Pernikahan Habis Rp 1,2 Miliar Cuma Bertahan 33 Hari, Suami Gugat Cerai dan Minta Balik Rp 330 Juta
December 22, 2025 04:02 PM

 

TRIBUNJATIM.COM - Kecewa dengan perilaku istri sebulan pertama menikah, seorang suami pilih menggugat cerai.

Padahal pesta pernikahan antara keduanya telah menghabiskan uang hingga miliaran rupiah.

Seorang pria menjadi sorotan publik setelah pernikahannya yang digelar secara mewah berakhir hanya dalam waktu 33 hari.

Pria tersebut diketahui menghabiskan dana hingga 510.000 yuan atau sekitar Rp1,2 miliar untuk menyelenggarakan pesta pernikahan.

Tagih uang Rp 330 juta

Namun ternyata kegagalan rumah tangga membuatnya gugat cerai.

Pria tersebut juga menuntut pengembalian sebagian biaya pernikahan, bahkan dengan cara melakukan kampanye penagihan di depan rumah keluarga istrinya.

Dikutip dari Sanook.com via Tribun Medan, Senin (22/12/2025), pria berusia 25 tahun bermarga Hou, yang berasal dari Provinsi Henan di wilayah tengah China, terpaksa meminjam uang dalam jumlah besar demi membiayai pernikahannya.

Meski telah berupaya maksimal untuk mewujudkan pernikahan impiannya, kehidupan rumah tangga Hou justru runtuh hanya 33 hari setelah akad pernikahan dilangsungkan.

Kasus ini kemudian menjadi perbincangan hangat di media sosial China, setelah Hou meluncurkan sebuah kampanye penagihan secara terbuka pada akhir bulan lalu.

Baca juga: Demi Beli Mahar Pernikahan, Buruh Serabutan Curi Motor Rp19,5 Juta, Minta Maaf ke Calon Istri

Kampanye tersebut dilakukan seorang diri dengan tujuan menuntut pengembalian uang sebesar 140.000 yuan atau sekitar Rp330 juta, yang menurutnya merupakan bagian dari biaya pernikahan yang telah ia keluarkan.

Menurut laporan, Hou pertama kali diperkenalkan dengan istrinya oleh seorang mak comblang pada tahun 2021. Hubungan keduanya berkembang sangat cepat.

Bahkan, hanya tiga hari setelah perkenalan tersebut, mereka memutuskan untuk bertunangan.

Ilustrasi perceraian karena malam pertama istri menguak kebohongan suami
Ilustrasi perceraian karena malam pertama istri menguak kebohongan suami (Tribunnews.com)

Proses menuju pernikahan pun berlangsung singkat hingga akhirnya pesta pernikahan digelar secara besar-besaran.

Dana untuk menyelenggarakan pernikahan tersebut sebagian besar berasal dari Hou dan orang tuanya.

Seluruh anggota keluarga bekerja sambilan demi mengumpulkan biaya yang dibutuhkan.

Selain itu, Hou juga meminjam uang dari kerabat untuk menutupi besarnya pengeluaran pernikahan.

Tercatat, ia meminjam sekitar 160.000 yuan atau sekitar Rp380 juta dari sanak saudara, sementara sisanya berasal dari tabungan orang tua serta hasil pekerjaan tambahan.

Baca juga: Sering Pamer Rumah & Mobil Mewah, Abah Kunang Ternyata Bantu Anaknya yang Bupati Korupsi Rp9,5 M

Biaya pernikahan tersebut mencakup berbagai kebutuhan, termasuk kendaraan, uang seserahan yang diminta oleh keluarga mempelai wanita, serta sejumlah hadiah pertunangan.

Pernikahan itu dinilai jauh lebih mewah dibandingkan standar pernikahan pada umumnya di Provinsi Henan.

Padahal, berdasarkan data tahun sebelumnya, pendapatan rata-rata penduduk setempat hanya sekitar 22.000 yuan atau sekitar Rp52 juta per tahun.

Masalah rumah tangganya

Masalah rumah tangga mulai muncul tidak lama setelah pernikahan berlangsung.

Hou mengungkapkan bahwa pertengkaran terjadi ketika ia tertidur, sehingga istrinya yang pulang kerja tidak dapat masuk ke rumah dan harus menunggu di luar hingga larut malam.

Tak lama setelah kejadian tersebut, istrinya memutuskan untuk meninggalkan rumah.

Perpisahan itu terjadi hanya sekitar satu bulan setelah pernikahan yang digelar pada akhir Januari.

Istri tolak berpisah

Setelah berpisah, Hou mengajukan gugatan cerai ke Pengadilan Rakyat Kabupaten Piyang. 

Namun, pada Juni lalu, pengadilan menolak permohonan tersebut.

Penolakan itu didasarkan pada pernyataan sang istri yang menyebut bahwa pernikahan mereka berjalan dengan bahagia.

Meski demikian, Hou tidak menghentikan upayanya dan mengajukan banding, yang dijadwalkan akan dipertimbangkan oleh pengadilan pada bulan berikutnya.

Dalam upaya menuntut pengembalian uang, Hou melakukan kampanye penagihan dengan memasang spanduk dan pengeras suara di mobilnya.

Ia mendatangi rumah keluarga istrinya, yang kini tinggal bersama orang tuanya di Kabupaten Piyang, Provinsi Henan.

Aksi tersebut menarik perhatian publik dan memicu perdebatan luas di dunia maya.

Hou menyatakan bahwa tuntutannya terbatas pada pengembalian perhiasan yang ia belikan untuk istrinya, yang nilainya lebih dari 40.000 yuan atau sekitar Rp95 juta, serta uang tunai sebesar 100.000 yuan atau sekitar Rp237 juta.

Ia menegaskan bahwa tuntutan tersebut berkaitan langsung dengan biaya pernikahan yang telah membebani dirinya dan keluarganya.

Viral di media sosial

Kisah pernikahan singkat yang berakhir dengan konflik ini memicu diskusi sengit di media sosial China, terutama terkait melonjaknya biaya pernikahan.

Banyak warganet menyoroti bahwa di wilayah seperti Henan, uang seserahan kerap melebihi 100.000 yuan dan menjadi beban finansial besar bagi keluarga.

Seorang pengguna Weibo bahkan menyebut bahwa praktik orang tua berutang demi menikahkan anak laki-laki telah menjadi hal yang lazim.

Di tengah perdebatan tersebut, pemerintah China diketahui telah mengeluarkan kebijakan dalam beberapa tahun terakhir untuk mereformasi tradisi pernikahan.

Pemerintah mendorong masyarakat agar mengurangi pengeluaran untuk seserahan dan jamuan pernikahan.

Namun, meskipun berbagai upaya telah dilakukan, tingginya biaya pernikahan dan uang seserahan masih menjadi persoalan yang terus berlanjut.

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.