TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Viral, suasana Kota Samarinda, ibu kota Provinsi Kalimantan Timur, yang biasanya padat terutama saat libur panjang, mendadak lengang pada Kamis (25/12/2025).
Kondisi ini terjadi karena sebagian besar warga berbondong-bondong menuju Kalimantan Selatan untuk menghadiri Haul Guru Sekumpul.
Video yang viral di media sosial memperlihatkan jalanan Samarinda yang relatif sepi.
Di sisi lain, arus kendaraan jamaah Haul Guru Sekumpul menuju Kalimantan Selatan terjadi antrean panjang di Simpang Silkar, Jalan Penajam–Kuaro, Kabupaten Paser.
Baca juga: Viral Diduga Maling Ikan Asin di Berau Terekam CCTV, Kerugian Capai Rp2 Juta
Sejumlah kendaraan terlihat menempelkan stiker bertuliskan “Jamaah Haul Guru Sekumpul dari Samarinda” dan daerah asal masing-masing.
Hal ini menunjukkan antusiasme warga Samarinda untuk menghadiri acara keagamaan tersebut.
Video suasana di Samarinda ini diunggah akun Instagram @info_samarinda_
Tonton videonya di sini, klik link ini.
Video ini pun menuai komentar netizen.
"Skip nongkrong mari kita ke haul min," tulis akun rfk***
"Mudahan selamat dalam perjalanan mendapatkan berkah dan ampunNya," tulis akun Im***
Sedangkan video antrean di Sumpang Silkar, Kamis (25/12/2025) diunggah akun Instagram @infopenajam.
Tonton videonya di link ini.
Video ini juga mendapat banyak komentar netizen.
"Semoga tahun depan bisa ke sana jua min," tulis akun tik***
"Semoga selalu sehat wal'afiat setibanya di acara Haul Abah Guru Sekumpul, aamiin," tulis akun isk***
"Kalo ngantuk bawa istirahat, di sepanjang Jalan lintas propinsi, banyak terdapat res area, istirahat sejenak, semua makan minum gratis di sediakan oleh warga di tiap kabupaten, kecamatan sampai di desa desa," tulis akun Saj***
Haul Guru Sekumpul, yang dikenal juga sebagai Rutinan 5 Rajab, dijadwalkan berlangsung pada Minggu (28/12/2025) di Sekumpul, Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Acara ini rutin digelar setiap tahun dan menjadi magnet bagi jamaah dari berbagai daerah, termasuk Kalimantan Timur.
Kegiatan ini sebelumnya dikenal sebagai Haul Guru Sekumpul.
KH Muhammad Zaini Abdul Ghani atau Abah Guru Sekumpul juga dikenal dengan nama Guru Ijai, merupakan ulama besar yang terkenal dan dihormati di Kalsel.
Haul ke-20 Guru Sekumpul diperingati pada 5 Rajab 1446 Hijriah yang bertepatan Ahad, 5 Januari 2025.
Dan pada Minggu (28/12/2025) lusa Haul Ke-21 yang masih dalam tahun 2025, tapi sudah memasuki 1447 Hijriah.
Diperkirakan kembali akan dihadiri jutaan jemaah, baik dari Kalimantan Selatan maupun dari daerah lainnya di Indonesia.
Nama lengkap Abah Guru Sekumpul adalah Muhammad Zaini Abdul Ghani al-Banjari.
Beliau lahir pada tanggal 11 Februari 1942 di Desa Tunggul Irang Martapura, Kabupaten Banjar, Kalsel.
Oleh jemaahnya, KH Muhammad Zaini Abdul Ghani biasa dipanggil Abah Guru Sekumpul atau Guru Ijai.
Guru Sekumpul dikenal lewat keilmuannya dan memiliki kontribusi besar dalam membentuk masyarakat yang religius dan berbudaya di Kalsel.
Selain itu, dia juga aktif dalam bimbingan spiritual dan sosial di lingkungan masyarakat.
Oleh karena itu, Abah Guru Sekumpul memiliki banyak pengikut dan jemaah semasa hidupnya.
Berikut profil Muhammad Zaini Abdul Ghani dan perjalanan hidup Abah Guru Sekumpul semasa hidupnya.
Profil Muhammad Zaini Abdul Ghani
Melansir laman laduni, Muhammad Zaini Abdul Ghani atau Abah Guru Sekumpul merupakan putra dari pasangan Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman dan Hj. Masliah binti H. Mulia bin Muhyiddin.
Saat dilahirkan, Abah Guru Sekumpul diberi nama Qusyairi, namun karena sering sakit kemudian namanya diganti menjadi Muhammad Zaini Abdul Ghani.
Abah Guru Sekumpul adalah keturunan ke-8 dari Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al Banjari, ulama besar Banjar, Kalimantan Selatan.
Berikut silsilah keluarganya: Muhammad Zaini adalah putra dari Abdul Ghani, cucu dari Abdul Manaf, buyut dari Muhammad Seman, cicit dari Muhammad Sa’ad, canggah dari Abdullah, buyut dari Mufti Muhammad Khalid, cicit dari al-Alim al-Allamah al-Khalifah Hasanuddin, dan canggah dari Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdullah al-Banjari.
Perjalanan Hidup Guru Sekumpul
Ketika masih kecil, Abah Guru Sekumpul berada di lingkungan yang penuh kasih sayang oleh keluarganya.
Beliau diajarkan tentang kedisiplinan dalam pendidikan tauhid, akhlak, dan membaca Al-Quran.
Abah Guru Sekumpul juga mendapat bimbingan dari pamannya, Syekh Seman Mulia yang peduli pada pendidikannya.
Dia didorong oleh pamannya untuk belajar dari tokoh-tokoh Islam terkanal seperti al-Alim al-Allamah Syaikh Anang Sya’rani yang ahli dalam bidang hadis dan tafsir.
Mengutip laman Kompas, setelah menjalani perjalanan belajar agama dan pendidikan lainnya, Abah Guru Sekumpul diberi amanah untuk mengajar di Pondok Pesantren Darussalam Martapura, Kalimantan Selatan.
Beliau direkomendasikan oleh K.H. Abdul Qadir Hasan, K.H. Sya’rani Arif, dan K.H. Salim Ma’ruf, membawa Abah Guru Sekumpul menjadi pengajar di pondok pesantren tersebut.
Beberapa tahun kemudian, Abah Guru Sekumpul memutuskan untuk berhenti dan memulai kegiatan dakwah dengan membuka pengajian di rumahnya di Keraton Martapura, Kalimantan Selatan.
Awalnya, pengajian ini diselenggarakan untuk mendukung pembelajaran para santri di Pondok Pesantren Darussalam Martapura, Kalimantan Selatan, dengan fokus pada pengulangan kitab-kitab Ilmu Alat seperti Nahwu dan Saraf.
Namun, seiring berjalannya waktu, jemaah yang menghadiri pengajian semakin beragam, tidak hanya dari kalangan santri, melainkan juga masyarakat umum.
Pengajian pun berkembang pesat dengan penambahan kitab-kitab yang lebih bervariasi, meliputi fikih, tasawuf, tafsir, dan hadis.
Pada saat itu, Abah Guru Sekumpul juga memulai penyebaran Maulid al-Habsyi atau Simthud Durar karya al-Habib Ali bin Muhammad al-Habsyi.
Selain itu, pengajiannya semakin memperkaya diri dengan menyelipkan lantunan syair atau kasidah yang memuji Nabi Muhammad.
Mengingat pengajian di Keraton Martapura sudah tidak dapat menampung lagi jumlah jemaah yang datang, Abah Guru Sekumpul mengambil inisiatif untuk beralih ke lokasi pengajian yang baru.
Tepatnya, sekitar tahun 1980-an, Abah Guru Sekumpul memilih wilayah Sungai Kacang sebagai tempat rumah dan pengajian barunya.
Komplek rumah Abah Guru Sekumpul yang baru ini diberi nama "Komplek Ar-Raudhah," yang terinspirasi dari nama Ar-Raudhah di Masjid Nabawi, Madinah.
Wafat Saat Usia 63 Tahun
KH Muhammad Zaini Abdul Ghani atau Abah Guru Sekumpul atau Haji Ijai meninggal dunia pada 10 Agustus 2005 di usia 63 tahun.
Sebelum mengembuskan nafas terakhir, Abah Guru Sekumpul dirawat di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura karena sakit ginjal.
Makam Abah Guru Sekumpul berada di kompleks pemakaman keluarga dekat dengan Musala Ar Raudhah, Sekumpul, Martapura Kalimantan Selatan.
Musala Ar Raudhah, Sekumpul, Martapura Kalimantan Selatan juga menjadi pusat kegiatan Haul Abah Guru Sekumpul yang diperingati setiap tahunnya dengan selalu dihadiri jutaan jemaah. (*)