BANGKAPOS.COM - Kematian tragis MAHM alias A (9) membuat sang ayah, H Maman Suherman, Dewan Pakar PKS Kota Cilegon, tak sanggup memandikan jasad putranya itu pada Kamis (18/12/2025).
Bocah kelas IV sekolah dasar (SD) itu meninggal dalam kondisi mengenaskan, bersimbah darah di rumahnya di Perumahan BBS, Cilegon, Banten, Selasa (16/12/2025) menjelang sore.
Pemeriksaan awal kepolisian menunjukkan 14 luka tusukan di tubuh MAHM.
Karena Maman tidak sanggup, prosesi pemandian jenazah diserahkan kepada tim pemandi jenazah profesional.
Maman dan istrinya masih syok berat sehari setelah kejadian.
Baca juga: Sosok Maman Suherman Anggota Dewan Pakar PKS Cilegon, Dilantik 4 Hari Sebelum Tragedi Anaknya Tewas
“Masih kelihatan syok juga. Apalagi ibunya, istrinya Pak Maman. Kalau menangis, pasti,” ujar Ketua RT setempat, Istianto (65), kepada Tribunnews.com, di Perumahan BBS, Cilegon, Banten, Kamis (18/12/2025).
Prosesi pemandian dilakukan beberapa jam sebelum pemakaman, setelah jenazah menjalani autopsi.
“Iya, yang memandikan tim pemandi jenazah. Karena itu tadi, dia enggak tahan. Saya tanya, ‘masih enggak kuat ya?’ Dia bilang, ‘iya’,” kata Istianto.
Jenazah tiba di rumah duka sekitar pukul 04.00 WIB, lalu dimandikan tim pemandi jenazah sekitar pukul 10.00 WIB.
Setelah disalatkan di masjid kompleks perumahan, jenazah dimakamkan siang harinya di TPU Makam Balung, Cilegon.
Istianto pertama kali mengetahui ada pembunuhan di lingkungannya setelah ditelepon petugas Bhabinkamtibmas (Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) pada hari kejadian, Selasa (16/12/2025) sekitar pukul 15.30 WIB.
“Dibilang ada pembunuhan di Blok C5 nomor 8. Itu rumah Pak Maman,” ujarnya.
Saat tiba di lokasi, rumah sudah dipasangi garis polisi. Maman terlihat di halaman dengan pakaian berlumuran darah karena sempat menggendong putranya.
“Bajunya masih berdarah-darah karena habis gendong almarhum anaknya,” tutur Istianto.
Maman dikenal dekat dengan putranya, MAHM. Keduanya kerap berjalan bersama ke masjid untuk salat subuh berjamaah.
“Pak Maman itu sama anaknya sering salat subuh berjamaah di masjid. Terutama waktu anaknya masih kecil,” ujar Istianto.
Kebiasaan itu berlangsung hingga hari-hari terakhir, termasuk salat Jumat.
Selain religius, Maman juga aktif berbaur dengan warga. Hal itu terlihat Selasa pagi sebelum tragedi saat mengikuti kegiatan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) di kompleks perumahan.
Bocah berinisial MAHM (9) yang tewas mengenaskan di rumah mewah di Perumahan Bukit Baja Sejahtera (BBS), Kota Cilegon, Banten, Selasa (16/12/2025) dikenal sebagai sosok yang ramah.
MAHM merupakan putra kedua dari Dewan Pakar PKS Cilegon, Banten, H Maman Suherman.
Bocah kelas IV sekolah dasar (SD) ini memiliki seorang kakak. Sang kakaklah yang pertama kali mengetahui MAHM jadi korban penganiayaan berat di rumah mereka.
Ayah mereka, H Maman merupakan seorang pengusaha sekaligus politisi. Maman setiap hari sibuk mengelola usahanya. Begitu juga istrinya setiap hari bekerja di luar rumah kecuali hari libur.
Saat kejadian hanya ada korban dan kakaknya di dalam rumah.
Gina (bulan nama sebenarnya), seorang tetangga dekat rumah mewah tempat kejadian perkara (TKP) mengatakan, MAHM merupakan sosok yang baik.
Gina sudah sekitar 7 tahun bertetangga dengan keluarga Maman Suherman.
Menurut Gina, MAHM kerap tersenyum sambil menundukkan kepala ketika berpapasan dengan dia.
"Dia (MAHM) anaknya baik kok. Kalau ketemu ya senyum, gini (menundukkan kepala). Dan suka bercanda dengan cucu saya yang masih kecil (balita)," jelas Gina, dikutip Bangkapos.com dari Tribunnews, Kamis (18/12/2025).
Tak hanya itu, Gina juga menyebut, dia kerap melihat Maman Suherman dan putranya, MAHM, berjalan kaki bersama untuk salat subuh berjamaah di masjid kompleks perumahan itu.
"Emang Pak Haji (Maman) salat enggak pernah ketinggalan. Dia sama anaknya yang paling kecil (korban MAHM) itu sering jalan lewat sini, mau salat subuh ke masjid," ungkap Gina.
Hal ini juga dibenarkan Ketua RT setempat, Istianto (65) yang mengatakan, ia kerap melihat Maman Suherman mengajak sang putra untuk salat subuh berjamaah di masjid.
"Pak Maman itu sama anaknya (MAHM) suka salat subuh berjamaah di masjid. Terutama pas si anaknya itu masih kecil ya," kata Istianto, saat ditemui, Kamis.
"Ya sekarang juga masih. Anaknya itu di masjid, salat subuh, salat Jumat juga," pungkasnya.
Menurut perempuan lanjut usia itu, hampir seluruh anggota keluarga Maman berperilaku baik di lingkungan setempat.
Sebagai contoh, ia mengatakan, ketika hendak pulang ke rumah pribadinya itu, Maman maupun sang istri kerap membuka jendela mobil untuk menyapa Gina yang kebetulan sedang berada di depan rumah.
"Haji Maman sosok yang baik banget. Dia menyapa kalau lewat. Misalnya pas ketemu, walaupun di dalam mobil dia buka jendela 'bu, permisi bu'," kata Gina.
"Istrinya juga gitu, lewat itu ya menyapa juga," tambahnya.
Saat ditemui sekira pukul 15.00 WIB, Gina sedang berada di depan pagar rumahnya yang persis berada di sebelah rumah mewah milik politikus PKS itu.
Rumah mereka berada di sisi kanan sebuah jalan yang buntu karena adanya portal di ujung jalan yang selalu ditutup oleh warga sekitar.
Sehingga, untuk menuju ke rumah Maman Suherman atau TKP ditemukannya MAHM harus terlebih dahulu melalui rumah Gina.
Rumah mewah Maman Suherman berdiri di kavling yang luasnya kurang lebih sekitar 500 meter persegi.
Di depan rumah itu terdapat sejumlah karangan bunga ucapan duka cita atas wafatnya MAHM dari sejumlah pihak.
Bangunan rumah tersebut dicat dengan warna putih di seluruh bagian dinding dengan perpaduan cat warna hitam serta emas pada bagian pagar maupun tralis-tralis yang terdapat pada bangunan rumah itu.
Halaman di depan rumah Maman Suherman terlihat masih cukup lapang. Hanya ada bangunan pendopo, parkiran mobil, dan taman kecil di sisi-sisi halaman rumah mewah itu.
Penghuni rumah diduga sedang tidak berada di lokasi saat ini. Sebab, beberapa lampu gantung bergaya eropa klasik pada dua teras rumah dalam kondisi masih menyala.
Polres Cilegon memastikan bocah laki-laku berusia 9 tahun yang tewas di sebuah rumah mewah di Perumahan Bukit Baja Sejahtera (BBS), Kota Cilegon, Banten, Selasa (16/12/2025) bukan karena perampokan.
Putra bungsu dari anggota Dewan Pakar Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kota Cilegon, Maman Suherman itu tewas bersimbah darah dengan 22 luka tusuk.
Pembunuhan terhadap siswa kelas IV sekolah dasar (SD) itu terjadi sekitar pukul 14.30 WIB.
Polres Cilegon telah memeriksa delapan orang saksi dan mengamankan barang bukti berupa rekaman CCTV dari sekitar lokasi.
"Dugaan sementara untuk kasus ini itu dugaan pembunuhan, dapat dilihat dari bagaimana keadaan korban di rumah sakit."
"Dari Polres Cilegon sudah membuat LP yang mencantumkan dugaan pembunuhan, jadi bukan perampokan," kata Kasat Reskrim Polres Cilegon, AKP Yoga Tama dikutip dari tayangan YouTube Kompas TV, Kamis (18/12/2025).
Sebelumnya, muncul narasi yang menyebut bocah laki-laki itu tewas karena perampokan di rumah mewahnya.
Polisi memastikan, tidak ada barang-barang berharga yang hilang dari rumah Maman.
Kepastian itu didapat setelah petugas melakukan pemeriksaan dan mendengar keterangan dari pemilik rumah.
"Untuk barang-barang berharga, sampai saat ini belum ditemukan adanya barang yang hilang," ungkap Kepala Seksi Humas Polres Cilegon, AKP Sigit Dermawan, melalui pesan WhatsApp kepada Kompas.com, Rabu (17/12/2025).
Saat peristiwa berdarah itu terjadi, hanya ada korban dan kakaknya di dalam rumah mewah itu.
Sementara Maman dan istrinya sedang tak berada di rumah karena tengah bekerja.
"(Saat kejadian) berdua sama kakaknya, cuma ini kan kamarnya ada delapan ini, jadi masing-masing gitu."
"Tinggal sama orang tuanya, karena ibunya bekerja juga, bapaknya juga pengusaha kan gitu," ungkap Sigit.
Kamera CCTV yang berada di rumah mewah tersebut tidak bisa merekam apapun lantaran rusak selama dua minggu.
Guru Besar Kriminologi dari Universitas Indonesia (UI), Profesor Adrianus Meliala mengatakan soal adanya kemungkinan motif dendam yang melatari kasus pembunuhan MAHM (9) di sebuah rumah mewah kawasan BBS III, Kelurahan Ciwaduk Kota Cilegon, Banten, Jawa Barat, Selasa (16/12/2025).
Adrianus memberikan beberapa dugaan termasuk motif dendam yang mungkin saja ada di balik tewasnya siswa kelas IV SD tersebut.
"Ya kami sebagai pengamat juga membuka kemungkinan adanya dendam pada tewasnya anak 9 tahun tersebut."
"Lalu pertanyaannya adalah kalau itu adalah tindakan yang terutama karena motif dendam maka pertanyaannya adalah, apakah benar selama ini ada hubungan yang kurang baik antara pelaku dan keluarga korban?" ujarnya, dalam program acara yang disiarkan di YouTube Kompas TV, Jumat (19/1/2025).
Adrianus juga mengatakan bisa saja bocah 9 tahun tersebut bukanlah target sesungguhnya, namun dirinya mungkin tengah berada di lintasan aksi si pelaku.
Sementara terkait motif dendam, bisa saja pelaku merasa emosional sehingga melampiaskannya pada MAHM.
Adrianus juga menanggapi soal keberadaan asisten rumah tangga (ART) hingga satpam yang disebut tidak ada di lokasi kejadian.
"Mungkin saja hal itu akan terjadi. Saya tidak menafikan misalnya ada ART atau sopir atau satpam atau tukang potong taman, kemudian mengalami ketersinggungan dengan keluarga, itu mungkin saja terjadi dan kemudian anak yang menjadi sasaran kemarahan tersebut," kata Adrianus.
Sementara itu, Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri menduga pelaku pembunuhan bocah itu punya akses ke rumah korban.
"Tentu harus dilakukan pemeriksaan ya oleh pihak kepolisian, tetapi saya membayangkan bahwa sang pelaku memiliki akses ke rumah tersebut," kata Reza, dikutip Tribunnews dari tayangan YouTube Kompas TV, Jumat (19/12/2025).
Reza menduga, pelaku bisa memperkirakan kondisi di dalam rumah tersebut, seperti saat korban tengah sendirian di rumah.
Saat kejadian, korban hanya berdua bersama kakaknya di rumah tersebut.
Semantara Maman dan istrinya sedang tak berada di rumah karena tengah bekerja.
"Nah penalaran-penalaran semacam itu dan perbuatan sedemikian rupa, itung-itungan memang kemungkinan dilakukan oleh orang yang sudah mengenal kondisi atau situasi rumah dan keluarga pemilik rumah tersebut," tandasnya.
Dalam perkara ini, Reza enggan menggunakan istilah 'orang dekat' untuk analisanya soal dugaan pelaku.
Ia memilih menggunakan istilah orang yang mengenal situasi di tempat kejadian perkara (TKP).
"Apakah bisa disebut sebagai orang dekat, hari ini tampaknya kita harus memberikan definisi ulang tentang kata dekat ataupun jauh."
"Tetapi ketimbang menggunakan kata dekat atau jauh, saya memilih menggunakan istilah orang yang mengenal situasi rumah dan keluarga pemilik rumah tersebut," jelasnya.
Reza juga menduga, korban bukanlah target utama pelaku.
Pria yang meraih gelar Master Psikologi Forensik dari Universitas Melbourne itu mengatakan, pelaku kemungkinan mengincar pihak lain yang ada kaitannya dengan korban, yakni orang tua bocah itu.
Akan tetapi, karena pelaku tak bisa melakukan itu kepada orang tua korban, bocah itu kemudian dijadikan objek pengganti.
"Namun karena tidak mungkin melakukan serangan secara frontal terhadap orang tua korban, maka korban dijadikan sebagai objek pengganti atau subtitusi," ujarnya.
Menurutnya, antara perilaku dengan motif dalam kasus ini belum tentu linier. Ia pun kembali menegaskan, kemungkinan korban bukan menjadi target utama pelaku.
"Bahwa sekali lagi belum tentu orang yang menghabisi korban adalah orang yang sungguh-sungguh punya kepentingan bagi meninggalnya korban."
"Tetapi pihak yang menjadi kepentingan pelaku adalah pihak lain, namun karena tidak bisa mencapai pihak tersebut, maka dicarilah pihak pengganti yang dalam hal ini adalah korban," jelasnya.
Terkait korban yang kemungkinan dijadikan korban pengganti, Reza mengurai alasannya.
Dikatakannya, anak-anak termasuk dalam kelompok rentan menjadi korban kejahatan.
Sebab, mereka lemah secara fisik, lemah secara psikis, dan mungkin juga lemah secara sosial.
Berikut kronologi kasus MAHM (9) tewas mengenaskan di rumah mewah di Perumahan Bukit Baja Sejahtera (BBS), Kota Cilegon, Banten, Selasa (16/12/2025) yang dihimpun TribunBanten.com:
(Tribunnews.com/Ibriza Fasti Ifhami, Garudea Prabawati) (TribunBanten.com/Ahmad Haris, Ahmad Tajudin)