TRIBUNJAKARTA.COM - Tersangka tudingan ijazah palsu Jokowi, Tifauzia Tyassuma alias dr Tifa, melontarkan kritik keras terhadap Polda Metro Jaya terkait penanganan kasus ijazah yang melibatkan RRT (Roy Suryo, Rismon Sianipar dan dr Tifa).
Melalui unggahan di X, dr Tifa mengklaim terdapat perbedaan total antara ijazah yang ditampilkan Bareskrim Polri pada 22 Mei 2025 dan dokumen yang diperlihatkan dalam Gelar Perkara Khusus (GPK) di Polda Metro Jaya pada 15 Desember 2025.
"100 persen BERBEDA!" tulis dr Tifa dalam pernyataannya.
dr Tifa memperingatkan Polri agar berhati-hati dalam menangani perkara yang ia sebut mengarah pada kriminalisasi terhadap RRT.
Ia juga menyinggung pernyataan Prof Mahfud MD yang sebelumnya mengingatkan bahwa proses pidana terhadap RRT dapat berpotensi melanggar Hak Asasi Manusia (HAM).
Kubu RRT, kata dr Tifa, baru diperkenankan melihat ijazah yang diklaim asli oleh Polda Metro Jaya beberapa menit setelah GPK berakhir sekitar pukul 23.20 WIB setelah menunggu sejak pukul 14.00 WIB.
Padahal, permintaan untuk memperlihatkan dokumen tersebut sempat diajukan sejak awal gelar perkara, tetapi baru dikabulkan setelah proses berlangsung berjam-jam sampai larut malam.
"Padahal sejak awal, ketika GPK sedang berlangsung beberapa menit, saya, dr Tifa, sudah minta agar Ijazah ditunjukkan kepada kami, sebagai bahan diskusi. Namun, permintaan itu ditangguhkan, dan dikabulkan setelah semua kelelahan, di waktu tengah malam!" tulisnya.
Dokter Tifa menilai kondisi tersebut sebagai bentuk pelanggaran HAM lantaran dinilai membuat pihak-pihak yang hadir mengalami kelelahan fisik dan mental.
"Inilah, yang tanpa disadari, POLDA Metro Jaya telah melakukan Pelanggaran HAM! Dan inilah yang disoroti oleh Prof Mahfud, MD. Sengaja membuat kami semua kelelahan, sehingga mengalami Disonansi Kognitif, terjadi Compliance dan Confirmatory Bias, karena terjadi Brain Overloaded," katanya.
Ia juga menyinggung buku berjudul Jokowi's White Paper yang disebutnya telah masuk ke Perpustakaan PBB melalui diaspora Indonesia di New York.
"FYI, buku kami, JOKOWI'S WHITE PAPER sekarang sudah ada di UN Library, Perpustakaan PBB diserahkan oleh Diaspora Forum Tanah Air -FTA yang tinggal di New York," katanya.
Ia menyebut RRT memiliki kemampuan berpikir dalam durasi panjang tanpa mengalami kehilangan fokus.
Menurutnya, tantangan berpikir sampai 72 jam bukanlah persoalan bagi RRT karena sudah terbiasa dengan tekanan intelektual.
Dokter Tifa menegaskan pihaknya akan mengungkap temuan yang diyakini sebagai kebenaran, seraya meminta publik menunggu perkembangan selanjutnya.
"Tunggu tanggal mainnya. Akan kami tunjukkan KEBENARAN. Dengan satu hal, yang tidak pernah disangka-sangka!" pungkasnya.