TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Mendung menyelimuti Dusun Kebur Lor, Kalurahan Argomulyo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta pada Senin (22/12) petang, ketika dua ambulans yang membawa dua jenazah korban kecelakaan maut bus di Semarang tiba di rumah duka.
Dua jenazah ibu dan anak itu tiba di rumah duka pukul 17.17 WIB, diiringi isak tangis dari kerabat dan para tetangga, yang sudah menyemut sejak siang di sekitar rumah.
Ambulans berhenti. Pintu belakang dibuka. Wartawan Tribun Jogja menyaksikan, sejumlah pelayat tampak mengusap air matanya yang basah.
Semua mata pelayat tertegun menyaksikan jenazah ibu dan anak digotong menggunakan keranda dan peti, masuk ke dalam rumah.
Takbir dikumandangkan. Para peziarah menyolatkan dua jenazah itu sebelum diantar menuju ke peristirahatan terakhirnya.
Kecelakaan maut yang melibatkan Bus PO Cahaya Trans, di Simpang Susun Exit Tol Krapyak, Semarang, pada Senin dini hari, memang menyisakan duka mendalam, bagi warga di Sleman.
Dari total 16 korban jiwa dalam insiden kecelakaan maut tersebut, satu keluarga asal Kebur Lor, Argomulyo, Cangkringan turut menjadi korban, dengan ibu dan anak dinyatakan meninggal dunia. Sedangkan sang Ayah selamat dengan luka.
Satu keluarga di Cangkringan yang menjadi korban bernama Mutiara Citra Dwi Purwita (19), Endah (48) dan Purwoko (50). Mutiara dan Endah, ibu dan anak meninggal dunia. Sedangkan Purwoko, mengalami luka di punggung.
Purwoko tiba di rumahnya, menggunakan mini bus, tak lama setelah jenazah istri dan anaknya disolatkan. Kedatangannya, yang menahan luka dibagian punggung, dipapah banyak orang. Semua orang menunduk melihat Purwoko berjalan gontai menuju rumahnya.
"Kuat, kuat, aku kuat," kata Purwoko lirih, kepada para warga yang langsung datang memapahnya.
Purwoko terlihat menahan duka mendalam. Matanya sembab. Jalannya gontai tak bertenaga. Sesekali berhenti untuk mengatur langkah kakinya. Warga sempat menawarkan untuk membopongnya.
Namun ditolak. Ia tetap ingin berjalan, meski tertatih menuju rumah, di mana jenazah istri dan anaknya telah disolatkan dan disemayamkan.
Dua jenazah diberangkatkan dari rumah duka menuju pemakaman pukul 17.58 WIB, tepat setelah adzan Maghrib berkumandang. Ibu dan anak ini diantar menuju pusara diiringi doa-doa dari segenap pelayat.
Prosesinya diawali para pemuda berjalan membawa kembang, disusul dua peti jenazah mulai digotong. Isak tangis kembali terdengar.
Dukuh Kebur Lor, Mujiyanta mengaku dadanya sesak saat pertama mendengar warganya menjadi korban meninggal dalam insiden kecelakaan Bus di Semarang.
Menurut dia, Purwoko bersama keluarga, saat peristiwa kecelakaan terjadi sedang menumpang Bus perjalanan pulang dari rumah keluarga besar istrinya di Bogor menuju Sleman, Yogyakarta. Purwoko berhasil selamat, namun anak dan istrinya meninggal dunia.
"Keluarga Mas Pur itu orang baik. Mas Pur itu Ketua Kelompok Tani. Mutia, anaknya, sering main ke rumah saya. Bahkan ketika masih sekolah sering berangkat naik sepeda bersama anak saya. Sudah seperti anak sendiri," kata Mujiyanta.
"Saya sesak dengan kejadian ini," imbuhnya.
Mutiara dikenal sebagai sosok periang sekaligus berprestasi. Di kampusnya, Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, gadis berusia (19) tahun itu bahkan menorehkan prestasi gemilang dengan meraih IPK terbaik saat menginjak semester dua. Mutia juga suka olahraga Taekwondo.
"Mutia anaknya pintar. Termasuk mahasiswi berprestasi. Karena saya ngajar di Semester 3 mata kuliah pengelolaan limbah cair," kata Kajur Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Bambang Suwerda.
Kini gadis berprestasi itu telah pergi, dan tak akan pernah kembali. Kepergiannya meninggalkan duka bagi keluarga, kerabat maupun sahabat dan kampusnya.
Mutia pergi bersama sang Ibunda tercinta, Endah. Keduanya dimakamkan dalam satu liang. Mereka beristirahat abadi dalam pelukan.
Kasubag Pelayanan Jasa Raharja, Kanwil Yogyakarta, Septian Gunawan memastikan, kedua korban meninggal dunia dalam insiden kecelakaan bus PO Cahaya Trans di Exit Tol Krapyak, Semarang mendapatkan santunan kematian korban kecelakaan lalu-lintas.
Nominalnya Rp 50 juta untuk masing-masing korban. Santunan akan diserahkan dengan ditransfer langsung ke rekening ahli waris.
"Proses(pencairan) langsung ke penerima yaitu Bapak Purwoko, suami dan suami almarhumah. Target pencairan dari perusahaan 2x24 jam. Kalau hari ini (berkasnya) lengkap, besok paling telat InsyaAllah langsung kami proses," kata dia.(*)