Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Perayaan Natal di Jepang kembali menghadirkan suasana khas yang berbeda dari negara-negara Barat.
“Paling ke gereja pulang cepat soalnya besok harus kerja lagi . Di Jepang 25 dan 26 Desember kerja biasa. Itu saja sih kesan Natal saya di samping kue Natal dan bagi pasangan yang lagi bercinta mungkin kesempatan emas menjalin cinta di malam Natal di Jepang,” ungkap Naria yang sudah 10 tahun berada di Jepang kepada Tribunnews.com.
Meski umat Kristen di Jepang hanya sekitar satu persen dari total populasi, Natal tetap menjadi momen spesial yang dirayakan secara luas sebagai hari penuh cahaya, kebahagiaan, dan romantisme, terutama di kota-kota besar seperti Tokyo, Osaka, dan Yokohama.
“Malam Natal selalu penuh sesak gereja. Kayaknya orang Jepang sepertinya selalu sekali setahun kalau ke gereja ya,” ungkap Tanaka seorang pengurus gereja Katolik di Tokyo kepada Tribunnews.com Rabu (24/12/3025).
Baca juga: Refleksi Perayaan Natal, Said Abdullah Ajak Semua Umat Beragama Tumbuhkan Kepedulian Sosial
Sejak awal Oktober, pusat perbelanjaan dan kawasan bisnis dipenuhi iluminasi Natal yang megah. Jalan-jalan utama, taman kota, hingga kompleks perkantoran dihiasi jutaan lampu LED berwarna-warni, menjadikan Natal sebagai salah satu musim paling dinanti dalam kalender perkotaan Jepang.
Natal sebagai Hari Romantis
Berbeda dengan banyak negara lain yang memaknai Natal sebagai perayaan keluarga, di Jepang Natal identik dengan hari pasangan kekasih. Restoran kelas atas biasanya penuh dipesan jauh hari, hotel-hotel menawarkan paket makan malam romantis, dan taman-taman iluminasi menjadi lokasi favorit pasangan muda menghabiskan malam 24 Desember.
“Bagi banyak orang Jepang, malam Natal itu seperti Valentine kedua,” ujar seorang warga Tokyo lainnya kepada Tribunnews.com.
Kue Natal dan Ayam Goreng
Tradisi unik lainnya adalah kue Natal (Christmas cake) berupa sponge cake putih dengan krim dan stroberi, yang hampir selalu hadir di setiap rumah. Selain itu, ayam goreng—terutama dari jaringan restoran cepat saji—menjadi menu favorit Natal di Jepang, tradisi yang berawal dari kampanye pemasaran pada era 1970-an dan bertahan hingga kini.
Supermarket dan toko kue mencatat lonjakan penjualan signifikan menjelang 24 dan 25 Desember, menandakan kuatnya aspek konsumsi dalam perayaan Natal Jepang.
Makna Religius Tetap Ada
Meski bersifat sekuler bagi mayoritas masyarakat, makna religius Natal tetap dijaga oleh komunitas Kristiani. Gereja-gereja Katolik dan Protestan di berbagai wilayah Jepang menggelar misa malam Natal dan Hari Natal, yang juga dihadiri warga non-Kristen yang ingin merasakan suasana sakral dan damai.
Di katedral-katedral besar, misa Natal sering diiringi paduan suara dan dekorasi sederhana, menciptakan kontras yang menenangkan di tengah hiruk-pikuk kota.
Natal dan Akhir Tahun
Natal juga menjadi penanda mendekati akhir tahun dan libur Tahun Baru, momen yang sangat penting bagi masyarakat Jepang. Setelah Natal berlalu, perhatian publik segera beralih ke persiapan menyambut Tahun Baru (Oshōgatsu), yang merupakan perayaan keluarga paling utama di Jepang.
Dengan segala keunikannya, Natal di Jepang menunjukkan bagaimana budaya asing dapat beradaptasi dan bertransformasi, menjadi perayaan yang tidak hanya religius, tetapi juga sosial dan kultural—sebuah cerminan harmoni tradisi global dan lokal di Negeri Matahari Terbit.
Keramaian Natal di Jepang juga dengan penampilan Sinterklas di mana-mana.
Suasana berbeda terlihat di Kota Miyazaki. Sejumlah warga yang mengenakan kostum Santa Claus ikut berperan dalam menjaga keselamatan lalu lintas anak-anak sekolah saat berangkat ke sekolah.
Sejak pagi hari, sekitar 10 orang warga yang tergabung dalam Dewan Pembinaan Pemuda Oyodo (Oyodo Seishōnen Ikusei Kyōgikai) berdiri di gerbang utama Sekolah Dasar Oyodo.
Mereka menyapa para siswa dengan ucapan “Merry Christmas” sambil mengawasi perjalanan anak-anak menuju sekolah pada hari terakhir masuk sekolah tahun ini.
“Rasanya jadi seperti benar-benar Natal,” ujar seorang siswa bernama Ozawa kepada Tribunnews.com.
Siswa lain menambahkan, “Senang sekali melihat begitu banyak Santa.”
Perwakilan Dewan Pembinaan Pemuda Oyodo, Teppei Nakamura, mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk mempererat peran orang dewasa di lingkungan sekitar dalam menjaga dan mendukung anak-anak. “Kami ingin terus membangun lingkungan ini bersama-sama dan memastikan anak-anak merasa aman,” katanya.
Sekolah dasar dan menengah negeri di Kota Miyazaki mulai memasuki libur musim dingin pada 25 Desember.
Diskusi Natal di Jepang dilakukan Pencinta Jepang gratis bergabung. Kirimkan nama alamat dan nomor whatsapp ke email: tkyjepang@gmail.com