Laporan Wartawan TribunGayo Malikul Saleh | Aceh Tengah
TribunGayo.com, TAKENGON - Kisah haru datang dari Fazrul Fala, warga Desa Kayu Kul, Kecamatan Pegasing, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh, yang nyaris meregang nyawa akibat bencana longsor.
Fazrul bersama istrinya selamat dari maut hanya sekitar 30 menit sebelum tanah longsor meratakan rumah mereka, Rabu (26/11/2025) malam.
Baca juga: Kisah Pilu Januar Warga Tebuk Aceh Tengah: Rumah Rata dengan Tanah, Mata Pencaharian Terputus
Peristiwa longsor tersebut terjadi sekitar pukul 22.00 WIB dan mengakibatkan sedikitnya 12 rumah warga di Desa Kayu Kul mengalami kerusakan parah hingga rata dengan tanah.
Curah hujan tinggi yang mengguyur wilayah Aceh Tengah sejak beberapa hari sebelumnya diduga menjadi pemicu utama terjadinya longsor.
Saat ditemui TribunGayo.com, Fazrul menceritakan detik-detik menjelang bencana dengan mata berkaca-kaca.
Fazrul mengaku bersyukur masih diberi keselamatan oleh Allah SWT, meski rumah yang selama ini ditempatinya bersama sang istri hancur tertimbun material longsor.
“Alhamdulillah saya dan istri masih diberi keselamatan usai bencana longsor yang meratakan rumah saya,” ujar Fazrul dengan suara bergetar kepada TribunGayo.com, Minggu (21/12/2025).
Baca juga: Aceh Tengah dan Bener Meriah 19 Hari Terisolir, HMI Minta DPRA Ambil Peran Aktif
Menurut Fazrul, pada malam kejadian ia dan istrinya sebenarnya masih berencana untuk tetap bermalam di rumah.
Kondisi cuaca yang tidak menentu memang sempat membuatnya khawatir, namun belum terlintas di benaknya bahwa longsor besar akan terjadi dalam waktu dekat.
Namun tak lama kemudian, seorang tetangganya bernama Anto datang mengetuk pintu rumah dan mengingatkan agar segera mengungsi.
Anto menyebut kondisi tanah di sekitar permukiman sudah tidak stabil dan berpotensi membahayakan keselamatan warga.
“Saat itu tetangga saya, Bang Anto, datang dan bilang, ‘Udah dek, ngungsi aja dulu. Sekarang belum stabil di sini.’ Alhamdulillah hati saya langsung tergerak,” kata Fazrul.
Tanpa berpikir panjang, Fazrul dan istrinya langsung bergegas meninggalkan rumah menuju kediaman kakaknya yang berada di lokasi lebih aman.
Mereka meninggalkan rumah sekitar pukul 21.30 WIB, atau hanya setengah jam sebelum longsor besar terjadi.
“Kami pergi sekitar jam setengah sepuluh malam. Kejadiannya jam sepuluh. Kalau sempat saya masih ada di situ, saya tidak tahu bagaimana jadinya,” ungkapnya lirih.
Fazrul menyebut, setelah mendengar kabar rumahnya rata dengan tanah, perasaan sedih dan syok bercampur menjadi satu.
Namun ia kembali menguatkan diri karena merasa keselamatan jiwa jauh lebih berharga dibandingkan harta benda. (*)
Baca juga: Lebih dari 2 Juta Warga Aceh Terdampak Bencana Hidrometeorologi