Pawai Santa Tuai Kecaman, Tokoh Pemuda Ambon Ingatkan Makna Natal untuk Anak-anak
December 19, 2025 08:52 PM

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Jenderal Louis

AMBON, TRIBUNAMBON.COM – Pawai Santa Claus di Kota Ambon yang seharusnya menghadirkan sukacita Natal justru memicu kegaduhan publik. 

Sejumlah penampilan dalam pawai tersebut dinilai tidak pantas dan mencederai nilai kesopanan serta makna religius Natal.

Terlebih karena disaksikan langsung oleh anak-anak.

Baca juga: Kondisi Memprihatinkan, Jalan di Samping DPRD Malteng Rusak Parah

Baca juga: Ketua UKM Futsal UKIM Keluhkan Tak Pernah Dapat Anggaran, Minat Bakat Mahasiswa Dinilai Terabaikan

Menanggapi polemik itu, tokoh pemuda Ambon, Kabes Anakotta, menyampaikan keprihatinannya. 

Ia menegaskan bahwa pawai Sinterklas adalah ruang edukatif dan momentum iman, sehingga wajib dijaga dari segala bentuk penampilan yang berpotensi menimbulkan kebingungan nilai di tengah masyarakat.

“Pawai Sinterklas seharusnya menjadi ruang sukacita bagi anak-anak dan momentum iman dalam menyambut kelahiran Yesus Kristus. Karena itu, kegiatan ini harus dijaga dari penampilan yang menimbulkan ketidaknyamanan dan kebingungan nilai,” ujar Kabes kepada TribunAmbon.com, Jumat (19/12/2025).

Menurut Kabes, ruang publik di bulan Desember yang sakral bagi umat Kristiani bukan tempat untuk eksperimen sosial. 

Ia menyayangkan adanya penampilan yang tidak mencerminkan sensitivitas terhadap nilai kesopanan, budaya Ambon, dan makna religius Natal.

“Kegiatan ini ditonton anak-anak yang masih berada dalam fase pembentukan karakter. Panitia memiliki tanggung jawab penuh memastikan setiap unsur acara benar-benar mendidik, pantas, dan selaras dengan nilai iman serta budaya lokal,” tegasnya.

Kabes menekankan bahwa kritik tersebut bukan ditujukan untuk menyerang individu atau kelompok tertentu. 

Ia menyebut kritik ini sebagai pengingat agar perayaan Natal tidak kehilangan makna rohaninya akibat kelalaian dalam perencanaan.

“Identitas Kota Ambon sebagai kota yang beriman, berbudaya, dan beretika harus tetap dijunjung tinggi. Ke depan, panitia dan pihak terkait harus lebih bertanggung jawab,” katanya.

Polemik ini bermula dari beredarnya video pawai Santa Claus di Ambon yang menampilkan Gilberth Einstain Gloriano Purmiasa alias Gilcans, selebgram lokal, mengenakan gaun pengantin putih lengkap dengan riasan wajah menyerupai perempuan. 

Penampilan tersebut menuai kritik karena dinilai tidak relevan dengan figur Santa Claus sebagai simbol edukasi dan keteladanan bagi anak-anak.

Kontroversi semakin kuat setelah terungkap bahwa rombongan Santa Claus tersebut merupakan komunitas independen dan tidak terafiliasi dengan organisasi kepemudaan Kristen. 

Selain itu, salah satu kru rombongan juga tertangkap kamera mengenakan kaos bertuliskan kalimat tak senonoh, yang memicu kecaman lanjutan dari warganet.

Di tengah sorotan publik, terungkap pula bahwa Gilcans diketahui terikat kerja sama promosi dan kontrak sebagai brand ambassador dengan sejumlah pelaku usaha di Ambon. 

Berdasarkan penelusuran TribunAmbon.com pada akun Instagram @gilcansofficial4, ia tercatat menjadi Brand Ambassador Cake Star, Gadget World, dan Perfect Beauty Klinik Pratama.

Fakta ini memunculkan diskusi luas di media sosial terkait tanggung jawab figur publik dan brand dalam menjaga etika di ruang publik.

Khususnya ketika berkaitan dengan isu sensitif bernuansa keagamaan dan budaya.

Pesan yang dikirim melalui akun Instagram bersangkutan belum mendapatkan respons.

Sementara itu, publik mendesak adanya pengawasan lebih ketat terhadap pawai dan kegiatan Natal di ruang publik agar perayaan Natal tetap menghadirkan sukacita, edukasi, dan nilai iman, terutama bagi anak-anak sebagai audiens utama. (*)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.