TRIBUN-MEDAN.COM, BATANGTORU- Sebulan lalu, tepatnya Selasa 25 November 2025, warga Huta Godang, Batangtoru, Tapanuli Selatan (Tapsel) diuji dengan musibah.
Mereka menderita. Rumah hancur hingga kehilangan keluarga akibat tersapu banjir bandang.
Kini kasih Natal telah tiba.
Warga Huta Godang merayakannya penuh suka cita meski kadang kala masih diselimuti rasa trauma, apalagi ketika hujan.
Seperti yang dirasakan Hotler Manalu.
Natal kali ini baginya sudah bisa dirayakan penuh suka cita.
"Suasana Natal membawa kedamaian hati. Kami sudah mulai bisa tersenyum meski terkadang sedih ingat rumah sudah hancur," kata Hotler di posko pengungsian Gereja HKBP Wek II, Batangtoru, Kamis (25/12/2025).
Sebagian pengungsi merayakan Natal dari posko pengungsian ke HKBP Huta Godang. Jaraknya cukup jauh, sekitar 15 kilometer. Rumahnya di Huta Godang sudah hancur.
"Demi merayakan Natal tahun ini, saya pulang pergi dari posko pengungsian ke gereja. Saya ingin menikmati suasana Natal di kampung sendiri," kata Hotler.
Sebelum Natal tiba, ia dan para warga lainnya merasa trauma, masih terbayang-bayang banjir bandang yang sudah menengelamkan rumah.
Pada perayaan Natal hari ini, jemaat bisa merasakan betul ajaran kasih Tuhan yang membawa suka cita dan kedamaian hati.
Apalagi tadi para jemaat mendapatkan pembagian sembako.
"Tadi ada pembagian sembako dari Polda. Begitu juga di pengungsian selama ini kami masih terus mendapat bantuan. Kami bersyukur masih bisa bertahan hidup," ujarnya.
Firmanto Silalahi, warga Huta Godang lainnya merasa sedih perayaan Natal tahun ini teringat rumah sudah hancur.
"Gak ada lagi yang tersisa, rumah hancur, semua-semuanya sudah hilang. Makanya natal tahun ini rasanya teramat sedih. Pulang ibadah kami bukan ke rumah tapi posko. Sedih rasanya," katanya.
Harapan memiliki hunian baru muncul saat Pemerintah Kabupaten Tapsel (Tapsel) sudah merencanakan pembangunan rumah untuk warga Garoga dan Huta Godang.
Pemerintah sudah sedang melakukan persiapan pembangunan sekitar 700 rumah di lahan milik PTPN IV Regional I seluas 15 hektare.
Lahan ini diperuntukkan bagi warga terdampak.
"Kami berharap pemerintah tepat janji. Tolong bantu kami. Semua sudah habis, mata pencaharian kami juga. Kami butuh kepastian. Sekali lagi, mohon pemerintah tepat janji," ucapnya.
Jemaat di Gereja Stasi Kristus Raja Huta Godang merayaan Natal tahun ini dengan cara yang sederhana.
Lektor Tom Sarlin Simanullang menyebut, berbeda dengan tahun sebelumnya, Natal kali ini bisa dibilang situasinya memang dipaksakan.
Ini diakibatkan banjir bandang yang merendam gereja pada waktu kejadian, suasana berantakan. Altar roboh, hingga patung Bunda Maria dan patung Yesus terjatuh.
Umat Katolik di gereja yang merayakan Natal berjumlah sekitar 220 orang.
Atas kejadian ini, ia bermohon kepada pemerintah atas nasib umatnya yang kehilangan rumah sebanyak 52 persen.
Begitu juga dengan mata pencarian bersawah sudah dipenuhi lumpur dan kayu gelondongan.
(ase/ Tribun-medan.com)