TRIBUNKALTIM.CO - Di tengah dominasi Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa daerah di Kalimantan Timur masih menunjukkan daya hidup yang kuat.
Data Long Form Sensus Penduduk 2020 mengungkap lebih dari 584.000 warga Kaltim tetap menggunakan bahasa lokal sebagai bahasa pertama dalam kehidupan sehari-hari, terutama di lingkungan rumah dan komunitas terdekat.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, penggunaan bahasa daerah ini mencakup beragam kelompok etnis dan wilayah, menandakan identitas budaya lokal belum sepenuhnya tergerus arus modernisasi.
Meski lebih dari 1,1 juta penduduk menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ibu, keberadaan bahasa daerah tetap signifikan dalam ruang domestik dan sosial.
Data Long Form Sensus Penduduk 2020 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2023 menunjukkan, sebanyak 584.425 jiwa dari populasi usia lima tahun ke atas masih menggunakan bahasa lokal sebagai alat komunikasi utama di rumah dan lingkungan sehari-hari.
Meski Bahasa Indonesia tetap menjadi bahasa pertama mayoritas penduduk, angka ini menegaskan bahwa identitas budaya lokal masih hidup, terutama di wilayah pedalaman dan komunitas etnis tradisional.
Bahasa-bahasa seperti Kutai, Paser, dan Banjar tetap eksis, tidak hanya sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai penanda identitas dan tradisi budaya yang kental.
Tercatat setidaknya 584.425 jiwa dari total populasi usia lima tahun ke atas di provinsi ini masih menjadikan bahasa ibu lokal sebagai alat komunikasi utama di rumah dan lingkungan sehari-hari.
Baca juga: 216 SMK di Kalimantan Timur, Ini 5 Daerah dengan Jumlah Sekolah Kejuruan Terbanyak
Bahasa Indonesia tetap menjadi yang paling dominan, digunakan oleh lebih dari 1,1 juta penduduk sebagai bahasa pertama.
Meski bahasa Indonesia digunakan oleh lebih dari 1,1 juta jiwa sebagai bahasa pertama, kehadiran bahasa daerah di ruang-ruang domestik dan komunitas menunjukkan bahwa identitas lokal belum sepenuhnya hilang.
Bahasa seperti Berau, Bulungan, Tidung, Kenyah, hingga Bugis dan Jawa juga hidup berdampingan, mencerminkan keragaman etnis yang khas di provinsi ini.
Di balik angka tersebut, bahasa-bahasa daerah seperti Kutai, Paser, dan Banjar masih menunjukkan eksistensinya, terutama di wilayah pedalaman dan kantong-kantong etnis tradisional.
Bahasa Kutai, misalnya, masih digunakan luas di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kutai Timur, dan Kutai Barat, dengan dialek berbeda seperti Tenggarong dan Kota Bangun.
Bahasa ini tidak hanya menjadi alat komunikasi antarwarga, tapi juga masih digunakan dalam kesenian lokal seperti mamanda dan pembacaan syair sejarah.
Baca juga: 4 Wilayah dengan Dokter Spesialis Paling Sedikit di Kalimantan Timur 2024
Demikian pula bahasa Paser, yang digunakan di Kabupaten Paser dan Penajam Paser Utara, menjadi penanda kuat identitas etnis yang telah mendiami wilayah tersebut jauh sebelum pemekaran kabupaten berlangsung.
Sementara itu, bahasa Banjar yang meski bukan asli Kalimantan Timur, telah menjadi semacam lingua franca di kawasan perkotaan seperti Balikpapan dan Samarinda, di mana mobilitas antar-etnis tinggi dan komunitas Banjar cukup besar.
Lingua franca adalah bahasa perantara yang digunakan untuk berkomunikasi antara kelompok atau individu yang memiliki bahasa ibu berbeda.
Dalam konteks ini, bahasa tersebut tidak harus menjadi bahasa ibu siapa pun, tapi dipilih karena bisa dipahami oleh semua pihak yang terlibat.
Selain itu, bahasa Berau, Tidung, Bulungan, Kenyah, Bugis, dan bahkan Jawa juga tercatat dalam penggunaan sehari-hari oleh sejumlah komunitas.
Keberadaan bahasa-bahasa ini menunjukkan tingginya keragaman demografis Kalimantan Timur, yang selama beberapa dekade terakhir menjadi daerah tujuan transmigrasi, migrasi kerja, dan pertumbuhan ekonomi berbasis tambang serta energi.
Baca juga: Top 5 Kabupaten/Kota dengan Jumlah Puskesmas Terbanyak di Kalimantan Timur
Inilah Bahasa Daerah yang Umum Digunakan Menurut publikasi BPS dan informasi dari Kemdikbud:
Bahasa lainnya yang disebutkan oleh masyarakat lokal, terutama di daerah tertentu: