Kisah Yulinda Surya Cahyani Putri Dokter Muda Berusia 28 Tahun di Berau saat Hari Ibu
December 22, 2025 09:19 PM

TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB - Momen hari Ibu, menjadi refleksi diri bagi seorang dokter muda kelahiran 3 Oktober 1997, Yulinda Surya Cahyani Putri yang saat ini menjadi dokter umum di RSUD Abdul Rivai, Berau.

Ia yang masih berusia 28 tahun, dan memilki seorang anak perempuan usia 3 tahun, membagi sedikit cerita, pengalaman menjadi dokter dan ibu bukanlah hal yang mudah.

Apalagi ketika tanggung jawab profesional dimulai sejak usia yang relatif muda, bahkan pernah mengemban amanah sebagai kepala rumah sehat BAZNAS Berau, sebelum akhirnya menjadi dokter umum di RSUD Abdul Rivai.

Namun bagi sosok dokter Putri, kunci utama menjalani dua peran penting tersebut terletak pada satu hal: ketenangan hati seorang ibu.

Baca juga: Solusi dari Bupati Sri untuk Keluar dari Jebakan Ekonomi Berau yang Lambat

Menurutnya, peran sebagai ibu, istri, dan tenaga kesehatan memiliki tantangan tersendiri. 

“Kalau hati ibu tenang, itu akan sangat memengaruhi anak,” ujarnya kepada Tribunkaltim.co, Senin (22/12/2025).

Ia percaya bahwa keterhubungan emosional antara ibu dan anak tetap bisa terjaga, meskipun sang ibu harus bekerja, selama anak berada di tangan yang tepat baik ayah, nenek, maupun pengasuh yang dipercaya.

Ia menekankan bahwa kondisi psikologis ibu sangat berpengaruh pada anak. Jika seorang ibu terus merasa cemas dan memikirkan anaknya saat bekerja, maka anak pun akan merasakan hal yang sama.  Sebab, ibu dan anak sangat terkoneksi.

“Yang penting itu dari hati dulu. Kalau ibunya tenang, anaknya juga akan tenang, walaupun frekuensi bekerja dalam seminggu cukup padat,” tuturnya.

Selama menjadi ibu pekerja, dokter Putri tentunya memiliki dilema antara Pasien dan anak.  

Tantangan paling nyata yang ia rasakan adalah dilema saat anak sakit, sementara dirinya juga harus merawat pasien di rumah sakit.

Dalam kondisi seperti itu, kerja sama dengan keluarga dan pengasuh menjadi sangat penting.

Selama kondisi anak stabil dan berada di tangan yang tepat, ia berusaha menenangkan hatinya dan menyelesaikan tanggung jawab profesional terlebih dahulu.

“Yang di rumah sakit tentu harus terselesaikan begitu juga saat kita kembali ke rumah kita kembali berperan penuh sebagai ibu,” katanya.

Ia mengakui bahwa membawa anak ke tempat kerja pernah menjadi pilihan, namun itu merupakan opsi terakhir, dengan syarat kondisi anak sehat dan lingkungan kerja memungkinkan.

Dokter Putri juga mengatakan, bahwa pengalaman menjadi ibu mengubah cara berempati.

Pengalaman menjadi seorang ibu ternyata sangat memengaruhi cara ia berkomunikasi dengan pasien dan keluarga pasien, terutama orang tua anak yang sedang dirawat.

Ia merasa lebih mampu merasakan kekhawatiran orangtua dan menyampaikan informasi medis dengan cara yang menenangkan.

“Bagaimana memberikan informasi yang bisa membuat hati orangtua tenang, itu sangat berpengaruh. Dan pengalaman sebagai ibu sangat membantu dalam hal itu,” ungkapnya.

Putri juga memiliki satu prinsip utama, membahagiakan diri sendiri terlebih dahulu. Menurutnya, kebahagiaan tidak sepenuhnya bergantung pada orang lain, baik pasangan maupun keluarga.

Tambahnya, kebahagiaan sederhana bersama anak menjadi sumber energi terbesarnya.

Menjalani profesi sebagai dokter, tentu memberikan nilai lebih dalam perannya sebagai ibu, terutama dalam hal pengetahuan kesehatan anak. 

Namun Ia juga menegaskan bahwa setiap ibu bisa memberikan pengasuhan terbaik jika mau belajar. Di tengah isu stunting yang masih menjadi perhatian, ia melihat bahwa anak-anak yang dirawat oleh ibu yang siap secara mental dan emosional menunjukkan perbedaan yang nyata.

Tak lupa dokter putri menyampaikan pesan bagi para ibu, khususnya ibu bekerja, untuk menempatkan kebahagiaan dan ketenangan diri sebagai prioritas.

“Kalau kita sudah bahagia dan tenang sebagai ibu, itu akan memengaruhi semua aspek kehidupan, diri kita kepada anak, suami, orangtua, dan pekerjaan.”

Ia juga berbagi bahwa dirinya pernah mengalami baby blues, terlebih harus kembali bekerja 40 hari setelah melahirkan. Namun ia memaknainya sebagai bagian dari takdir dan panggilan hidup untuk membantu sesama.

“Happiness in the first place. Kalau itu sudah ada, semuanya akan terasa lebih ringan dan tidak terbebani,” pungkasnya. (*)

 

 

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.