TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dalam pelaksanaan Denpasar Festival (Denfest) ke-18 tahun 2025 ini, semua sampah diharapkan tak keluar area festival.
Semua sampah dipilah hingga diolah di areal festival yang berlangsung 20 - 23 Desember di kawasan Catur Muka ini.
Sebanyak 18 komunitas pecinta lingkungan pun terlibat dalam pengelolaan sampah ini.
Bahkan ada stan khusus yakni Waste Department Eling ring Rasa untuk pengelolaan sampah termasuk pembuatan kompos dan press plastik.
Baca juga: Hari Ini Petugas Setop Angkut Sampah, Warga Denpasar Resah, Wayan Koster: "Jangan Tanya Itu Dulu"
Selain itu, juga disiapkan tempat sampah untuk pemilahan yang dijaga relawan untuk menuntun pengunjung memilah sampah.
Salah seorang pengunjung, Apgandhi Pranata mengaku sistem ini memang perlu diterapkan dalam setiap festival besar.
Sehingga lokasi festival akan terlihat bersih dan tertata.
"Relawan juga menuntun kita membuang sampah. Misal daun di kantong yang mana, sampai tusuk sate pun beda tempatnya," ungkapnya, Minggu, 21 Desember 2025.
Baca juga: BUANG Sampah ke Sungai, Ternyata Staf KPU Badung, Banjar Adat Beri Sanksi Denda Rp3 Juta!
Ia pun melihat jika sampah benar-benar terpilah lewat program ini.
Salah seorang relawan, Kadek Widia Sumiari (13) siswa kelas VIII SMPK 1 Harapan Denpasar mengatakan dalam sehari dari sekolahnya ada 5 siswa yang terlibat.
"Kami ditanya sama guru, siapa yang mau silakan ikut," paparnya.
Di Denfest, ia bertugas memilah sampah yang masih tercampur.
Dari pemilahan, menurutnya kebanyakan sampah residu dan plastik.
Baca juga: Badung Khawatir Kunjungan Wisatawan Menurun, Dampak Isu Sampah dan Banjir di Bali
Relawan lain, Nyoman Adi Artana dari Mang Adi Bali Recycle mengatakan, kegiatan ini merupakan langkah edukasi masyarakat untuk memilah sampah.
Menurutnya, relawan memberikan arahan pengunjung hingga pemilik stand dalam membuang sampah.
Sampah ini yang selama ini dipilah menjadi dua jenis, pada gelaran Denfest ini setidaknya dipilah ke dalam sembilan jenis.
"Organik saja misalnya dibagi dalam sampah buah, sisa makanan dan tusuk sate. Kemudian non organik dibagi menjadi plastik lembaran, botol plastik, plastik kemasan, kertas, logam, dan botol kaca," paparnya.
Dengan terpilahnya sampah ini maka semua bisa dimanfaatkan dan tidak terbuang ke TPA Suwung.
"Ada banyak pengunjung yang makan dan minum, dan sampahnya bisa terselesaikan di tempat kegiatan," imbuhnya.
Ketua Umum Komunitas Temanmu Sekaligus Koordinator Waste Department Eling Ring Rasa Denfest 2025, Anak Agung Ngurah memaparkan, pengelolaan sampah dilakukan melalui sistem urunan antarkomunitas.
Pihaknya juga menghadirkan satu unit mesin press plastik, dan mesin komposting dua unit berkapasitas 250 liter.
Juga bak magot yang diletakkan di setiap UMKM.
Selain itu, sebanyak 20 unit teba modern disiapkan sebagai bagian dari sistem pengolahan untuk sampah organik bekerjasama dengan DLHK Denpasar.
Dari 18 komunitas yang terlibat, ada dua komunitas yang juga fokus pada pengolahan sampah organik, khususnya buah-buahan yang diolah menjadi eco enzyme.
Sistem ini didukung dengan pembuatan stasiun sampah menggunakan kampil di 10 titik strategis.
Total 200-an relawan terlibat termasuk dari pelajar SMP, SMA/SMK, serta mahasiswa.
Mereka dibagi dalam tiga shift, masing-masing bertugas selama empat jam untuk mengedukasi dan mengingatkan pengunjung agar membuang sampah sesuai kategori yang telah ditentukan dari pukul 10.00 hingga 22.00 Wita.
“Tugas ini memang berat, namun akan terus kami lakukan. Pola pengelolaan ini diharapkan bisa diterapkan di desa, desa adat, maupun pada berbagai event lainnya,” ujar koordinator pengelolaan sampah Denfest.
Titik kumpul pengelolaan sampah berada di kawasan Jalan Gajah Mada dan sisi timur Lapangan Puputan Badung, dengan unit khusus bertajuk 'Waste Department' bernama 'Eling ring Rasa'.
Sampah anorganik yang terkumpul dipress bahkan dengan kapasitas 150 ton menjadi seukuran 4 keramik sebelum diolah lebih lanjut.
Dirinya mengatakan, dalam sehari sampah yang dihasilkan di Denfest kurang lebih 25 ton.
"Namun karena kami sudah pilah, jadinya terasa ringan dan sedikit, tapi sebenarnya banyak," ungkapnya.
Dirinya menyebut, bahkan ada masyarakat yang sengaja membawa sampah dalam kantong plastik dari rumahnya.
"Ada kemarin, dibuang di titik Gajah Mada. Kami izinkan tapi harus dipilah di sana," ungkapnya.
Ia juga menyebut, pengunjung lebih tertib dalam membuang dan memilah sampah ketimbang tenant.
Karena saat malam hari, ketika tak ada pengawasan, tenant membuang dengan tercampur.
Sehingga relawan kembali melakukan pemilahan agar bisa diolah.
"Hari pertama pelaksanaan kami anggap berhasil di atas 90 persen. Tenant ternyata masih ada yang nakal membuang tercampur," ungkapnya.
Wali Kota Denpasar, IGN Jaya Negara menyebut ini adalah upaya mengatasi persoalan sampah melalui pengelolaan sampah terpadu untuk mengantisipasi produksi sampah saat dan sesudah Denfest.
Diharapkan keberadaan unit pengelolaan sampah terpadu ini menjadi titik awal perubahan dalam mengawal produksi sampah selama gelaran Denfest agar pengelolaannya terstruktur dan selesai di hulu.
Untuk diketahui, dalam sehari timbulan sampah di Denpasar mencapai 1.050 ton.
Dari jumlah tersebut, baru 30 persennya yang bisa diolah, dan sisanya dibuang ke TPA Suwung. (*)