahkan peristiwa kelam pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat yang dikenal sebagai April Makassar Berdarah (Amarah) 1996.
Mengenakan pakaian batik, Kasri tiba di redaksi Tribun Timur dan disambut Wakil Pemimpin Redaksi AS Kambie dan Ronald Ngantung.
Hadir pula Vice GM Business Tribun Timur Yuyun Yunitra serta Manager Iklan dan Promosi, Dedy Pakiding.
Diskusi berlangsung hangat hampir dua jam, ditemani secangkir kopi hitam.
Kasri menegaskan, kunjungannya bertujuan mempererat tali silaturahmi sekaligus memperkuat jejaring dengan media.
Menurutnya, peran media sangat strategis dalam mengawal demokrasi, pembangunan daerah, dan penyampaian informasi kepada masyarakat.
“Hubungan ke media sangat kami jaga, terutama Tribun. Setiap turun ke lapangan, kami selalu melibatkan media agar bisa melihat langsung kondisi masyarakat,” ujar Kasri sambil menyeruput kopi hitam.
Mengawali diskusi, Kasri memperkenalkan latar belakang dirinya.
Ia mengungkapkan kedekatan emosional dengan Sulsel, khususnya Kabupaten Bone.
Sebagian besar keluarga besarnya berasal dari daerah tersebut.
Mulai dari orang tua, paman, hingga sepupu yang tumbuh dan besar di Bone.
“Keluarga, saudara-saudara, dan sepupu saya banyak di Bone,” tuturnya.
Ikatan Kasri dengan Makassar bukan hanya karena garis keturunan.
Ia pernah menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi di kota ini dan menjalani kehidupan sebagai mahasiswa perantau.
Cukup lama ia tinggal di rumah kos di Jalan Abdullah Daeng Sirua, Makassar.
Kawasan yang berada tak jauh dari jembatan itu hingga kini masih ia ingat dengan jelas.
Kenangan itu semakin kuat ketika Kasri mengingat salah satu peristiwa paling kelam dalam sejarah Makassar.
Ia masih berada di kota ini saat tragedi April Makassar Berdarah pada 25 April 1996.
Saat itu, mahasiswa Universitas Muslim Indonesia (UMI) menggelar demonstrasi menolak kenaikan tarif angkutan umum.
Aksi tersebut berujung bentrokan dengan aparat dan menelan korban luka serta tiga mahasiswa meninggal dunia.
“Peristiwa Amarah itu sangat mengerikan. Saya ingat betul suasananya. Waktu itu saya masih di Makassar dan lama ngekos di Jalan Daeng Sirua,” kenang Kasri.
Pengalaman tersebut menjadi bagian dari perjalanan hidup yang membentuk cara pandangnya terhadap demokrasi.
Bahwa kebebasan berekspresi, dan peran negara dalam melindungi warganya.
Karena itu, setiap kali kembali ke Makassar, ia selalu merasa seperti pulang ke masa muda.
“Saya sangat senang kalau kembali ke Makassar. Keliling daerah sambil bernostalgia. Makanannya juga enak, seperti dange (makanan khas Bugis),” ujarnya.
Kasri sendiri satu kampung dengan mantan Kapolda Kalimantan Selatan dan Sulsel, Irjen Pol Andi Rian Ryacudu Djajadi, yang juga berdarah Bone.
Wakil Pemimpin Redaksi Tribun Timur, AS Kambie, menambahkan Andi Rian dikenal sebagai sosok perwira tinggi Polri yang tegas, ramah, dan fasih berbahasa Bugis.
"Beliau (Andi Rian) sangat suka dan pandai berbahasa Bugis," kata Kambie.
Beranjak dari nostalgia, Kasri kemudian memaparkan perkembangan politik di Kabupaten Paser.
Ia menyebut PKB berhasil mencatatkan lonjakan signifikan pada Pemilu Legislatif 2024.
Partai besutan Muhaimin Iskandar itu berhasil menggandakan perolehan menjadi 12 kursi di DPRD Paser.
Perolehan tersebut naik signifikan dibanding periode 2019–2024 PKB, yang hanya 6 kursi.
“Alhamdulillah, PKB sekarang meraih kursi terbanyak di DPRD Paser. Ini menunjukkan kepercayaan masyarakat yang semakin kuat,” katanya.
Dengan perolehan tersebut, PKB mengunci kursi Ketua DPRD Paser untuk periode 2024–2029.
Tak hanya itu, posisi Bupati Paser juga diisi kader PKB.
Yakni dr Fahmi Fadli, yang merupakan Ketua DPC PKB Paser sekaligus bupati dua periode.
Kasri menilai, Paser merupakan salah satu basis kekuatan PKB di Kalimantan Timur.
Loyalitas masyarakat terhadap PKB, terutama di wilayah pesisir.
Ini dinilainya sangat kuat dan sulit digeser partai lain.
“Memang susah digeser suara PKB, terutama di pesisir. Karena masyarakat di sana sudah melekat dan loyal dengan PKB,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Kasri juga menguraikan arah pembangunan Kabupaten Paser di bawah kepemimpinan dr Fahmi Fadli.
DPRD Paser bersama pemerintah daerah, fokus mendorong terwujudnya visi Paser Tuntas.
Yakni Paser yang Tangguh, Unggul, Transformatif, Adil, dan Sejahtera.
Ia mengungkapkan, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Paser tahun 2026 telah disahkan dengan nilai Rp3,9 triliun.
Angka tersebut mengalami penurunan signifikan dibandingkan APBD 2025 yang mencapai Rp4,6 triliun.
Penurunan itu dipengaruhi kebijakan Dana Bagi Hasil (DBH) dari pemerintah pusat.
Kabupaten Paser mengalami pemotongan DBH hingga 73 persen.
Ini jauh lebih besar dibandingkan sejumlah daerah lain yang hanya sekitar 50 persen.
“Kita sempat protes karena nominalnya tidak seperti daerah lain,” kata Kasri.
Kondisi tersebut mendorong DPRD Paser dan Pemerintah Paser untuk tidak terlalu bergantung pada DBH.
Kasri menegaskan, pihaknya tengah mendorong optimalisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) agar keuangan daerah lebih mandiri dan berkelanjutan.
“Kita tidak bisa hanya bergantung pada DBH. Kita harus cari alternatif demi peningkatan PAD,” tegasnya.
Sebagai daerah tambang terbesar kedua di Kalimantan Timur, Paser memiliki potensi besar di sektor pertambangan.
Selain itu, sektor perkebunan kelapa sawit, perikanan, dan sektor-sektor lainnya juga menjadi andalan yang terus dikembangkan.
“Kita punya tambang, perkebunan sawit, perikanan, dan potensi lain yang harus dimaksimalkan untuk kesejahteraan masyarakat,” tandas Kasri.