SRIPOKU.COM, MUSI RAWAS – Sebuah bangunan yang diduga peninggalan kolonial Belanda ditemukan di lingkungan SMP Negeri 1 Muara Beliti, Kelurahan Pasar Muara Beliti, Kecamatan Muara Beliti, Kabupaten Musi Rawas. B
Bangunan tersebut menyerupai bak penampungan air dengan konstruksi permanen dan dinding yang tebal.
Secara visual, bangunan itu berbentuk persegi, memiliki ketinggian cukup tinggi serta terbuat dari material batu dan semen yang kokoh.
Meski sebagian kecil bagian atasnya tampak roboh, kondisi bangunan secara umum masih terjaga dengan baik meskipun diperkirakan telah berusia puluhan tahun.
Pamong Budaya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Musi Rawas, Emiliana, mengatakan bangunan tersebut telah didata oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2024.
“Bangunan itu sudah didata oleh BPK Provinsi Sumsel pada tahun 2024 lalu,” ujar Emiliana kepada Sripoku.com, Senin (22/12/2025).
Ia menjelaskan, meski bentuknya menyerupai bak penampungan air, berdasarkan keterangan masyarakat setempat dan pengurus adat, bangunan tersebut bukan difungsikan sebagai tempat penampungan air.
“Dari informasi yang kami terima, bangunan itu sebenarnya merupakan tempat pembuangan mayat para pemberontak yang tidak tunduk pada pemerintahan kolonial Belanda. Bangunannya disamarkan seperti bak air,” ungkapnya.
Emiliana menambahkan, bangunan serupa sejatinya ditemukan di beberapa titik di wilayah Muara Beliti.
Salah satunya berada di lokasi patung pahlawan yang terletak di pinggir Jalan Lintas Sumatera atau tepat di depan Kantor KPU Musi Rawas.
“Bangunan yang di patung pahlawan itu awalnya juga sama seperti yang ada di lingkungan SMP Negeri 1 Muara Beliti,” katanya.
Namun, sebagian besar bangunan serupa kini sudah tidak dapat ditemukan karena telah dirobohkan oleh masyarakat.
Sementara bangunan yang berada di dalam lingkungan sekolah masih bertahan hingga kini.
“Bangunan di sekolah ini sempat hendak dirobohkan, bahkan menggunakan alat, tetapi gagal. Akhirnya dibiarkan dan tidak diganggu lagi oleh pihak sekolah,” jelasnya.
Meski demikian, Emiliana menyebutkan hingga kini belum diketahui secara pasti tahun pembangunan bangunan tersebut.
Namun, jika dilihat dari gaya arsitektur dan material bangunan, kuat dugaan bangunan tersebut dibuat sebelum Indonesia merdeka.
“Bangunan ini berkaitan dengan sejarah perjuangan masyarakat. Dari arsitekturnya, jelas ini peninggalan sebelum kemerdekaan,” tutupnya.