Klaten Tribunjogja.com --- Kecelakaan maut Bus Cahaya Trans terjadi di Simpang Susun Exit Tol Krapyak, Semarang, pada Senin dini hari, 22 Desember 2025.
Peristiwa ini menyisakan luka mendalam bagi keluarga korban, pasangan suami istri Yanto (47) dan Listiana (44), warga Dusun Dosaran, Desa Kalikebo, Kecamatan Trucuk, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Bus yang mereka tumpangi mengalami insiden tragis saat perjalanan pulang dari Jakarta menuju Klaten.
Keduanya baru saja mengunjungi cucu mereka di ibu kota sebelum melanjutkan perjalanan dengan bus tersebut.
Pada Selasa, 23 Desember 2025, suasana duka menyelimuti rumah keluarga korban di Dusun Dosaran.
Ratusan warga dan kerabat datang melayat, menyampaikan belasungkawa, serta memberikan dukungan moral kepada keluarga yang ditinggalkan.
Alunan doa dan bacaan Al-Quran terdengar di rumah duka diringi isak tangis keluarga pecah saat peti jenazah diberangkatkan.
Selanjutnya, warga bergotong royong mengantar jenazah ke pemakaman umum.
Peti jenazah dibawa menggunakan mobil ambulans sekitar pukul 12.52 WIB.
Puluhan warga berjalan kaki mengikuti dari belakang menuju pemakaman umum yang berjarak sekitar 300 meter dari rumah duka.
Baca juga: Korban Laka Maut Tol Semarang Asal Sleman Dimakamkan Satu Liang dengan Sekat
Pasangan suami istri tersebut dimakamkan dalam satu liang lahat.
Dua peti jenazah ditidurkan bersebelahan, diiringi doa dan tangis haru warga.
Prosesi pemakaman berlangsung khidmat, penuh rasa kehilangan, namun juga kebersamaan masyarakat dalam mengantar kepergian Yanto dan Listiana.
Kehidupan Korban Sebelum Tragedi
Kepala Desa Kalikebo, Purwanto, menyampaikan bahwa Yanto dan Listiana dikenal sebagai sosok baik dan pekerja keras.
Mereka merantau ke Lampung dan bekerja sebagai buruh dagang.
Dagangan mereka sering berganti, mulai dari berjualan es hingga kebutuhan sehari-hari.
Sebelum kecelakaan, keduanya sempat mampir ke Jakarta untuk bertemu cucu.
Rencana pulang ke Klaten berakhir tragis ketika bus yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan di Semarang.
Duka Keluarga yang Ditinggalkan
Korban meninggalkan dua anak perempuan dan tiga cucu.
Kepergian mereka menjadi pukulan berat bagi keluarga besar.
Kepala desa berharap keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kekuatan menghadapi cobaan ini.
“Mudah-mudahan keluarga yang ditinggalkan selalu tabah dan ke depan peristiwa itu bisa jadi pembelajaran bahwa semua harus hati-hati,” ujar Purwanto. (drm)