TRIBUN-TIMUR.COM - Sejumlah daerah di Indonesia masih mempercayai mitos buaya putih, termasuk warga Dusun Barakkao, Desa Polewali, Kecamatan Kajuara, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan.

Warga Desa Polewali yang berjarak sekitar dua kilometer dari ibu kota Kecamatan Kajuara meyakini kemunculan buaya putih sebagai pertanda akan terjadi peristiwa besar.

Keyakinan tersebut disampaikan oleh Andi Muhsin (67), warga Dusun Barakkao.

Ia mengatakan buaya putih itu dikenal dengan nama Lappeso.

“Warga di sini menyebut buaya putih itu Lappeso,” kata Andi Muhsin saat ditemui di rumahnya.

Menurutnya, buaya putih tersebut kerap muncul di Sungai Tempe, tepatnya di dekat jembatan gantung Dusun Barakkao.

Warga percaya Lappeso bukanlah buaya biasa, melainkan jelmaan manusia yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan warga Desa Polewali.

“Buaya itu manusia,” ujarnya singkat.

Andi Muhsin menuturkan, setiap kali Lappeso muncul, biasanya akan terjadi peristiwa besar seperti banjir atau insiden tenggelam di sungai.

“Kalau sudah muncul, pasti ada kejadian, bisa banjir atau ada orang tenggelam,” katanya.

Ia mengaku pernah melihat langsung buaya putih tersebut.

Menurutnya, ukuran buaya itu kerap berubah-ubah.

“Saya pernah melihat langsung, kadang kecil, kadang besar,” ujarnya.

Ia juga menyebut bahwa sekitar satu minggu setelah kemunculan buaya tersebut, Desa Polewali pernah dilanda banjir.

Warga lainnya, Nurhasanah (50), juga mengaku masih meyakini mitos buaya putih tersebut.

Ia mengatakan, warga Barakkao yang baru melahirkan anak diwajibkan membuang telur ke sungai sebagai bentuk ritual adat.

“Kalau ada warga yang baru melahirkan, harus membuang telur di sungai,” katanya.

Nurhasanah juga mengaku pernah melihat buaya putih itu saat mencari kerang di sungai.

“Dulu saya pernah melihatnya. Keesokan harinya, anak keponakan saya meninggal karena tenggelam di sungai,” ujarnya.