BANGKAPOS.COM, BANGKA - Luas kebun dan hasil panen durian di Bangka Belitung pada tahun 2024 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya.
Berdasarkan data Statistik Pertanian di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), pada 2024 luas tanam durian tercatat mencapai 2.487,20 hektare dengan luas panen 841,74 hektare.
Total produksi durian mencapai 7.061,90 ton dengan produktivitas rata-rata 8,39 ton per hektare per tahun.
Angka tersebut meningkat dibandingkan 2023 yang mencatatkan produksi 5.807,85 ton dari luas panen 672,23 hektare.
Kenaikan produksi ini dinilai sebagai indikator meningkatnya intensitas panen durian lokal di kebun-kebun rakyat, sekaligus menegaskan peran durian sebagai penopang ekonomi masyarakat, khususnya petani dan pedagang musiman.
Baca juga: Titipan Rezeki Bernama Durian, Musim Durian Tiba, Perputaran Uang di Babel Meningkat
Ketua Tim Kerja Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Edo Maryadi mengatakan durian Babel memiliki keragaman jenis yang tumbuh baik, mulai dari durian alam di kampungkampung hingga durian unggulan hasil seleksi dan pembinaan pemerintah.
Menurutnya, pengembangan durian berdampak langsung terhadap perekonomian masyarakat. Saat musim durian tiba, perputaran uang dari desa hingga kota meningkat signifikan.
“Musim durian itu ekonomi bergerak. Petani untung, pedagang untung, aktivitas jual beli meningkat,” kata Edo kepada Bangkapos.com, Jumat (19/12/2025).
Meski terdapat risiko buah busuk atau mentah, Edo menilai secara umum petani dan pedagang tetap memperoleh keuntungan.
“Walaupun ada yang rusak, tetap untung. Itu menunjukkan nilai ekonominya tinggi,” katanya.
Ketua Tim Kerja Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Edo Maryadi, mewakili Kepala Dinas, mengatakan durian Bangka Belitung memiliki keragaman jenis yang tumbuh dengan baik, mulai dari durian alam di kampung-kampung hingga durian unggulan hasil seleksi dan pembinaan pemerintah.
“Kalau bicara durian Bangka, jenisnya beragam. Ada durian kampung, ada juga yang sudah punya nama seperti Cumasi dan Super Tembaga,” ujar Edo saat ditemui Bangkapos, Jumat (19/12/2025).
Ia menjelaskan, sejumlah wilayah seperti Mentok, Air Mesu, Mangkol, hingga Bangka Tengah dikenal sebagai sentra durian lokal berkualitas tinggi yang tumbuh secara alami.
“Di Mentok itu Cumasi-nya bagus-bagus. Rasanya kuat dan khas Bangka. Durian kampung yang sudah ada sejak dulu juga memiliki cita rasa yang menggugah,” katanya.
Meski demikian, Edo mengakui sebagian besar durian kampung masih tumbuh tanpa perawatan intensif. Banyak pohon durian di kampung hanya dibersihkan menjelang musim panen, tanpa pemupukan dan pengelolaan kebun yang terarah.
Menurut Edo, faktor cuaca menjadi penentu utama kualitas dan kuantitas produksi durian. Idealnya, tanaman durian membutuhkan periode panas sekitar 15 hingga 18 hari tanpa hujan agar bunga dan buah dapat berkembang secara optimal.
“Kalau panasnya cukup, kualitas duriannya bagus. Tapi tahun ini cuacanya ekstrem, hujan terus, sehingga produksi banyak menurun,” jelasnya.
Akibat kondisi tersebut, sejumlah petani mengalami gagal panen atau hasil panen yang tidak maksimal. Meski begitu, sebagian petani mulai beradaptasi dengan pola perawatan dan pemupukan yang lebih terencana.
Lebih lanjut, Edo menyampaikan bahwa sejak 2012 pemerintah daerah telah melakukan pembinaan sekaligus pelepasan varietas durian unggulan Bangka Belitung ke tingkat nasional.
Bahkan, Estik Labuno atau Super Tembaga disebut-sebut memiliki potensi besar untuk menjadi ikon durian Indonesia.
“Kalau Malaysia punya Musang King, Thailand punya Monthong, kita sebenarnya punya Super Tembaga dari Bangka,” tegas Edo.
Selain pembinaan varietas, DPKP Bangka Belitung juga rutin melaksanakan bimbingan teknis melalui program Kampung Durian, meski pelaksanaannya sangat bergantung pada ketersediaan anggaran.
Pemerintah daerah juga memfasilitasi kontes durian yang terakhir digelar pada 2020 dan direncanakan kembali pada tahun mendatang.
“Kontes durian itu penting. Bukan hanya soal menang, tapi juga gengsi dan motivasi petani untuk menjaga kualitas,” ujarnya.
Edo menilai, minat terhadap durian Bangka Belitung terus meningkat, termasuk dari luar
daerah.
Ia berharap ke depan durian Bangka Belitung tidak hanya dikenal sebagai buah musiman, tetapi benar-benar menjadi penggerak ekonomi daerah yang berkelanjutan.
“Kalau dikelola dengan baik, durian bisa menjadi sumber ekonomi utama masyarakat. Potensinya sangat besar,” tutup Edo. (x1)