Masalah Klaim Lahan Pemicu Warga Tolak Pemakaman Penghuni Perumahan di Sidoarjo, Patok Batas Hilang
December 19, 2025 09:32 AM

TRIBUNJATIM.COM - Inilah masalah klaim lahan yang menyebabkan pemakaman penghuni perumahan ditolak warga Desa Grogol, Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Penolakan tersebut diduga dipicu sengketa fasilitas umum (Fasum) antara warga Dusun Grogol dan warga perumahan.

Ketua Paguyuban Perumahan Surya Kencana, Sudarmaji membeberkan masalah yang terjadi belakangan.

Baca juga: Bangun Tembok 1 Meter, Warga Sidoarjo Tolak Pemakaman Mbah Khoiruddin karena Masalah Lahan Perumahan

Semua bermula dari perbedaan pandangan mengenai status Fasilitas Umim (Fasum) berupa jalan menuju area makam.

"Menurut warga desa, tanah yang sekarang jadi jalan itu tidak pernah diperjualbelikan oleh petani kepada siapapun," ujar Sudarmaji, Kamis (18/12/2025), melansir dari Kompas.com.

Sudarmaji mengatakan, jika mengacu pada sertifikat dan juga site plan yang pengembang miliki, lahan yang kini menjadi sengketa itu masih tercatat atas nama pengembang.

"Karena patok batas hilang dan untuk menghindari penyalahgunaan, warga perumahan memasang plakat yang menyatakan bahwa area tersebut merupakan Fasum Perumahan Surya Kencana," ujarnya.

Namun, pemasangan plakat tersebut diduga menimbulkan ketersinggungan.

Warga Desa Tutup Akses Jalan

Sejumlah warga yang diduga berasal dari Dusun Grogol kemudian melakukan penggembokan akses jalan menuju makam.

Sudarmaji menyebut, peristiwa itu sempat dimediasi oleh kepala desa, yang memerintahkan agar spanduk atau plakat dilepas.

Arahan tersebut dipatuhi oleh pihak perumahan.

"Plakat sudah kami lepas sesuai perintah kepala desa. Tapi gembok yang dipasang warga kampung tidak dibuka. Bahkan sekarang justru dibangun tembok setinggi hidung, dan itu sudah hampir dua bulan lebih," katanya

Sudarmaji menegaskan, jalan yang dipersoalkan tersebut bukan dibangun di atas tanah, melainkan di atas aliran sungai yang dicor dan difungsikan sebagai akses menuju makam.

Oleh karena itu, warga perumahan menilai penutupan jalan tidak beralasan.

"Jalan menuju makam itu di bangun di atas saluran air yang dicor, bukan di atas tanah lho," ujarnya.

Mediasi terakhir rencananya dilakukan awal pekan ini setelah pihak RT/RW perumahan dipanggil oleh kepala desa.

Namun, belum ada kesepakatan diantara kedua belah pihak. Di sisi lain, salah satu warga perumahan meninggal dunia dan harus segera dimakamkan.

"Karena tidak bisa ditunda, kami tetap berangkat ke makam. Aksesnya sulit, masuk lewat samping, sudah begitu di depan pintu makam kami di hadang, sudah seperti itu, balik ke rumah duka, jenazah dilewatkan atas tembok yang dibangun warga desa," katanya.

Penolakan terjadi dengan alasan jalan yang dilalui itu dianggap sebagai jalan milik warga Desa Grogol dan meminta persoalan fasum harus diselesaikan terlebih dahulu.

Keluarga Terpukul

Irwan Dwi Wahyudi, ayahnya bernama Khoiruddin, warga Perumahan Surya Kencana, Desa Grogol, dinyatakan meninggal dunia pada Selasa (16/12/2025) malam.

Sosok 77 tahun itu sempat di rawat Rumah Sakit Siti Fatimah.

"Ayah kami meninggal malam Rabu, terus dimakamkan Rabu pagi sekitar jam 7 pagi kemarin di tempat pemakaman Taman Surya Kencana," ujar Irwan.

Irwan menjelaskan bahwa saat sampai di depan gerbang, tiba-tiba jenazah bersama rombongan pengantar diadang warga Desa.

Alhasil, mereka terpaksa kembali ke rumah duka.

"Setahu saya, warga menolak karena jalan menuju makam dibangun oleh pengembang, yang mereka akui bahwa tanah itu masih milik warga Desa", tambahnya.

Baca juga: Warga Kaget Dengar Peti Mati Diketuk, Ternyata Nenek Usia 65 Tahun Hidup Lagi Jelang Pemakaman

Irwan mengaku dirinya dan keluarga sangat terpukul atas penolakan tersebut.

Padalah menurutnya sang ayah juga merupakan warga Desa Grogol, yang sedianya dapat dimakamkan di pemakaman desa setempat.

"Ngapain harus izin ke warga. Ayah saya juga warga desa sini. Kami benar-benar sedih, kecewa dan sangat terpukul. Salah apa ayah kami sampai ditolak seperti itu," ungkapnya.

Irwan mengaku bahwa kejadian tersebut sengaja direkam dan diunggah ke media sosial sebagai bentuk luapan kesedihan keluarga.

Namun, ia berharap peristiwa serupa tidak kembali terulang di kemudian hari.

“Kami sangat sedih peristiwa ini terjadi di saat duka. Harapan kami, jangan sampai ada keluarga lain yang mengalami hal seperti ini lagi,” pungkasnya.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.