Rumah Terkubur, tapi Masa Depan Jangan!
December 19, 2025 09:28 AM

Tiga pekan setelah banjir bandang menerjang Kabupaten Pidie Jaya, lumpur belum juga surut. Tanah yang mengeras dan memadat kini menguburkan rumah-rumah warga, menghimpit kehidupan mereka, dan melumpuhkan aktivitas sosial serta pen-didikan.

Di sejumlah gampong seperti Manyang Cut dan Beringin, pin-tu rumah nyaris tak terlihat, sekolah-sekolah tak lagi berfungsi, dan warga menggantungkan hidup pada posko bantuan. Benca-na ini tidak lagi sekadar peristiwa alam, melainkan krisis kema-nusiaan yang membutuhkan perhatian serius dan berkelanjutan.

Kondisi rumah yang terkubur lumpur mencerminkan rapuhnya perlindungan bagi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan bencana. Warga telah berupaya membersihkan lumpur secara mandiri dengan peralatan seadanya, namun beban yang mereka pikul terlalu besar jika harus ditanggung sendiri. 

Tanpa alat berat, tanpa kepastian relokasi, dan tanpa kejelas-an pemulihan, risiko yang muncul bukan hanya kehilangan tem-pat tinggal, tetapi juga hilangnya rasa aman dan harapan untuk bangkit.

Yang lebih mengkhawatirkan, lumpur juga mengubur masa de-pan anak-anak Pidie Jaya. Lumpuhnya aktivitas belajar mengajar di sekolah-sekolah terdampak adalah alarm keras bagi pemerintah. Pendidikan tidak boleh menjadi korban lanjutan dari bencana. 

Pemerintah pusat dituntut hadir lebih nyata. Penanganan pas-cabencana tidak cukup berhenti pada distribusi bantuan logistik. Pembersihan lumpur berskala besar, pemulihan fasilitas umum, serta penataan ulang kawasan bantaran sungai harus menja-di prioritas. 

Pantauan Serambi, Selasa (16/12/2025), menunjukkan ke-tinggian lumpur hampir menutup pintu sejumlah rumah. Struktur tanah yang semakin padat membuat rumah warga terdampak semakin terhimpit. Kondisi serupa terlihat di Gampong Manyang Cut, Kecamatan Meurah Dua, salah satu lokasi yang mengalami dampak paling parah.

Ratusan rumah di gampong tersebut berada berdekatan de-ngan aliran Sungai Krueng Meureudu, sehingga lumpur yang ter-bawa banjir menumpuk sangat tinggi.

Hingga kini, sebagian warga belum mampu membersihkan lumpur yang mengepung rumah mereka. 
Proses pembersihan membutuhkan waktu berminggu-ming-gu karena volume tanah yang harus dipindahkan sangat besar. Meski begitu, sejumlah warga mulai membersihkan lumpur se-cara mandiri dengan peralatan seadanya, dibantu keluarga dan tetangga.

Fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana ibadah juga tidak luput dari terjangan lumpur. Aktivitas belajar mengajar di sekolah Pidie Jaya terdampak masih lumpuh total.

Aktivitas warga lebih banyak terpusat di posko bantuan. Di Gampong Beringen, Meurah Dua, warga mendirikan posko di pinggir jalan untuk memudahkan distribusi bantuan. Warga da-tang ke posko untuk mengambil kebutuhan pokok bagi keluarga mereka yang selamat.

Untuk itu, sekali lagi, kita mengingatkan bahwa rumah-rumah di Pidie Jaya mungkin telah terkubur lumpur, tetapi harapan war-ganya tidak boleh ikut tertimbun. Negara harus memastikan bah-wa dari reruntuhan dan lumpur ini, masyarakat Pidie Jaya dapat bangkit kembali. Semoga! 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.