Nenek Wahbah Digendong ke Kelurahan Demi Ambil Beras, Lurah Sebut Bisa Diwakili
December 19, 2025 02:19 PM

TRIBUNLAMPUNG.CO.ID, Makassar - Lurah Maricaya Baru, Budiyanto, ungkap aturan pengambilan beras bantuan setelah viral nenek Wahbah (85) digendong tetangga untuk datang ke kantor kelurahan. 

Budiyanto menyebut, bantuan dua karung beras masing-masing 10 kilogram yang diterima nenek Wahbah untuk Oktober-November. Total penerimaan bantuan serupa di wilayah Kelurahan Maricaya Baru sebanyak 385 kepala keluarga (KK).

Dalam narasi yang beredar, Wahbah harus datang ke kantor kelurahan mewakili pengambilan bantuan beras karena tidak boleh diwakili. Budiyanto pun menepis kabar tersebut. 

"Terkait administrasinya, jadi sebenarnya yang sempat viral itu yang mengatakan bahwa tidak bisa diwakili juga itu salah," terang Budiyanto dikutip dari TribunTimur, Kamis (18/12/2025). 

Hanya saja kata dia, sosok yang mewakili untuk mengambil bantuan haruslah orang yang namanya terdaftar dalam kartu keluarga.

"Kan yang mewakili itu yang penting ada di dalam KK, itu bisa mewakili," ungkap Budiyanto.

"Kemarin yang datang itu sebenarnya kita sudah membawakan ke tempatnya, tapi keburu datang dibawa bentor, apa boleh buat itulah. Artinya konsekuensinya itulah sebagai melayani," lanjutnya.

Perwakilan yang mengharuskan namanya ada di dalam KK sesuai dengan petunjuk teknis (juknis) penyaluran.

"Kalau di Juknis, iya begitu, tapi kemarin itu orang lagi sakit dan nenek-nenek. Saya sebagai lurah, saya bilang sama teman-teman staf, kalau administrasinya nanti saya akan menjawab," sebutnya.

Budiyanto juga mengaku telah menyelesaikannya dengan keluarga Nenek Wahbah. Ia mengaku telah mengunjungi langsung rumah Wahbah.

"Tadi pagi saya kunjungi, alhamdulillah saya dengan ada beberapa staf dengan LPM juga kesana disambut dengan warga. Alhamdulillah warga antusias menyambut saya dan dia melupakan yang kemarin," bebernya.

Camat Klarifikasi

Tak hanya lurah, Camat Makassar, Husni Mubarak pun buka suara. Dikatakan Husni, petugas kelurahan sudah mengatakan akan diantar langsung ke rumah nenek Wahbah.

Namun, karena ada ketidaksabaran maka terjadi kesalahpahaman. 

“Staf kelurahan saat itu sudah menyampaikan bahwa bantuan akan diantar langsung ke rumah warga yang sakit. Tetapi karena ada ketidaksabaran, akhirnya terjadi kesalahpahaman,” ujar Husni diwawancara di Hotel Novotel Jl Chairil Anwar. 

Situasi kemudian berkembang ketika muncul dorongan dari pihak tertentu yang membawa Wahbah ke kantor kelurahan, meski dalam kondisi sakit. Momen itulah yang terekam dan menyebar luas di media sosial.

“Video yang beredar itu tidak menggambarkan kondisi sebenarnya. Ada miskomunikasi antara staf kelurahan dan warga,” katanya.

Kata Husni, Lurah Maricaya Baru juga telah mendatangi rumah Wahbah untuk melakukan klarifikasi. Dalam pertemuan tersebut, persoalan diselesaikan secara kekeluargaan.

“Lurah kami sudah berkunjung ke rumah warga yang bersangkutan. Klarifikasi sudah dilakukan dan warga juga telah menyampaikan permohonan maaf kepada pihak kelurahan. Kami juga sudah melaporkan kejadian ini kepada Pak Wali Kota,” jelas Husni.

Bantuan yang dimaksud merupakan bantuan beras rutin dari program bantuan sosial pemerintah yang diperuntukkan bagi warga kurang mampu. Bantuan tersebut dititipkan kepada pihak kelurahan untuk disalurkan langsung kepada penerima manfaat.

Kronologi Viral

Dalam unggahan akun Instagram @teropongmakassar, kejadian itu berlangsung di Jl Monginsidi Baru, Kelurahan Maricaya Baru, Kecamatan Makassar, Kota Makassar, Selasa (16/12/2025).

Video yang diunggah memperlihatkan lansia lumpuh digendong tetangga dari dalam rumahnya. Ia digendong menuju becak motor (bentor) yang menunggu ujung lorong Jl Inspeksi Kanal Monginsidi Baru.

Setelah itu, sang nenek ke kantor Kelurahan Maricaya Baru, untuk menjemput langsung beras bantuan untuknya karena dikabarkan tak dapat diwakili. Jarak dari rumah nenek Wahbah di Jl Inspeksi Kanal Monginsidi Baru, sekitar 1,1 kilometer atau 16 menit waktu tempuh.

Ditemui di rumahnya di Jl Inspeksi Kanal Monginsidi Baru, sang nenek Wahbah (85) tampak terbaring di kasur melantai. Rumahnya di dalam gang sempit, sekira 100 meter dari ruas jalan inspeksi kanal.

Di samping Wahbah, ada putranya Ahmad (56) dan istrinya Emmi (65). Sang menantu, Emmi yang sesekali memijat dan mengusap rambut mertuanya, bercerita.

Sehari sebelumnya, Emmi mengaku mendapat kabar adanya pembagian sembako di kantor Lurah Maricayya Baru. Setelah itu, siang tadi, dirinya pun mempercayakan ke adiknya Ati, mantan RT dan tetangganya menjemput pembagian nenek Wahbah.

"Dia (tetangga) bilang saya ambil beras tapi tidak bisa. Saya bilang kenapa? ditolak, harus katanya yang bersangkutan," ucap Emmi menirukan percakapannya, dikutip dari TribunTimur, Kamis (18/12/2025). 

Emmi lalu meminta adiknya, Ati kembali ke kantor lurah sembari membawa KTP, sang ibu Wahbah. Namun, bukti KTP itu, kata dia, belum cukup meyakinkan petugas kelurahan bahwa Ati datang mewakili Wahbah yang terbaring sakit.

"Balek lagi adek (Ati) dia bilang tidak bisa, jadi saya tadi ke sana, mama ini sudah mau dibawa, saya larang karena hujan," terang Emmi.

Setiba di kantor lurah, Emmi mengaku mendapatkan sambutan yang kurang ramah.

"Saya tanya apakah bisa (diwakili)? Kenapa dipermainkan, tetangganya mamakku sudah datang, yang percaya jaga orangtua tidak dikasih padahal sudah bawa KTP," ungkap Emmi dengan mimik wajah tegang.

"Dia (petugas kelurahan) bilang harus yang bersangkutan. Saya bilang yang bersangkutan ini baru keluar rumah sakit. Artinya ini tinggal kasarnya kita lihat. Sudah tidak bisa jalan," lanjutnya.

Selain memperlihatkan KTP, Emmi juga mengaku memperlihatkan kartu keluarga (KK) Wahbah ke petugas kelurahan.

Saat sementara bernegosiasi, kata Emmi, rupanya sang nenek Wahbah sudah tiba di kantor lurah menumpang bentor. Wahbah yang kondisi rentah ditemani tetangganya yang berbaik hati membantu.

"Sementara ngotot begitu, saya balik, turunmi mama dengan bentor. Masyarakat di sini gotong mama ke kantor lurah," sebut Emmi.

Di lokasi kata dia, kepala lurah setempat juga melihat langsung kondisi Wahbah yang masih lemas setelah sakit.

"Pak lurah bilang nanti kita kunjungan ke sana. Saya balas, pak sudah heboh begini baru mau kunjungan. Sudah datang ini orang sakit karena bapak tidak percaya dia sakit," ucapnya dengan nada gusar.

Setelah itu, barulah sang nenek Wahbah mendapatkan bantuan dua karung beras dan minyak goreng tiga bungkus. 

Pantauan tribun, masing-masing karung bertuliskan 'Bantuan Pangan' itu berisi 10 kilogram beras. Sementara tiga bungkus minyak yang diperoleh bermerk Minyak Kita.

Saat sesi wawancara usai, Nenek Wahbah yang terbaring sempat mengucap terima kasih ke empat wartawan yang hadir.

"Terima kasih semua. De Ku ulle nak, de ku ulle," ucapnya dengan bahasa Bugis, yang berarti saya sudah tidak bisa nak.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.