Soroti Insiden Sopir Truk Sampah Meninggal, Anggota DPRD DKI Minta Sistem Pengelolaan SDM Dievaluasi
December 20, 2025 06:11 PM

TRIBUNJAKARTA.COM, JAKARTA — Kasus meninggalnya seorang petugas kebersihan yang diduga bekerja hingga 14 jam memantik sorotan dari Anggota DPRD DKI Jakarta, Dwi Rio Sambodo.

Ia menilai peristiwa tersebut bukan kasus tunggal dan menjadi sinyal kuat perlunya evaluasi menyeluruh terhadap sistem pengelolaan sampah serta manajemen sumber daya manusia (SDM) di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

“Betul. Saya pernah tujuh tahun di Komisi Kepegawaian. Masalah ini bukan kasus tunggal,” kata Rio, Sabtu (19/12/2025).

Menurutnya, kelebihan beban kerja bukan hanya dialami petugas kebersihan, tetapi juga dirasakan oleh banyak aparatur lainnya di Jakarta. 

Ia menyinggung kondisi anggota Satpol PP hingga tenaga Penyedia Jasa Lainnya Perorangan (PJLP) yang kerap bekerja melebihi batas wajar, di tengah keterbatasan jumlah aparatur sipil negara (ASN).

“Saya yakin situasi serupa sudah terjadi luas—mulai dari Satpol PP yang kelebihan beban kerja sampai tenaga PJLP lainnya, apalagi kita kekurangan ASN,” ujarnya.

Rio menegaskan, persoalan tersebut tidak bisa ditangani secara parsial. Ia mendorong adanya penanganan komprehensif dengan sistem monitoring dan evaluasi yang berjalan efektif.

“Ini harus ditangani komprehensif, bukan parsial. Dalam manajemen SDM, harus ada sistem monitoring dan evaluasi yang berjalan baik,” tegasnya.

Ia juga mencontohkan praktik standar keselamatan kerja di luar negeri yang dinilai bisa menjadi rujukan bagi Jakarta. Salah satunya, aturan jam kerja pengemudi yang dibatasi demi menjaga keselamatan.

“Di luar negeri, pengemudi tak boleh berkendara lebih dari tiga jam tanpa istirahat 15 menit. Kita seharusnya bisa meniru standar keselamatan seperti itu,” ucapnya.

Selain itu, Dwi Rio meminta para pimpinan unit kerja untuk lebih aktif turun ke lapangan dan tidak hanya mengandalkan laporan administrasi.

“Pimpinan unit kerja harus turun langsung memeriksa kondisi lapangan, bukan hanya menerima laporan di meja. Banyak keluhan, tapi salurannya terbatas karena ada relasi atasan–bawahan,” katanya.

Ia menambahkan, dengan jumlah sekitar 50 ribu ASN dan 120 ribu PJLP di DKI Jakarta, potensi persoalan kelebihan beban kerja hampir pasti dialami banyak pegawai.

DPRD DKI Jakarta pun diharapkan dapat mendorong Pemprov DKI untuk segera melakukan pembenahan sistem kerja, demi mencegah terulangnya kejadian serupa dan menjamin keselamatan para pekerja lapangan.

“Dari sekitar 50 ribu ASN dan 120 ribu PJLP di DKI Jakarta, persoalan kelebihan beban kerja ini pasti dialami banyak orang. Harus ada sistem evaluasi dari atas ke bawah yang intensif,” pungkas Dwi Rio.

Kronologi Sopir Truk Meninggal 

Seorang sopir truk sampah Sudin Lingkungan Hidup (LH) Jakarta Selatan meninggal dunia usai membuang muatan sampah ke TPST Bantargebang, Bekasi.

Korban, Wahyudi (51) diduga meninggal dunia akibat kelelahan akut setelah harus antre selama delapan jam di TPST Bantargebang dan riwayat penyakit jantung diderita.

Rekan korban sesama sopir truk sampah Dinas LH DKI Jakarta berinisial E mengatakan kejadian bermula saat Wahyudi bertugas membuang sampah pada Kamis (4/12/2025).

"Pada pukul 10.15 WIB almarhum berangkat membuang sampah ke TPST Bantargebang dari lokasi tugas di Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan," kata E, Sabtu (6/12/2025).

Kala itu Wahyudi tiba di TPST Bantargebang sekira pukul 11.24 WIB, namun dia bersama sopir truk sampah Dinas LH DKI lain harus antre untuk dapat membuang muatan.

Wahyudi baru selesai membuang muatan sampah di TPST Bantargebang sekira pukul 19.08 WIB, atau setelah menunggu delapan jam lamanya untuk mengosongkan muatan.

Banyaknya volume sampah Jakarta dan keterbatasan TPST Bantargebang dalam menampung menjadi faktor yang membuat Wahyudi dan para sopir truk lain harus antre.

"Pada Pukul 19.08 WIB korban keluar dr UPST Bantargebang setelah membuang muatan sampah dan masuk ke pom bensin 31 di Jl. Narogong Bekasi Pangkalan 4 untuk mengisi BBM," ujarnya.

Diduga kala itu kondisi kesehatan Wahyudi sudah menurun, akibat kelelahan akibat antre dan sudah mulai bekerja mengangkut sampah sejak Kamis (4/12) sekira pukul 04.00 WIB.

E menuturkan setelah membuang muatan di TPST Bantargebang korban tidak langsung pulang ke rumahnya di Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.

Wahyudi memilih bermalam di SPBU tempatnya mengisi bahan bakar karena pertimbangan untuk memaksimalkan waktu istirahatnya, dan pada pagi hari dapat langsung bekerja.

"Menurut hemat almarhum jika dia pulang akan kurang maksimal istirahatnya. Pada pukul 03.00 WIB korban kejang-kejang, dan sulit bernafas. Oleh rekan-rekan dibawa ke RS Karya Medika," tuturnya.

Nahas setelah beberapa saat mendapat penanganan medis di RS, Wahyudi yang sudah bertugas sebagai sopir truk Sudin LH Jakarta Selatan sejak tahun 2015 meninggal dunia.

Jasadnya kemudian dimakamkan pada Taman Pemakaman Umum (TPU) Bambu Apus, Kelurahan Bambu Apus, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur pada Jumat (5/12/2025).

BERITA TERKAIT

  • Baca juga: Hujan Disertai Angin Kencang, DPRD Desak Pemprov Mitigasi Potensi Pohon Tumbang di Jakarta 
  • Baca juga: Ketua Komisi D DPRD DKI Apresiasi Bapenda Luncurkan MPD, Minta Sosialisasi Digencarkan
  • Baca juga: Persoalan Sampah di Tangsel Bikin Warga Demo Kantor DPRD, Tuntut Pengelolaan TPA Cipeucang
© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.