TRIBUNTRENDS.COM - Keterbatasan fisik nyatanya tak pernah mampu membelenggu semangat Bambang Ugoyudo untuk menorehkan prestasi gemilang.
Meski raga terbaring di atas ranjang akibat kelumpuhan kaki yang dideritanya, ia membuktikan bahwa imajinasi dan kreativitas tidak memiliki batas.
Bagi Bambang, dunia sastra bukan sekadar deretan kalimat yang tertuang di layar digital atau lembaran kertas, melainkan sebuah napas kehidupan yang memberinya harapan baru untuk terus melangkah maju.
Baca juga: Sosok Niram Gafur, 18 Tahun Jadi Tukang Sapu, Kini Diangkat PPPK oleh Pemkab Jember, Ini Kisahnya
Melalui nama pena Naga Hitam yang kini kian dikenal luas, ia terus melahirkan karya-karya memikat lewat kelincahan tangannya yang tak henti merangkai cerita.
Perjuangan dan keteguhan hati tersebut akhirnya membuahkan hasil yang sangat manis di kancah nasional.
Belum lama ini, Naga Hitam berhasil mengukuhkan eksistensinya dengan terpilih sebagai salah satu pemenang dalam ajang bergengsi MaxNovel Award 2025.
Sebuah pencapaian yang membuktikan bahwa karya yang hebat lahir dari jiwa yang kuat, bukan sekadar fisik yang sempurna.
Bagi Naga Hitam, menulis telah menjadi cara hidup yang memberinya kekuatan. Ia mengungkapkan rasa terima kasih kepada MaxNovel yang telah memberikan kesempatan inklusif bagi penulis dari berbagai latar belakang.
"Menulis telah menjadi sumber harapan dan cara hidup meskipun dengan keterbatasan fisik," ungkapnya.
Kemenangan Naga Hitam menjadi simbol semangat inklusivitas yang diusung ajang penghargaan tersebut.
Perhelatan MaxNovel Award 2025 yang mengusung tema "Agar Cerita-Cerita Baik Indonesia Terus Hidup", mengapresiasi 10 penulis terbaik dari beragam suku, daerah, dan agama.
Direktur MaxNovel Indonesia, Neo menegaskan, platformnya mendukung pertumbuhan penulis lokal untuk mencapai keberlanjutan ekonomi.
"MaxNovel adalah platform novel digital lokal Indonesia yang berfokus pada pengembangan ekosistem sastra nasional," tegas Neo.
Direktur Promosi Kebudayaan Kementerian Kebudayaan RI, Undri, menilai bahwa karya sastra adalah instrumen penting dalam diplomasi budaya.
"Sastra adalah ruang ingatan kolektif bangsa, tempat nilai, identitas, dan realitas sosial dirawat serta diwariskan lintas generasi," ujar Undri.
Ia menambahkan, narasi Indonesia harus hadir dalam dialog global secara lebih inklusif dan bermakna.
Sementara itu, Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Bisnis Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Andy Hadiyanto mengatakan, sastra merupakan medium pendidikan yang efektif karena mampu menyampaikan nilai-nilai kebaikan secara lebih membumi dan lintas generasi.
(TribunTrends.com/Kompas.com)