SURYA.co.id, SURABAYA - Kapolda Jatim, Irjen Pol Nanang Avianto, mengerahkan belasan ribu personel gabungan untuk mengawal keamanan tempat ibadah gereja di seluruh wilayah Jatim.
Bahkan para personel tersebut sudah mulai dikerahkan untuk melakukan pengawalan keamanan sejak pekan sebelumnya, hingga berlangsung pada puncak ibadah Misa Natal tanggal 25 Desember 2025 mendatang.
Baca juga: Jadwal Misa Natal 2025 Gereja-Gereja Katolik Surabaya, Malam Natal 24 Desember Mulai Jam 6 Sore
Para personel keamanan gabungan yang dikerahkannya itu juga mencakup 14.827 orang personel gabungan yang telah disiagakan melalui pelaksaan Apel Kesiapan Pasukan Operasi Lilin Semeru 2025, pada Jumat (19/12/2025).
"Ya, tentunya kami melihat ada skala prioritas dari kegiatan ibadah itu. Kalau seperti sekarang misalkan Gereja Betany, di sini kan sudah jelas bahwa di situ yang terbesar. Tentunya kami juga akan persiapkan itu sesuai dengan kebutuhan. Begitu juga dengan gereja-gereja yang lain, ini pun sudah ter-plotting," ujarnya.
Bahkan, Nanang sudah menginstruksikan seluruh kapolres jajarannya untuk melakukan pendataan hingga pengerahan personel untuk mengawal keamanan tempat ibadah gereja.
Ia ingin memastikan bahwa pelaksanaan ibadah masyarakat atau para jemaat dapat berjalan lancar, aman dan nyaman.
Guna memastikan keamanan pelaksanaan ibadah umat Kristiani, Nanang juga sudah menyampaikan instruksi kepada para personel melalui apel gelar pasukan tersebut.
Pada poin kedua amanat yang dibacakannya dihadapan para pasukan di Lapangan Mapolda Jatim, Nanang berpesan agar para personel gabungan tidak meremehkan sekecil apa pun ancaman yang terjadi di lapangan.
Ia meminta agar para personel melakukan deteksi dini dan langkah antisipasi dengan melakukan sterilisasi area tempat ibadah.
"Kedepankan deteksi dini dan preventif strike, lakukan sterilisasi di setiap gereja sebelum pelaksanaan ibadah," jelas Nanang, dalam amanatnya di tengah pelaksanaan apel gelar pasukan.
Bahkan, Nanang juga memberikan masukan kepada para personel yang ditugaskan melakukan pengawalan keamanan untuk melibatkan organisasi kemasyarakatan lain dalam menjaga keamanan dan ketertiban tempat ibadah.
Karena hal tersebut juga dapat menjadi salah satu wujud nyata sikap toleransi dan kerukunan antar beragama di Indonesia.
"Saya minta rekan-rekan untuk melibatkan ormas-ormas keagamaan untuk dalam pengamanan gereja sebagai wujud nyata toleransi dan kerukunan umat beragama," katanya.
Tak cuma itu, Nanang juga meminta seluruh personel Kepolisian juga makin meningkatkan intensitas patroli di wilayah masing-masing agar mengantisipasi adanya gangguan aksi kriminalitas jalanan atau premanisme.
"Pastikan tidak ada gangguan sekecil apapun pada saat ibadah Natal maupun malam pergantian tahun terkait kejahatan konvensional aktifkan patroli di jam rawan dan siapkan fasilitas penitipan kendaraan di kantor polisi bagi warga yang meninggalkan rumahnya," pungkasnya.
Sementara itu, Pastor Rekan Paroki Gereja Katolik Sakramen Maha Kudus, Romo Yudhit Ciphardian memprediksi bakal ada sekitar 3.000-an orang jemaat yang akan mengikuti Misa Natal 2025 di Gereja Katolik Sakramen Maha Kudus Surabaya.
Pelaksanaan Misa berlangsung tiga kali sesi, yakni malam Natal, Natal Pagi, dan Natal Fajar.
Biasanya, Natal Pagi, paling banyak dihadiri oleh para jemaat. Pada masing-masing sesinya, terdapat dua kali perayaan Ekaristi.
"Misalnya malam Natal. perayaan pada pukul 6 sore. Itu untuk wilayah yang jauh. Di sini ada 5 wilayah. Wilayah 4 dan wilayah 5. Nah, ini karena daerahnya di Pepelegi sana. Lalu nanti perayaan yang berikutnya pukul 9 malam itu untuk wilayah 1, 2 dan 3 ya itu sekitar itu yang dekat," ujarnya saat ditemui TribunJatim.com di Surabaya, pada Selasa (16/12/2025).
Mengenai pengamanan, pihaknya sudah mempersiapkan jauh-jauh hari, bahwa pada Bulan November kemarin, sudah mulai dibahas oleh pihak polsek setempat.
Artinya, ia memastikan, pengamanan sudah dilakukan secara maksimal sejak awal bahkan sudah jauh-jauh hari, termasuk mengenai mekanisme sterilisasi area gereja, juga bakal dilakukan pada beberapa hari menjelang pelaksanaan Natal.
"Kalau lihat pengalaman juga screening itu biasanya satu hari sebelum hari H itu ya. Dan juga pas hari H-nya itu mereka melakukan screening. Screening untuk ngecek di area-area," terang pastor yang juga menjabat sebagai Ketua Komsos Keuskupan Surabaya itu.
Kemudian, Romo Yudhit mengungkapkan, beberapa pekan sebelum menyambut Natal, pihak gereja juga memberikan pelayanan rohani ke rumah para jemaat yang tidak bisa datang ke gereja karena sedang sakit dan lanjut usia (lansia).
Melalui pelayanan rohani langsung ke rumah jemaat yang sedang dalam keadaan lemah, diharapkan dapat memperoleh semangat dan optimisme baru untuk menatap masa depan.
"Kami menerimakan dua sakramen. Yang pertama adalah sakramen pengurapan orang sakit. Di mana itu adalah ya karunia sungguh tanda kasih Allah untuk mereka untuk menguatkan mereka, jiwa dan raganya, supaya dalam keadaan sakit mereka mengalami pemulihan rohani. Begitu juga sakramen pengakuan dosa, supaya menghilangkan beban-beban hal-hal yang mengganggu," jelasnya.
Lalu mengenai tema Natal kali ini, Romo Yudhit mengungkapkan, tema kali ini, berdasarkan Konferensi Wali Gereja Indonesia adalah 'Allah Hadir Untuk Menyelamatkan Keluarga'.
Menurutnya, tema ini relevan dengan situasi kehidupan keluarga yang sarat akan perjuangan secara ekonomi, sosial kemasyarakatan, dan pendidikan anak.
Situasi ini, gereja ingin memberikan penguatan agar para keluarga dapat memperoleh kebaikan dan semangat untuk menjadi lebih baik.
"Harapannya juga dengan perayaan Natal yang akan berlangsung pada tanggal 25 Desember nanti menjadi ya, sukacita bagi keluarga," katanya.
Bagi Romo Yudhit, sungguh Allah yang luar biasa itu, Allah yang jauh, yang punya kekuasaan semesta ini mau mendekati manusia, dan mau bertemu manusia.
Maka memang dalam Iman Katolik; bagaimana Allah yang luar biasa itu mau hadir dalam wujud bayi mungil yang diberi nama Yesus dan Ia hadir di sebuah palungan.
Palungan itu menjadi gambaran bahwa; Yesus hadir menjadi santapan rohani, menjadi kekuatan jiwa bagi setiap orang yang bertemu dengan diri-Nya.
Dan dalam kisahnya juga, bagaimana manusia pertama atau orang yang pertama bertemu dengan Tuhan Yesus adalah para gembala yang yang berada sedang menjaga kawanan domba dan mereka menjadi gambaran orang kecil, orang yang tersisih.
Natal menjadi tanda kehadiran Allah, di mana Natal itu bukan bukan hanya milik orang tertentu secara eksklusif tetapi milik semua orang siapa pun yang bisa datang bertemu dengan-Nya.
Kehadirannya di palungan itu menjadi tanda. Allah yang begitu besar mau turun dalam kehidupan yang sederhana.
"Siapapun dari jabatan siapapun orang entah itu statusnya apa, entah itu mereka latar belakangnya siapa boleh berjumpa dengan Yesus," pungkasnya.