- Sikap Pemerintah Indonesia yang menolak sejumlah bantuan asing pascabencana banjir dan longsor di Sumatera memunculkan tanda tanya di kalangan negara-negara Timur Tengah.

Pada 5 Desember, Menteri Luar Negeri RI Sugiono menyatakan bantuan internasional belum diperlukan karena kapasitas dalam negeri dinilai masih memadai.

Pernyataan serupa disampaikan Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi sehari kemudian.

Ia menegaskan pemerintah memiliki pertimbangan sendiri dalam menentukan kebutuhan bantuan dari luar negeri.

Sikap tersebut memunculkan kebingungan di kalangan negara-negara Timur Tengah.

Bagi mereka, bantuan kemanusiaan diberikan sebagai bentuk solidaritas tanpa syarat politik maupun kepentingan strategis.

Direktur Desk Indonesia–MENA di Centre for Economic and Law Studies (CELIOS) Jakarta, Muhammad Zulfikar Rakhmat, menilai negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara bertindak atas dasar belas kasih dan solidaritas keagamaan.

Menurutnya, tawaran bantuan tersebut merupakan wujud kemanusiaan dan kemitraan yang tulus.

Zulfikar menilai keengganan Pemerintah Indonesia menerima bantuan justru menciptakan jarak ketidaknyamanan.

Meski demikian, Zulfikar menegaskan peristiwa ini tidak akan merusak hubungan jangka panjang Indonesia dengan kawasan Timur Tengah.

Hubungan tersebut selama ini terjalin kuat melalui jalur ibadah, migrasi pekerja, investasi, serta kajian keagamaan.

Menurutnya, negara-negara Timur Tengah merespons bencana dengan cepat dan tulus sementara Indonesia memilih merespons secara hati-hati.

(

Program: Tribun Video Update
Host: Tita Syarif
Editor: Reka Alfa
Uploader: bagus gema praditiya sukirman