Analisis Media Sosial Soroti Desakan Status Bencana Nasional Banjir Sumatera
December 18, 2025 11:35 PM

TRIBUNBEKASI.COM, BEKASI - Pendiri firma analitik Big Data Evello Dudy Rudianto mengungkap adanya muatan politis di balik kuatnya desakan penetapan status bencana nasional untuk wilayah Sumatera.

Temuan tersebut diperoleh setelah Evello melakukan pemantauan dan analisis intensif terhadap percakapan warganet di berbagai platform media sosial.

Di tengah ramainya unggahan soal bencana di Sumatera, narasi yang beredar dinilai tidak sepenuhnya murni soal kemanusiaan.

Evello menganalisis sebanyak 11.706 video di TikTok, 9.173 unggahan di Instagram, serta 18.371 video di YouTube yang membahas isu tersebut.

Baca juga: Hendak Diedarkan Saat Nataru, 3.100 Butir Ekstasi dan 3,24 Gram Sabu Disita Polisi

Baca juga: Usut Korupsi Kuota Haji, KPK Kembali Periksa Yaqut Cholil Qoumas Selasa Ini

Baca juga: Santai di Tengah Keramaian, Mahasiswa Curi Raket Padel Seharga Rp 7,7 Juta di Jaksel

Tak hanya menghitung jumlah unggahan, Evello juga mendalami isi percakapan yang muncul di kolom komentar.

“Kami menganalisis 2.763.310 percakapan di TikTok, 1.527.339 percakapan di Instagram dan 357.587 percakapan di YouTube,” ujar Dudy Rudianto, Kamis (18/12).

Narasi Bencana Sumatera

Menurut Dudy, hasil analisis menunjukkan adanya motif politik yang berupaya melemahkan posisi pemerintah.

Narasi tersebut kerap berlindung di balik isu penanganan bencana dan komunikasi pejabat negara.

“Umumnya narasi politis ini berlindung di balik tema soal blunder komunikasi kepala BNPB, tudingan bantuan yang lambat dan ketakutan audit internasional,” kata Dudy.

Ia menilai pola tersebut muncul berulang dan terstruktur di berbagai platform.

Bahkan, narasi politis itu disebut memanfaatkan sentimen ketidakadilan antara Jawa dan luar Jawa.

“Dengan bobot percakapan mencapai 10 persen lintas platform, narasi ini mencoba membakar sentimen tidak adil karena bencana terjadi di Sumatera dan bukan di Jawa,” ungkapnya.

Dudy menjelaskan seluruh narasi tersebut bermuara pada upaya membentuk persepsi publik bahwa pemerintah tidak sanggup menangani bencana secara adil.

Isu lokasi bencana yang tidak terjadi di Jawa atau Jakarta terus diangkat untuk memperkuat tudingan tersebut.

“Narasi ini jelas mengandung unsur pecah belah dan sangat politis,” tegas Dudy.

Ketika ditanya soal tingkat perhatian publik, Evello mencatat lonjakan luar biasa dalam jumlah penayangan konten bencana.

Konten banjir di Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat tercatat ditonton hingga 2,8 miliar kali di TikTok.

Sebaran video ke jejaring WhatsApp mencapai 448.656 kali berbagi.

Jumlah video yang diunduh tercatat sebanyak 877.534 unduhan.

Sementara di Instagram, interaksi mencapai 21.574.617 likes dengan jumlah penayangan sekitar 126 juta kali.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.