Khutbah Jumat 26 Desember 2025: Toleransi Islam untuk Keyakinan Berbeda
December 26, 2025 03:03 AM

TRIBUNNEWS.COM - Teks khutbah berjudul "Toleransi Islam untuk Keyakinan Berbeda" bisa dibacakan saat salat Jumat, 26 Desember 2025.

Khutbah Jumat adalah ceramah agama yang disampaikan oleh seorang khatib sebelum pelaksanaan salat Jumat.

Khutbah merupakan bagian penting dari ibadah salat Jumat dan memiliki beberapa fungsi, seperti memberikan nasihat, bimbingan moral, dan pesan-pesan agama kepada jamaah.

Pada kesempatan khutbah Jumat yang penuh berkah ini, tema yang diangkat adalah "Toleransi Islam terhadap Keyakinan yang Berbeda".

Tema ini sangat relevan dengan kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk, di mana keberagaman menjadi bagian dari identitas bangsa.

Dikutip dari laman Simbi Kemenag, berikut teks khutbah berjudul "Toleransi Islam untuk Keyakinan Berbeda" untuk shalat Jumat, 26 Desember 2025.

Baca juga: 5 Rukun Khutbah Jumat yang Wajib Dipenuhi Seorang Khatib, Menentukan Sahnya Ibadah

Toleransi Islam untuk Keyakinan Berbeda

Khutbah Pertama

الْحَمْدُ لِلَّهِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي حَمْدًا يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي الجَلَالِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيمٍ سُلْطَانِكَ، سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِي ثَنَاءُ عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةٌ وَسَلَامًا مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُونَ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ: وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ لَآمَنَ مَنْ فِي الْأَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيعًا ، أَفَأَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّى يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ.

Hadirin jemaah salat Jum'at yang dirahmati Allah Swt,
Pada kesempatan khotbah Jum'at yang penuh berkah ini, tema yang diangkat adalah "Toleransi Islam terhadap Keyakinan yang Berbeda". Tema ini sangat relevan dengan kehidupan masyarakat Indonesia yang majemuk, di mana keberagaman menjadi bagian dari identitas bangsa. Dalam keluarga, lingkungan sosial, maupun kehidupan berbangsa, nilai-nilai toleransi harus menjadi fondasi penting bagi terciptanya kedamaian dan harmoni.

Toleransi beragama dapat dipahami sebagai sikap hidup yang menekankan saling menghormati perbedaan keyakinan, di mana setiap orang diberikan ruang dan kebebasan untuk meyakini serta menjalankan ajaran agamanya tanpa rasa takut akan diskriminasi atau gangguan dari pihak lain.

Sebaliknya, intoleransi beragama muncul ketika ada penolakan atau pembatasan terhadap hak orang lain dalam beragama, yang kerap berkembang menjadi tindakan diskriminatif bahkan kekerasan karena perbedaan keyakinan.

Dalam konteks kehidupan di Indonesia, toleransi dan intoleransi bukanlah sekadar wacana atau teori, melainkan nyata dalam kehidupan masyarakat. Dialektika, dinamika, konflik serta turbulensi seputar toleransi dan intoleransi sering terjadi sejak lama: pra kemerdekaan, pasca kemerdekaan, hingga saat ini yang sering disebut dengan era digital.

Hadirin rahimakumullah,
Umat dan masyarakat Indonesia patut mensyukuri karena secara umum kondisi toleransi beragama belakangan ini relatif dinamis dan kondusif. Hal ini ditandai dengan minimnya kasus-kasus intoleransi ekstrem. Namun kewaspadaan tetap diperlukan agar potensi konflik dan ketegangan antarumat beragama di sejumlah daerah, tidak meletus kembali.

Berbagai penelitian menunjukkan, intoleransi beragama dipicu oleh fanatisme berlebihan, stereotip negatif, kepentingan politik, serta konflik akibat keberagaman masyarakat yang tidak dikelola dengan bijak. Faktor lain meliputi pemahaman keagamaan yang sempit, politisasi agama, ketimpangan ekonomi, diskriminasi sosial, serta peran media sosial dalam menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian yang memperparah polarisasi.

Hadirin jemaah salat Jum'at yang dirahmati Allah Swt,
Islam sebagai agama rahmatan lil 'alamin mengajarkan prinsip-prinsip toleransi terhadap mereka yang berbeda keyakinan. Di antaranya Al-Qur'an surah Al-Käfirün [109] ayat 6, Allah berfirman:

لَكُمْ دِينَكُمْ وَلِي دِينِ

"Untukmu agamamu dan untukku agamaku."

Prinsip kebebasan beragama juga ditegaskan dalam surah Al-Baqarah [2] ayat 256:

لا إكراه في الدين قد تبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنُ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ.

"Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam). Sungguh, telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat. Siapa yang ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah sungguh telah berpegang teguh pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

Berlaku adil terhadap nonmuslim. Sebagaimana disebutkan Al-Qur'an dalam surah Al-Mumtahanah [60] ayat 8:

لا يَنْهُكُمُ اللهُ عَنِ الَّذِينَ ثُمَّ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُفْسِطِينَ.

"Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil."

Perbedaan agama merupakan sunatullah, sebagaimana disebutkan Al-Qur'an dalam surah Al-Maidah [5] ayat 48:

وَلَوْ شَاءَ اللهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً واحِدَةً ولكن ليَبْلُوَكُمْ في مَا أَنكُمْ فَاسْتَبِقُوا الخيرات إلى اللهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ.

Hadirin yang berbahagia,
Meskipun Al-Qur'an mendorong umatnya untuk melakukan toleransi terhadap mereka yang berbeda keyakinan, namun memberikan rambu-rambu larangan. Di antaranya larangan mencampuradukkan yang hak dengan yang batil, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah [2] ayat 42:

وَلَا تَلْبِسُوا الحَقِّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ.

"Janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan (jangan pula) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahui(-nya)."

Larangan lainnya adalah menyerupai orang-orang kafir, baik dalam ucapan maupun perbuatan (Al-Baqarah [2] ayat 104); menyebut Allah dengan sebutan identitas sesembahan agama lain (Al-A'raf [7] ayat 180); tidak mengikuti kemauan kaum Yahudi dan Nasrani, sebagaimana disebutkan (Al-Baqarah [2] ayat 120), dan lain-lain.

Rasulullah saw menjadi teladan terbaik (uswatun hasanah) dalam menerapkan nilai-nilai toleransi terhadap mereka yang berbeda keyakinan. Ketika memimpin masyarakat Madinah yang terdiri dari berbagai suku dan agama, Nabi membangun Piagam Madinah (Mitsaq al-Madinah) yang menjamin kebebasan beragama dan hak hidup berdampingan secara damai antara umat Islam, Yahudi, dan suku-suku lainnya.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari, Rasulullah saw bersabda yang artinya: "Barang siapa menyakiti seorang nonmuslim yang hidup di bawah perlindungan Islam (dzimmi), maka aku akan menjadi lawannya pada hari kiamat." (H.R. Al-Bukhari).

Hadis ini menunjukkan betapa besar penghormatan Islam terhadap hak-hak orang nonmuslim yang hidup damai di bawah naungan masyarakat Islam. Sebaliknya, Rasulullah saw melarang segala bentuk kekerasan dan diskriminasi atas dasar agama.

Guna meneguhkan toleransi terhadap perbedaan keyakinan, diperkenalkan konsep moderasi beragama. Istilah "moderasi beragama" dipopulerkan dan diarusutamakan sebagai visi strategis oleh Menteri Agama RI periode 2014-2019 Lukman Hakim Saifuddin. Lukman menegaskan, moderasi bukan mengubah ajaran agama, melainkan cara pandang yang menjunjung keseimbangan dan tidak ekstrem dalam berkeyakinan.

Moderasi beragama dicirikan dengan pemahaman keagamaan yang moderat dengan menjunjung keseimbangan (tawazun), menumbuhkan sikap toleran (tasamuh), menegakkan keadilan (i'tidal), menjunjung kesetaraan (musawah), serta bersikap dinamis dan inovatif (tathawwur wa ibtikar). Prinsip ini juga mencakup semangat kebangsaan, anti-kekerasan, dan penghormatan terhadap kearifan lokal.

Ulama terkenal M. Quraish Shihab dan Yusuf al-Qardhawi berpendapat, moderasi mengaitkan pemahaman agama tanpa kehilangan esensi, menengahi perbedaan, serta menghindari radikalisme dan fanatisme, berakar pada konsep wasathiyah (pertengahan/adil) dalam Al-Qur'an (Q.S. Al-Baqarah [2]: 143).

Sementara Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ahmad Najib Burhani mengartikan Islam moderat sebagai posisi tengah antara liberalisme dan Islamisme, mendekati karakter NU dan Muhammadiyah, serta selaras dengan Islam rahmatan lil 'alamin.

Hadirin jemaah salat Jum'at yang dirahmati Allah Swt.
Toleransi Islam untuk keyakinan berbeda, bukanlah pelemahan iman, melainkan jalan untuk menguatkan ketakwaan kepada Allah Swt. Islam mengajarkan prinsip ummatan wasathan, yaitu sikap adil, seimbang, dan bijaksana dalam menyikapi perbedaan. Sikap moderat mencerminkan kedewasaan iman yang bersumber dari pemahaman Al-Qur'an dan sunah Rasulullah saw.

Keimanan yang kuat melahirkan akhlak mulia. Seorang muslim yang bertakwa mengedepankan kasih sayang, keadilan, dan tidak mudah menghakimi. Islam hadir sebagai rahmat bagi seluruh manusia, bukan sebagai sumber perpecahan.

Mudah-mudahan Allah Swt memberikan hidayah-Nya kepada kita agar dapat menjadi muslim yang memiliki toleransi terhadap mereka yang keyakinan namun tetap sesuai pesan-pesan Al-Qur'an dan hadis Rasulullah saw. Amin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيهِ مِنَ الْآيَاتِ والذكر الحكيمِ، وَتَقَبَّلَ اللَّهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمِ، وَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكُرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمْ تَسْلِيمًا كَثِيرًا، أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ فِيمَا أَمْرَ وَانْتَهُوا عَمَّا نَهَى، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرِ بَدَأَ فِيهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ بِقُدْسِهِ فَقَالَ تعَالَى: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ اللَّهُمَّ أَعِرُ الإِسْلامَ وَالْمُسْلِمِينَ، وَأَذِلَّ الشَّرْكَ وَالْمُشْرِكِينَ، وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحَدِينَ، وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّينَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِينَ، وَدَمَرْ أَعْدَاءَ الدِّينِ، وَأَعْلٍ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلازِلَ وَالْمِحْنَ وَسُوءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا إِندونيسيا خاصةً وَعَنْ سَائِرٍ بِلَادِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةٌ يَا رَبُّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنا آتنا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةٌ وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، عِبَادَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، وَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرُكُمْ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدُّكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ.

(Tribunnews.com/Latifah)

© Copyright @2025 LIDEA. All Rights Reserved.