SURYA.co.id | SURABAYA - Keberadaan ekowisata Kebun Raya Mangrove Surabaya diklaim sebagai satu-satunya Kebun Raya Bakau di Indonesia.
Namun kebun mangrove seluas 34 hektare ini menjadi evaluasi dan catatan serius anggota Fraksi Gerindra DPRD Surabaya Yona Bagus Widyatmoko.
Baca juga: Kebun Raya Mangrove Surabaya Resmi Bergabung WMC dan BGCI
Idealnya, kebun raya yang berlokasi di tiga wilayah utama yakni Wonorejo, Gunung Anyar, dan Medokan Sawah tersebut bisa menjadi destinasi wisata idola keluarga.
"Perlu optimalisasi pengelolaan," kata Yona yang juga Ketua Komisi A DPRD Surabaya, Senin (22/12/2025).
Kebun Raya Mangrove Surabaya sendiri diresmikan sejak Juli 2023 silam.
Setelah dua tahun berjalan, destinasi wisata dan konservasi alam tersebut mestinya bisa lebih dari yang sekarang.
"Namun gaung dan popularitasnya masih belum sesuai harapan," sambungnya.
Kebun Raya Mangrove ini berlaku tiket masuk Rp 15.000.
Ada wahana pengalaman naik perahu menyusuri hutan bakau dan spot foto ekowisata mangrove.
Tiket wahana ini Rp 25.000 untuk orang dewasa dan Rp15.000.
Salah satu masalah krusial yang kerap dikeluhkan pengunjung adalah minimnya akses transportasi umum menuju kawasan wisata mangrove.
Destinasi ini masih dijangkau dengan kendaraan pribadi atau transportasi online.
Tidak ada jalur angkutan umum sehingga wisata ini belum menyeluruh untuk semua kelas pengunjung.
Yona menyebut bahwa Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Surabaya harus meningkatkan kolaborasi dengan instansi lain.
Ada rencana pengembangan 2025, namun belum terealisasi dengan baik.
Sebelumnya ada konsep natural resources, perluasan jogging track, dan sentra wisata kuliner.
Fasilitas yang ada saat ini masih berkutat pada hal-hal mendasar seperti toilet umum, musala sederhana, dan area parkir.
Yang juga menjadi catatan adalah konversi lahan mangrove yang rusak.
Selain itu muncul konflik kepemilikan lahan antara pemerintah daerah dan masyarakat.
Sementara Pemkot menuntut konservasi.
Yona yang akrab disapa Cak YeBe termasuk yang mengimpikan Kebun Raya Mangrove Surabaya menjadi wisata konservasi primadona.
"Potensinya juga luar biasa. Tidak boleh wisata Kebun Raya Mangrove berjalan di tempat seperti sekarang. Harus ada terobosan signigikan," kata Yona.
Kebun Raya mangrove digadang-gadang sebagai satu-satunya kebun raya mangrove di Indonesia.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih minim, di mana hingga pertengahan 2024, rata-rata pengunjung Kebun Raya Mangrove hanya mencapai 6000 orang per bulan.
Angka ini jauh dari potensi sebenarnya mengingat Surabaya adalah kota terbesar kedua di Indonesia dengan jumlah penduduk Surabaya mencapai 3 juta jiwa.
Yona melihat bahwa wisata mangrove Surabaya terkesan ketinggalan zaman.
Meski terdapat spot foto dengan frame bambu dan menara pandang setinggi 12 meter, konsep wisata edukasi yang diusung masih terasa kaku dan kurang interaktif.
Jogging track yang terbuat dari bambu dan kayu memang menawarkan pengalaman dekat dengan alam, namun perawatannya kerap terabaikan.
Wisata perahu yang menjadi daya tarik utama pun masih terbatas dengan kapasitas dan jadwal yang tidak fleksibel.
Sentra wisata kuliner yang dijanjikan dalam strategi pengembangan 2025 hingga kini belum terwujud maksimal.
"Promosi wisata harus makin masif. Tidak hanya mengandalkan media sosial Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Surabaya yang jangkauannya terbatas. Perlu kolaborasi dengan industri pariwisata untuk menarik wisatawan lokal maupun mancanegara," katanya.
Ekowisata mangrove sebenarnya memiliki daya tarik global jika dikemas dengan baik.
Bayangkan, jika ada keterlibatan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) dan Association of The Indonesian Tours and Travels Agencies (ASITA) dalam pengembangannya.
Wisatawan baik lokal maupun mancanegara yang sebelumnya hanya sekedar menginap di hotel jadi tertarik karena penawaran paket wisata di Surabaya.
Dia mendukung kampanye pariwisata yang agresif melibatkan influencer, travel blogger, dan media online.
"Manfaatkan momentum event-event besar di Surabaya untuk mempromosikan wisata mangrove sebagai paket lengkap wisata alam, edukasi, dan kuliner," pungkasnya.