TRIBUNNEWSSULTRA.COM - Influencer Ferry Irwandi mampu memutar perekonomian korban banjir di Aceh.
Kali ini, ia fokus pada pemulihan pascabencana di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah.
Pemikiran Ferry Irwandi ini, cepat dan langsung berdampak.
Dikutip dari Serambinews.com, Ferry mengabarkan melalui platform media sosialnya terkait solusi yang diberikannya.
Ia berkolaborasi dengan Rumah Tani dan Kita Bisa untuk menjalankan skema barter logistik.
Di mana, prosesnya dari distribusi bantuan udara, yang digantikan dengan hasil pertanian masyarakat setempat.
Ferry menyadari hampir satu bulan lamanya, masyarakat berjibaku dengan kondisi yang tak pasti.
Tentu tak hanya berharap bantuan. Namun berpikir untuk masa yang akan datang.
Sehingga, Ferry pun berinisiatif untuk melakukan barter logistik tersebut.
Pemetaan masalah pun dilakukan Ferry.
Baca juga: Aksi Nyata Wapres Gibran Akui Kehadiran Influencer Ferry Irwandi saat Bencana Alam di Sumatra
Ia menyadari bahwa banyak akses terputus menyulitkan masyarakat untuk bisa memasarkan hasil tani mereka.
Terlebih, waktu terus berputar. Kondisi hasil tani bisa segera membusuk.
Sehingga harus dipasarkan dengan cepat.
Ferry Irwandi membaca masalah tersebut.
Akses terputus, menjadi masalah utama.
Ketika akses belum bisa ditempuh dengan jalur darat, distribusi pertanian lumpuh.
Timbulah masalah baru untuk bagi masyarakat yang sebagian besar adalah petani:
1. Stok cabai petani melimpah dan terancam busuk
Aceh Tengah dan Bener Meriah dikenal sebagai sentra cabai.
Terputusnya distribusi membuat hasil panen menumpuk, harga jatuh, dan petani terancam merugi besar.
2. Kebutuhan pangan warga terdampak meningkat
Di sisi lain, warga korban bencana sangat membutuhkan pasokan bahan pokok, terutama beras.
Solusi Kreatif: Pesawat Kargo Dua Arah
Untuk menjawab dua persoalan tersebut, kolaborasi ini menjalankan skema logistik berbasis udara:
Beras dari Jakarta ke Aceh
Beras hasil donasi masyarakat dikirim menggunakan pesawat kargo menuju Bandara Rembele, Bener Meriah.
Cabai dari Aceh ke Jakarta
Agar pesawat tidak kembali kosong, muatan balik diisi cabai yang dibeli langsung dari petani lokal dengan harga layak.
Cabai tersebut kemudian dipasarkan di wilayah Jabodetabek melalui unit usaha Rumah Tani.
Berdasarkan pembaruan per 16 Desember, skema ini menunjukkan dampak signifikan:
30,2 ton beras berhasil mendarat dan disalurkan ke warga Aceh Tengah dan Bener Meriah
65,2 ton cabai terserap dari petani lokal dan telah tiba di Jakarta
Harga cabai di tingkat petani tetap terjaga, tidak jatuh akibat kelebihan stok
Sebagai bagian dari upaya penjualan hasil tani, Rumah Tani juga merilis daftar harga komoditas (dinamis mengikuti pasar):
CRM CRM (Cabai Rawit Merah) (Takengon): Rp45.000/kg
CMK (Cabai Merah Keriting) (Takengon): Rp40.000/kg
Rawit Lokal: Rp40.000/kg
Bawang Merah Super: Rp42.000 – Rp50.000/kg
Bantuan yang Menghidupkan Ekonomi
Inisiatif ini menjadi contoh bahwa bantuan bencana tidak harus bersifat satu arah dan konsumtif.
Dengan pendekatan produktif, bantuan pangan tetap tersalurkan, sementara roda ekonomi petani lokal tetap berputar di tengah krisis.
Skema barter logistik ini sekaligus menegaskan bahwa solidaritas, kreativitas, dan kolaborasi mampu menghadirkan solusi nyata di saat keadaan paling sulit.
(Serambinews.com/Sri Anggun Oktaviana)(TribunnewsSultra.com/Desi Triana)