TRIBUN-SULBAR.COM - Kantor Wilayah Kementerian Hukum Sulawesi Barat melaksanakan Peringatan Hari Ibu Tahun 2025.
Selain pegawai yang dipimpin oleh Kakanwil Kemenkum Sulawesi Barat, Sunu Tedy Maranto tersebut, pelaksanaan kegiatan itu juga dihadiri oleh Jajaran Kanwil KemenHAM Sulbar dan jajaran Kanwil Ditjen Imigrasi Sulbar.
Hal menarik dari momentum pelaksanaan kegiatan ini adalah, seluruh petugas upacara didominasi oleh kaum perempuan sebagai bentuk kesakralan penghormatan peringatan yang dilaksanakan setiap tahun itu.
Baca juga: Penyebab PSM Kalah dari Malut United: Terlalu Mudah Beri Lawan Peluang dan Lini Depan Mandul
Baca juga: SDK Tunjuk Utari Sagena Plh Dukcapil Sulbar Usai Ilham Borahima Ditahan Kasus Dugaan Penipuan
Penyuluh Hukum Kanwil Kemenkum Sulbar, Mardiana yang bertindak selaku inspektur upacara dan membacakan sambutan tertulis Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Ia mengatakan bahwa peringatan Hari Ibu setiap tanggal 22 Desember merupakan wujud penghargaan bangsa Indonesia terhadap perjuangan dan pengabdian perempuan dalam merebut serta mengisi kemerdekaan.
"Peringatan ini bukan sekadar seremonial dan bukan pula perayaan "Mother's Day" sebagaimana dipahami di beberapa budaya, namun merupakan apresiasi mendalam bagi seluruh perempuan Indonesia dalam semua peran dan kapasitasnya—baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa, maupun negara" lanjutnya
Sejarah Hari Ibu berakar pada Kongres Perempuan Indonesia pertama pada tahun 1928 di Yogyakarta, yang menjadi momentum lahirnya gerakan perempuan secara nasional. Melalui kongres tersebut, perempuan Indonesia berkumpul, bersuara, dan menetapkan arah perjuangan bersama. Komitmen para perempuan pejuang kala itu mengantarkan Indonesia pada tonggak penting yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Ibu melalui Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959. Sejak itu, hari ini menjadi pengingat bahwa perempuan telah, sedang, dan akan terus menjadi bagian strategis dalam pembangunan bangsa.
Ia menambahkan bahwa dalam lintasan sejarah bangsa ini, perempuan Indonesia telah menjadi agen perubahan—menggerakkan inovasi, memperjuangkan keadilan, dan menguatkan nilai-nilai kemanusiaan.
Meski menghadapi berbagai tantangan seperti beban ganda, stigma, minimnya akses, serta kekerasan berbasis gender, perempuan tidak pernah berhenti berjuang. Dengan ketangguhan, kreativitas, dan daya juang, perempuan terus menunjukkan bahwa kemajuan bangsa tidak pernah terpisah dari kemajuan perempuan.
Peringatan Hari Ibu ke-97 tahun ini juga menjadi ruang refleksi dan apresiasi bagi seluruh perempuan Indonesia, tanpa memandang latar belakang sosial, profesi, budaya, atau wilayah.
Dari perempuan yang berkarya di daerah pesisir hingga mereka yang bekerja di perkotaan; dari perempuan pelaku UMKM, petani, buruh, tenaga kesehatan, dan pendidik, hingga mereka yang berkarya dalam pemerintahan, politik, olahraga, seni, dan teknologi—seluruhnya memiliki kontribusi nyata bagi bangsa.
"Mereka adalah wajah ketangguhan bangsa ini. Dalam ruang domestik maupun publik, dalam tantangan digital maupun perubahan zaman, perempuan Indonesia hadir, bekerja, mencipta, merawat kehidupan, dan memastikan keberlangsungan generasi. Karena itu, suara mereka hari ini bukan hanya didengar—tetapi harus menjadi dasar kebijakan publik, strategi pembangunan, dan arah masa depan bangsa" tuturnya
Penyelenggaraan Peringatan Hari Ibu ke-97 Tahun 2025 juga sejalan dengan agenda nasional, termasuk implementasi Asta Cita dan Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) dalam kerangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia, penguatan sistem perlindungan, penghapusan diskriminasi, serta percepatan pemberdayaan perempuan di berbagai sektor.