BANGKAPOS.COM--Kasus pembunuhan tragis terhadap MAHM (9), putra politisi PKS Cilegon Maman Suherman, terus menguak fakta-fakta baru.
Dari hasil analisis awal, terduga pelaku diduga kuat mengenal dengan baik kondisi rumah korban di kawasan elite Bukit Baja Sejahtera (BBS), Kota Cilegon, Banten.
Dugaan tersebut menguat setelah pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri, menilai pelaku memiliki pengetahuan detail mengenai situasi rumah, termasuk waktu yang tepat untuk melancarkan aksinya.
Menurut Reza, pelaku bukan sekadar orang asing yang bertindak spontan.
“Pelaku ini sangat mungkin memiliki akses dan pemahaman tentang kondisi rumah. Ia tahu kapan rumah dalam keadaan sepi dan siapa saja yang berada di dalam,” ujar Reza, dikutip dari tayangan Kompas TV, Jumat (19/12/2025).
Saat peristiwa terjadi, rumah diketahui hanya dihuni oleh korban dan kakaknya.
Sementara kedua orang tua korban sedang berada di luar rumah untuk bekerja.
Kondisi tersebut dinilai Reza sebagai indikasi kuat bahwa pelaku telah melakukan pengamatan sebelumnya.
Reza memilih menggunakan istilah “orang yang mengenal situasi rumah” ketimbang langsung menyebut orang dekat.
Menurutnya, definisi kedekatan perlu dipahami lebih luas dalam konteks kriminalitas.
“Bukan soal dekat atau jauh, tapi sejauh mana seseorang mengenal rutinitas, situasi, dan dinamika keluarga di rumah itu,” jelasnya.
Dalam analisisnya, Reza juga mengungkap kemungkinan bahwa MAHM bukanlah target utama pelaku.
Usia korban yang masih sembilan tahun serta jumlah luka yang sangat banyak mengindikasikan adanya motif lain yang lebih kompleks.
“Hemat saya, korban kemungkinan adalah objek substitusi. Target sebenarnya adalah pihak lain yang memiliki keterikatan emosional kuat dengan korban, yakni orang tuanya,” ujar Reza.
Ia menjelaskan, ketika pelaku tidak mampu melukai target utamanya secara langsung, maka anak dijadikan sasaran pengganti sebagai bentuk pelampiasan atau pesan psikologis.
Anak-anak, menurut Reza, termasuk kelompok paling rentan dalam tindak kejahatan karena keterbatasan fisik, psikologis, dan sosial.
Hal inilah yang kerap dimanfaatkan pelaku dalam kejahatan bermotif personal.
Sementara itu, penyidik Polres Cilegon menyebut penyelidikan kasus ini mulai menunjukkan arah yang jelas.
Kasat Reskrim Polres Cilegon AKP Yoga Tama mengatakan, dugaan pelaku sudah mengerucut meski belum dapat diumumkan ke publik.
“Dugaan pelaku sudah mulai mengerucut. Kami sudah menemukan titik terang,” ujarnya.
Terkait isu perampokan yang sempat beredar, polisi memastikan tidak ada barang berharga milik korban maupun keluarga yang hilang.
Hal tersebut diperkuat dari keterangan delapan saksi yang telah diperiksa.
“Tidak ditemukan adanya barang yang hilang, baik milik korban maupun keluarga,” kata penyidik.
Fakta tersebut semakin menguatkan dugaan bahwa peristiwa ini bukan tindak kriminal biasa, melainkan pembunuhan dengan motif tertentu.
Dari hasil pemeriksaan medis, korban diketahui mengalami total 22 luka di tubuhnya.
Sebanyak 19 luka di antaranya disebabkan oleh benda tajam.
Kondisi ini menjadi salah satu dasar polisi menyimpulkan bahwa kasus tersebut merupakan pembunuhan, bukan kecelakaan atau perampokan.
Tragedi ini terungkap setelah Maman Suherman menerima panggilan telepon darurat dari anaknya yang lain sekitar pukul 14.20 WIB.
Dalam sambungan tersebut, sang anak berteriak meminta pertolongan.
Maman pun segera meninggalkan tempat kerjanya di wilayah Ciwandan dan pulang ke rumah.
Namun sesampainya di lokasi, ia mendapati MAHM telah tergeletak tengkurap di kamar dengan tubuh bersimbah darah.
Korban sempat dilarikan ke Rumah Sakit Bethsaida, Kota Cilegon, namun nyawanya tidak berhasil diselamatkan.
Hingga kini, polisi masih terus mendalami motif dan memburu pelaku.
Kasus ini menjadi perhatian luas publik karena menyangkut anak di bawah umur dan diduga memiliki motif personal yang serius.
(Youtube Kompas TV/Tribunnewsbogor.com)