BPBD Kabupaten Cirebon Turun ke Lokasi Semburan Gas di Cipanas
December 23, 2025 07:01 PM

 

Laporan Wartawan Tribuncirebon.com, Eki Yulianto

TRIBUNCIREBON.COM, CIREBON - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cirebon turun langsung ke lapangan untuk melakukan asesmen terhadap fenomena semburan gas berbau belerang atau bahan bakar yang muncul di Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon.

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Cirebon, Hadi Eko mengatakan, asesmen dilakukan untuk memetakan dampak, potensi risiko, serta kebutuhan penanganan awal di lokasi kejadian.

"Kami melakukan asesmen untuk memetakan dampak, potensi risiko, serta kebutuhan penanganan awal terhadap semburan lumpur yang dilaporkan warga,” ujar Hadi Eko, Selasa (23/12/2025).

Ia mengatakan BPBD langsung turun ke lokasi begitu menerima laporan dari masyarakat terkait munculnya semburan lumpur yang disertai bau belerang menyengat.

"BPBD turun langsung ke lapangan untuk melakukan asesmen dan penanganan awal,” ucapnya.

Menurut Hadi Eko, fenomena semburan lumpur tersebut hanya muncul saat musim penghujan. 

Sementara pada musim kemarau, aktivitas semburan tidak terpantau.

"Fenomena ini muncul saat musim hujan. Kalau musim kemarau, tidak terpantau aktivitas semburan,” kata dia.

Dari hasil asesmen sementara, semburan gas tersebut menimbulkan bau belerang cukup menyengat dengan radius sekitar 100 hingga 200 meter, bahkan dilaporkan warga dapat tercium hingga jarak sekitar 300 meter.

“Baunya cukup menyengat. Radiusnya sekitar 100 sampai 200 meter, bahkan ada laporan warga bisa sampai 300 meter,” katanya.

Selain bau menyengat, semburan tersebut membentuk kubangan menyerupai kolam dengan lebar sekitar delapan meter dan panjang kurang lebih 12 meter.

BPBD Kabupaten Cirebon juga telah berkoordinasi dengan pemerintah desa setempat untuk memastikan kondisi dan aktivitas warga di sekitar lokasi tetap aman.

Koordinasi lanjutan dilakukan dengan sejumlah dinas terkait guna menentukan langkah penanganan berikutnya sesuai kewenangan masing-masing.

Seperti diketahui, bau menyengat menyerupai bahan bakar perlahan menusuk hidung begitu melangkah ke Blok Legok, Desa Cipanas, Kecamatan Dukupuntang, Kabupaten Cirebon.

Dari sebuah kubangan air di sekitar persawahan, semburan berwarna abu-abu kecokelatan tampak bergolak seperti air mendidih.

Warga setempat menyebut fenomena alam itu sebagai “kawah”.

Bagi Manat (52), warga yang rumahnya paling dekat dengan semburan gas tersebut, bau menyengat itu bukan hal baru. 

Ia mengaku telah puluhan tahun hidup berdampingan dengan fenomena tersebut, bahkan sejak masih kecil.

“Sudah lama, dari saya kecil juga sudah ada gas itu tuh,” ujar Manat saat ditemui di rumahnya, Jumat (19/12/2025).

Menurut Manat, bau gas tidak muncul setiap saat, namun terasa paling kuat pada waktu-waktu tertentu.

“Dampaknya itu baunya menyengat. Khususnya di waktu pagi sama sore."

"Kalau hari mendung, cuaca mendung, bau. Kalau hujan ya bau, sama,” ucapnya.

Bau menyengat tersebut tak hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga berdampak pada kesehatan warga di sekitar lokasi.

“Ya itulah, sesaklah,” kata Manat singkat.

Selain gangguan pernapasan, semburan gas dari kawah itu juga diduga merusak barang-barang elektronik di dalam rumah.

Manat memperlihatkan dua unit televisinya yang kini tak lagi berfungsi.

“Ada, itu semacam elektronik, TV, sound aktif gitu,” katanya.

Pantauan di lokasi, televisi LED yang terpasang di dinding rumah Manat rusak. Ia mengatakan TV-nya rusak sekitar tiga bulan terakhir.

Sementara televisi tabung yang diletakkan di lantai mengalami kerusakan lebih dulu, sekitar enam bulan lalu.

Manat menduga kerusakan tersebut dipicu oleh udara dari semburan gas.

Tak hanya rumah Manat, setidaknya enam rumah lain yang berjarak sekitar 100 meter dari titik kawah turut merasakan dampak serupa.

Bau menyengat paling terasa pada pagi dan sore hari, terutama saat cuaca mendung atau hujan.

Manat yang tinggal bersama istri dan dua anaknya mengaku terganggu dengan kondisi tersebut.

Namun, ia memilih pasrah karena menganggapnya sebagai fenomena alam.

"Ya terganggu sih, tapi kan itu alam gitu, enggak tahu nanganinya gimana,” ujarnya.

Meski demikian, ia tetap berharap ada solusi demi kenyamanan warga.

“Kalau bisa sih gimana gitu caranya supaya mengurangi bau apa gimana itulah, supaya kami agak nyaman di sini,” harapnya.

Fenomena kawah tersebut diyakini telah ada sejak zaman nenek moyang. 

Lokasinya berada sekitar 10 meter dari area persawahan warga dan tak jauh dari kaki Bukit Gunung Nawa.

Ketua RW 7 setempat, Yunus, menyebut semburan tersebut bukan fenomena baru.

“Ini sudah ada dari sebelum saya lahir, Pak. Dari zaman nenek moyang dulu mungkin ini sudah ada,” kata Yunus.

Ia menuturkan, pada masa lalu, kawah itu sempat dimanfaatkan oleh pabrik kalsit atau kapur untuk menetralisir zat kapur yang dianggap berbahaya.

Namun setelah pabrik berhenti beroperasi, lokasi tersebut terbengkalai dan dampaknya semakin dirasakan warga.

Tak hanya merusak barang elektronik, bau belerang juga berdampak pada kesehatan dan hasil pertanian.

Banyak warga yang ISPA. Hasil panen sawah juga menurun drastis karena pengaruh belerang,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Desa Cipanas, Maman Sudirman, membenarkan bahwa fenomena kawah telah ada sejak era 1960-an dan pernah dimanfaatkan oleh industri.

Ia menegaskan, meski disebut sebagai semburan gas, fenomena tersebut bukan gas yang mudah terbakar.

“Kalau gas kena api kan nyala. Ini mah enggak, justru mati kalau ada api,” ucap Maman.

Baca juga: Semburan Gas di Cipanas Cirebon, Sudah Sejak Tahun 1960, Warga Nanti Solusi

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.