TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR — Praktik penipuan di media sosial terkait penyewaan vila marak terjadi pada Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2025/2026.
Selain harga, periode Nataru juga diwarnai maraknya penipuan (scammer) yang memanfaatkan tingginya minat wisatawan.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Bali Villa Rental and Management Association (BVRMA), Kadek Adnyana, Kamis (18/12). Modus yang digunakan adalah penawaran vila dengan harga sangat murah, namun setelah wisatawan melakukan pembayaran, pelaku menghilang tanpa jejak.
Baca juga: ANJLOK Okupansi Villa Padahal High Season Akhir Tahun, Sepi Libur Nataru, Marak Penipuan Penyewaan?
“Menyikapi hal ini, BVRMA mengimbau wisatawan untuk selalu waspada dan berhati-hati dalam melakukan pemesanan akomodasi,” jelasnya.
Berdasarkan data BVRMA, saat ini tercatat lebih dari 49 ribu listing properti akomodasi di berbagai platform digital OTA di Bali, dan diperkirakan akan kembali beroperasi sekitar 12 ribu unit properti tambahan yang siap disewakan (data dari Real Estate Info Indonesia - REID).
Oleh karena itu pentingnya pengawasan, BVRMA menilai, tanpa pengawasan dan penataan yang serius, kondisi ini berpotensi menimbulkan oversupply, perang tarif tidak sehat, serta penurunan nilai investasi dan pendapatan usaha di sektor pervilaan.
Baca juga: BOBOL Villa di Pererenan Badung Bali, Pelaku dan Penadah Barang Curian Dibekuk di Jawa
Fenomena tersebut mulai terlihat jelas di media sosial, di mana sejumlah vila dua kamar tidur ditawarkan dengan harga hingga Rp500.000 per malam yang jauh di bawah standar harga wajar.
“Jika dibiarkan tanpa regulasi yang tegas, situasi ini dapat menjadi boomerang bagi keberlanjutan bisnis vila di Bali dalam jangka panjang,” jelasnya.
Sebagai bentuk komitmen terhadap perlindungan wisatawan dan pelaku usaha yang taat aturan, BVRMA telah menyediakan platform verifikasi villa yang aman dan terpercaya. Wisatawan dapat memeriksa legalitas dan kredibilitas villa melalui halaman verifikasi resmi BVRMA.
Baca juga: Wisatawan Prioritaskan Sarapan Gratis, Tren Kuliner di Bali Villa Hadirkan Private Chef
Terkait, liburan Nataru tingkat penyewaan vila di Bali menunjukkan tren yang memprihatinkan.
Data dari BVRMA mencatat tingkat okupansi vila di bawah manajemen anggota asosiasi hanya berada pada kisaran 55–60 persen, menurun dibandingkan periode yang sama tahun 2024 yang mencapai sekitar 65 persen.
Penurunan ini kemungkinan disebabkan kekhawatiran wisatawan terhadap potensi bencana alam, khususnya banjir di beberapa wilayah Bali.
“Sayangnya, kekhawatiran tersebut tidak diimbangi dengan penjelasan dan kontra-narasi yang memadai dari para pemangku kebijakan, sehingga muncul persepsi keliru bahwa kondisi tersebut terjadi secara merata di seluruh Bali,” kata Adnyana.
Lebih lanjut disampaikan, bencana alam tersebut hanya terjadi di titik-titik tertentu dan tidak merepresentasikan keseluruhan destinasi wisata Bali.
Adnyana juga menuturkan, pertumbuhan properti villa yang disewakan berlangsung sangat signifikan, namun tidak sebanding dengan pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan.
“Ditambah dengan minimnya promosi dan penguatan branding pariwisata Bali ke pasar internasional dalam beberapa tahun terakhir, kondisi ini semakin menekan kinerja sektor pervilaan,” terangnya.
BVRMA berharap pariwisata Bali dapat terus tumbuh secara sehat, berkualitas, dan berkelanjutan, dengan dukungan penuh dari pemerintah melalui penguatan regulasi, pengawasan operasional, serta kebijakan yang mampu menertibkan bisnis pariwisata khususnya akomodasi vila.
Langkah ini penting agar pariwisata Bali tidak hanya berorientasi pada kuantitas, tetapi juga tetap selaras dengan nilai budaya Bali dan prinsip keberlanjutan pariwisata di masa depan.
Sementara itu, libur Nataru 2025/2026 diprediksi tak akan berpengaruh signifikan terhadap tingkat hunian atau okupansi kamar hotel di Denpasar. Hal itu dikarenakan oleh beberapa faktor, seperti bencana banjir, isu sampah dan sebagainya.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Denpasar, Ida Bagus Gede Sidharta Putra, mengatakan dalam kondisi low season okupansi sangat buruk. Bahkan ada hotel hanya terisi sekitar 20 hingga 30 persen. Padahal okupansi kamar hotel di Kota Denpasar mencapai rata-rata 50 persen. Kondisi tersebut sudah terjadi sejak akhir November hingga pertengahan Desember ini.
Di Sanur, jenis tamu menginap didominasi oleh wisatawan mancanegara (wisman) terutama Australia dan Eropa. Namun menurutnya, saat Nataru peningkatan kunjungan akan terjadi pada tamu domestik, namun wisman tetap mendominasi.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa saat dikonfirmasi mengatakan, pihaknya melihat okupansi masih tetap optimistis. Karena yang dijadikan patokan yakni Sanur, rata-rata okupansi dalam waktu 1 tahun di atas 75 persen.
“Artinya kalaupun terjadi penurunan di bulan November ini, kami rasa tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap potensi pajak dari sepanjang tahun 2025 ini,” katanya.
Ia mengatakan di Denpasar pada bulan-bulan tertentu okupansi bisa mencapai di bawah 50 persen. Dan jelang akhir tahun biasanya okupansi di atas 75 persen. “Sepanjang 2025 ini rata-rata 75 persen. Dan kami tetap optimis,” paparnya.
Optimistis Target Kunjungan Wisatawan Tercapai
Momen pergantian tahun di Bali biasanya menjadi puncak kunjungan wisatawan. Hanya saja hingga pertengahan Desember 2025 belum ada tanda kenaikan kunjungan wisatawan.
Bahkan tingkat okupansi hotel pun mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Mengingat semua ini berpengaruh pada cuaca.
Ketua PHRI Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati, mengakui kondisi pariwisata akhir tahun ini belum sesuai harapan. Biasanya, periode Desember mampu mendorong peningkatan okupansi hingga 80–90 persen.
“Seharusnya ada kenaikan sekitar 20 persen seperti tahun-tahun sebelumnya. Tapi sekarang terkendala cuaca dan situasi global. Kondisinya memang tidak sebagus tahun lalu,” ujar pria yang akrab disapa Cok Ace usai menghadiri kegiatan Badung Local Supply Ekspo, di Balai Budaya Giri Nata Mandala, Puspem Badung, Kamis (18/12).
Ia menambahkan, sebelum 2015 okupansi hotel Bali berada di kisaran di bawah 40 persen. Dalam beberapa tahun terakhir sempat meningkat signifikan, namun kini kembali menghadapi tantangan.
Meski demikian, pelaku pariwisata berharap tetap mampu bertahan di tengah situasi yang belum sepenuhnya pulih.
“Tapi kita tetap optimistis terkait okupansi hotel. Mudah-mudahan setelah libur sekolah mulai meningkat,” ucapnya.
Sementara itu, Ketua PHRI Kabupaten Badung, I Gusti Agung Ngurah Rai Suryawijaya, menilai secara keseluruhan capaian kunjungan wisatawan masih berada pada jalur positif.
Ia optimistis target kunjungan wisatawan sesuai yang ditetapkan pemerintah provinsi yakni sebanyak 6,5 juta orang.
“Data sampai November sudah hampir 6,4 juta wisatawan mancanegara. Dengan tambahan Desember, saya sangat yakin bisa mencapai sekitar 6,8 juta hingga akhir 2025,” jelasnya.
Ia juga menyebut penurunan okupansi pada November hingga awal Desember merupakan pola musiman. Lonjakan pemesanan kamar mulai terlihat menjelang libur Natal dan Tahun Baru.
“Booking mulai ramai tanggal 20 hingga 27 Desember untuk periode Natal, lalu dilanjutkan 27 Desember sampai 5 Januari untuk Tahun Baru. Jadi season-nya memang baru bergerak di akhir Desember,” ungkapnya.
Kendati demikian pihaknya mengaku akan tetap akan memantau kunjungan wisatawan. Mengingat seperti tahun sebelumnya jumlah kunjungan selalu mengalami peningkatan. (*)