TRIBUNPRIANGAN.COM, CIANJUR – Peringatan Hari Ibu di Kabupaten Cianjur diisi dengan kegiatan Talkshow reflektif yang digelar Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Cianjur, menggandeng pimpinan DPRD Kabupaten Cianjur, dengan menghadirkan berbagai elemen perempuan dari lintas profesi, mulai dari bos UMKM dan pelaku UMKM Cianjur, pengusaha travel, pengusaha restoran, kontraktor, juragan sayur, penyapu jalan, tukang pijit, hingga pengemudi ojek online perempuan.
Pengusaha perempuan yang tergabung dalam Iwapi bersatu meneguhkan tekad untuk bergotong royong memajukan kaum permpuan di Kabupaten Cianjur.
Talk show tersebut menghadirkan Wakil Ketua DPRD Kabupaten Cianjur, Hj Susilawati SH MKP sebagai narasumber, yang menyampaikan bahwa Hari Ibu di Indonesia memiliki makna historis dan politis yang jauh lebih dalam dibanding sekadar perayaan simbolik.
“Hari Ibu tidak hanya dimaknai sebagai hari kasih sayang, tetapi sebagai refleksi sejarah perjuangan perempuan Indonesia yang turut memperjuangkan kemerdekaan dan hingga kini berperan aktif mengisi pembangunan,” ujar Susilawati.
Ia mengingatkan bahwa peringatan Hari Ibu berakar dari Kongres Perempuan Pertama yang digelar pada 22 Desember 1928 di Yogyakarta dan diikuti sekitar 30 organisasi perempuan. Dalam kongres tersebut, isu-isu krusial seperti pernikahan dini, kesehatan, pendidikan, hingga perdagangan perempuan telah menjadi perhatian utama.
“Menariknya, isu-isu yang dibahas pada kongres perempuan hampir satu abad lalu itu ternyata masih relevan hingga hari ini,” kata Ketua DPC PDI Perjuangan ini.
Susilawati menambahkan, melalui Keputusan Presiden Soekarno Nomor 316 Tahun 1959, tanggal 22 Desember ditetapkan sebagai Hari Ibu sebagai bentuk penghormatan kepada ibu bangsa yang berjuang memerdekakan Indonesia. Karena itu, Bung Karno menegaskan bahwa Hari Ibu adalah hari perjuangan perempuan, bukan sekadar hari bunga dan hadiah.
Dalam talk show tersebut juga dibahas perjalanan sejarah perempuan Indonesia, mulai dari masa penjajahan yang penuh keterbatasan akibat penindasan kolonial dan budaya patriarki, hingga tumbuhnya kesadaran nasional perempuan melalui pendidikan dan organisasi sosial.
Sejumlah tokoh perempuan pejuang turut diulas, di antaranya R.A. Kartini, Cut Nyak Dien, Cut Nyak Meutia, Martha Christina Tiahahu, hingga Laksamana Malahayati. Selain itu, peran organisasi perempuan seperti Putri Mardika, Aisyiyah, Wanita Taman Siswa, dan Wanita Katolik juga disoroti sebagai pilar pendidikan, sosial, dan kebangsaan.
Menurut Susilawati, perempuan memiliki peran strategis dalam pembentukan bangsa, baik sebagai pendidik pertama di keluarga maupun penjaga nilai budaya dan identitas bangsa. Perjuangan perempuan masa kini, lanjutnya, tidak lagi berbentuk perlawanan fisik, melainkan melalui partisipasi aktif dalam pembangunan, pendidikan, politik, dan kebijakan publik.
Sementara itu, Ketua IWAPI Cianjur, Evi Damayanti, mengatakan kegiatan tersebut menjadi wadah saling belajar dan berbagi pengalaman antarperempuan dari berbagai latar belakang.
“Kami ingin ibu-ibu pelaku UMKM di Cianjur semakin mengepakkan sayap dan mampu go internasional. Di momen Hari Ibu ini kami juga mengundang penyapu jalan dan ojek online perempuan untuk berbagi kisah ketangguhan mereka dalam membantu perekonomian keluarga,” ujarnya.
Selain talk show, IWAPI dan Hj Susilawati juga akan menggelar kegiatan bakti sosial sebagai bentuk penghargaan terhadap peran perempuan serta agenda penanaman pohon bertema Merawat Pertiwi, Perempuan Tangguh, Pertiwi Utuh, sebagai simbol harmoni antara perempuan dan alam.
Evi berharap, peringatan Hari Ibu dapat menjadi momentum bagi perempuan di Cianjur untuk semakin berdaya, maju, dan menjadi teladan bagi generasi mendatang.
“Perempuan kuat bukan untuk menyaingi laki-laki, tetapi untuk menguatkan bangsa bersama-sama. Merawat perempuan berarti merawat pertiwi,” pungkasnya.
Di akhir acara, Iwapi dan pimpinan DPRD memberikan bingkinsan dan bantuan sosial untuk para penyapu jalan dan ojek online perempuan.(*)