PROHABA.CO, ACEH TAMIANG - Sudah 24 hari pasca-banjir bandang yang melanda Kecamatan Sekerak, Kabupaten Aceh Tamiang, sejumlah kampung di wilayah tersebut masih terisolir.
Akses utama menuju kampung-kampung itu terputus akibat jembatan Pematangdurian yang tertutup tumpukan batang kayu berukuran besar.
Batang kayu yang menumpuk menutup sepenuhnya mulut jembatan sehingga kendaraan tidak bisa melintas.
Hanya sepeda motor yang sesekali berani melewati jalur tersebut dengan risiko tinggi.
“Baru-baru ini saja kereta (sepeda motor) bisa lewat, itupun tergantung orangnya berani atau tidak jalan di atas kayu,” kata Amrin (60), warga Kampung Pengidam, Sabtu (19/12/2025).
Amrin menuturkan, setiap hari ia bersama warga lain harus berjalan kaki menuju Kampung Rantaubintang, Kecamatan Bandarpusaka, untuk menjemput bantuan dari relawan.
Kondisi ini terjadi karena relawan tidak bisa mengantar langsung bantuan ke kampung-kampung di Sekerak akibat jembatan yang rusak.
Setidaknya ada lima kampung yang terisolir, yakni Pematangdurian, Sukamakmur, Sulum, dan Pengidam.
Baca juga: Bupati Aceh Utara Susuri Pedalaman dengan Sampan, Pantau Wilayah Terisolir Banjir
Baca juga: Pria Diduga Jambret Gelang Emas di Aceh Singkil Diamankan Polisi Usai Dikejar Massa
Untuk kampung yang dekat, warga masih bisa melewati jembatan dengan berjalan di atas kayu.
Namun bagi kampung yang lebih jauh, satu-satunya cara adalah menggunakan perahu atau boat, Gak ada jalan lain," ungkapnya.
Warga sebenarnya sudah berusaha membersihkan jembatan menggunakan alat berat yang dipinjam dari pihak lain.
Namun upaya itu tidak berlanjut karena keterbatasan bahan bakar minyak.
Selain memutus rantai distribusi makanan, hantaman kayu juga menyebabkan kerusakan fisik pada jembatan.
Kondisi jembatan terlihat miring akibat tekanan batang kayu berukuran besar yang menumpuk.
Burhanuddin (42), warga Pematangdurian, mengungkapkan penderitaan masyarakat akibat akses yang tertutup.
Ia berharap pemerintah segera turun tangan agar distribusi bantuan bisa kembali lancar.
“Untungnya setiap hari relawan ada yang datang, artinya hidup kami memang bergantung sekali sama relawan,” ujarnya.
Situasi ini menunjukkan betapa rentannya infrastruktur di daerah rawan bencana.
Pemerintah diharapkan segera melakukan pembersihan jembatan dan perbaikan agar kehidupan masyarakat bisa kembali normal.
(Serambinews/Rahmad Wiguna)
Baca juga: Jadi Titik Krusia, PT MPG Berhasil Operasikan Kembali Unit 4 PLTU 3-4 Pascabencana Hidrometeorologi
Baca juga: Bener Meriah Terisolir, Bupati Tagore Mohon Bantuan Segera Masuk Lewat Udara
Baca juga: Jusuf Kalla Tinjau Bencana Bener Meriah, PMI Fokus Pemulihan Pasca-Banjir dan Longsor